Batang (Sigijateng.id) – Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Batang, Supriyono mengungkapkan terkait stunting Kabupaten Batang menempati peringkat 21,1 % di tengah-tengah Provinsi Jawa Tengah.
Jawa sendiri secara nasional dibawah angka 24 %. Progres penurunan stunting di Jawa Tengah selama dua tahun cukup bagus di angka 6,7% sedangkan rata-rata nasional diturunkan hanya 3,4%.
Menurutnya, ada dua kabupaten yang mempunyai perhatian lebih, karena stunting mereka yang terbanyak yaitu Kabupaten Wonosobo, dan Kabupaten Brebes.
“Untuk kabupaten di Jawa Tengah yang mempunyai perkembangan luar biasa adalah Kabupaten Grobogan yang awalnya peringkat terbawah 29% stuntingnya, tetapi sekarang bisa teratas dengan 9% stuntingnya,” kata Supriyono.
“Kabupaten Batang sendiri sebetulnya sudah ada desa yang berhasil menurunkan angka stunting sampai nol di wilayahnya yaitu Desa Depok. Pemerintah Daerah telah melaksanakan studi banding terkait stunting di sana,” imbuhnya.
Pihaknya saat ini tengah fokus akan melakukan mensosialisasikan terhadap pencegahan dan penanganan status stunting dengan para remaja, calon pengantin, calon ibu, dan pasangan usia muda. Selain itu, Pemkab Batang akan bekerja sama dengan TNI dan Polri secara khususnya.
“Kami berharap masyarakat Kabupaten Batang bisa bersama-sama menangani stunting, sesuai program Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, yakni “Nginceng Wong Meteng”. Jadi kita harus siap melakukan pemantauan dari kesiapan pengantin sampai bayi melahirkan,” tandasnya.
Menyikapi hal itu, Pj Bupati Batang Lani Dwi Rejeki mengatakan, stunting merupakan permasalahan kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama dan infeksi berulang.
“Sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek dari standar yang telah ditetapkan oleh menteri kesehatan. Stunting tidak sekedar anak yang terhambat pertumbuhannya namun juga terhambat perkembangan otaknya dan pada akhirnya menjadi kurang produktif, pendek, dan mudah sakit,” kata dia, seperti dirilis batangkab.go.id.
Dijelaskan, angka stunting di Kabupaten Batang masih cukup tinggi. Dalam rangka percepatan penurunan stunting pihaknya membentuk tim khusus di Kabupaten Batang. Terdiri atas unsur Organisasi Perangkat Daerah (OPD), organisasi lintas sektor, organisasi kemasyarakatan, pengusaha, dan akademisi.
“Stunting menjadi agenda pembangunan nasional. Kabupaten Batang menjadi kabupaten prioritas dalam intervensi penurunan stunting. Berdasarkan hasil studi gizi Indonesia tahun 2021 yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan, angka prevalensi stunting di Indonesia tahun 2021 sebesar 24,4 %,” terangnya.
Kemudian pada tahun yang sama di Kabupaten Batang mencapai 21,7 % dan prevalensi di Jawa Tengah, sebesar 20,9%. Artinya angka stunting di Kabupaten Batang lebih rendah secara nasional, namun lebih tinggi dari Jawa Tengah. (Red)
Berita Terbaru:
- Bersinergi dengan TNI, Polisi Bahu Membahu Bantu Evakuasi Bangkai Pesawat Jatuh di Blora
- Tangkal Ekstremisme dan Radikalisme, KKN UIN Walisongo Gelar Webinar Moderasi Beragama
- Mahasiswa KKN UIN Walisongo Gelar Penyuluhan Kopi untuk Warga Tegalrejo, Ini Tujuannya
- Peduli Lingkungan, KKN UIN Walisongo Sosialisasi Pengolahan Sampah Rumah Tangga
- Sambut Kemerdekaan RI, Mahasiswa KKN UIN Semarang Gelar Kerja Bakti di Limbangan