Bisa Menjadi Referensi Khatib, Berikut 7 Contoh Teks Khutbah Jumat Sambut Bulan Suci Ramadhan 2024

Ilustrasi. Foto: pixabay.com

Semarang (sigijateng.id) – Bulan Ramadhan 2024 akan datang dalam hitungan hari, ketika sholat Jumat akan lebih baik jika khutbah yang diberikan tentang materi menyambut bulan suci Ramadhan. Berikut contoh teks khutbah Jumat menyambut bulan Ramadhan 2024 yang bisa menjadi referensi bagi Khatib Jumat.

Merangkum dari buku ‘Menebarkan Islam dengan Santun dan Damai Melalui Khutbah, Dakwah, dan Tabligh’ yang diterbitkan oleh Kemenag RI, khutbah berasal dari bahasa Arab yang berarti pembicaraan. Sementara menurut istilah, khutbah berarti kegiatan penyampaian pesan tentang takwa sesuai dengan perintah Allah SWT dengan syarat dan rukun tertentu.

Seperti yang sudah diketahui, saat ini umat Islam sudah memasuki akhir dari bulan Syaban di mana sebentar lagi bulan Ramadhan akan datang.

Khatib Jumat dapat membagikan khutbah tentang menyambut bulan suci Ramadhan dengan berbagai tema, seperti mempersiapkan diri untuk bulan Ramadhan, kebaikan bulan Ramadhan, amalan-amalan yang bisa dilakukan di bulan Ramadhan, dan hal baik lain di bulan Ramadhan.

Contoh Teks Khutbah Jumat Sambut Bulan Ramadhan 2024

Berikut merupakan kumpulan contoh teks khutbah Jumat menyambut bulan Ramadhan 2024 mengutip dari laman NU Online, Kemenag RI, Masjid Istiqlal RI yang bisa menjadi referensi seorang Khatib.

Contoh Teks Khutbah Jumat Sambut Bulan Ramadhan 2024 (1)

Anjuran Memperbanyak Tadarus di Bulan Ramadhan

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ نَوَّرَ قُلُوْبَ أَوْلِيَائِهِ بِأَنْوَارِ الْوِفَاقِ، وَرَفَعَ قَدْرَ أَصْفِيَائِهِ فِيْ الْأَفَاقِ، وَطَيَّبَ أَسْرَارَ الْقَاصِدِيْنَ بِطِيْبِ ثَنَائِهِ فِيْ الدِّيْنِ وَفَاقَ، وَسَقَى أَرْبَابَ مُعَامَلَاتِهِ مِنْ لَذِيْذِ مُنَاجَتِهِ شَرَابًا عَذْبَ الْمَذَاقِ، فَأَقْبَلُوْا لِطَلَبِ مَرَاضِيْهِ عَلَى أَقْدَامِ السَّبَاقِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْبَرَرَةِ السَّبَاقِ، صَلَاةً وَسَلَامًا اِلَى يَوْمِ التَّلَاقِ

أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةً صَفَا مَوْرِدُهَا وَرَاقَ، نَرْجُوْ بِهَا النَّجَاَةَ مِنْ نَارٍ شَدِيْدَةِ الْاَحْرَاقِ، وَأَنْ يَهُوْنَ بِهَا عَلَيْنَا كُرْبُ السِّيَاقِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَشْرَفَ الْخَلْقِ عَلَى الْاِطْلَاقِ، اَلَّذِيْ أُسْرِيَ بِهِ عَلَى الْبَرَاقِ، حَتَّى جَاوَزَ السَّبْعَ الطِّبَاقِ. أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ

Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.

Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.

Jamaah yang dimuliakan Allah.

Bulan Ramadhan ini, sejumlah umat Muslim disibukkan dengan beragam kegiatan ibadah. Dari pagi, siang, sore, hingga malam menjelang tidur, seolah ibadah menjadi kegiatan yang tak pernah lepas dari amal sunnah di bulan mulia. Salah satu ibadah yang lekat dengan bulan ampunan ini adalah tadarus Al-Qur’an. Sebab itu, Ramadhan juga disebut sebagai syahrul qur’ān atau bulan Al-Qur’an. Boleh dibilang, Ramadhan tanpa ramai dengung lantunan ayat suci bagaikan masakan tanpa garam. Allah SWT berfirman,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ

Artinya, “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (QS Al-Baqarah [2]: 185)

Ayat ini menjelaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan secara utuh (tidak bertahap) dari lauḥul maḥfudz ke baitul ‘izzah pada bulan Ramadhan, tepatnya pada malam Lailatul Qadar. Pendapat ini dikemukakan oleh banyak ulama seperti Ibnu Katsir dalam Tafsīr Al-Qur’ānil ‘Adzīm, Fakhruddin al-Razi dalam Mafātīḥul Ghaib, Abdurrahman as-Sa’di dalam Tafsīr as-Sa’dī, dan sejumlah pakar tafsir lainnya.

Semua ulama sepakat bahwa bertadarus Al-Qur’an merupakan ibadah yang sangat mulia. Mereka sejak dulu juga menjadikan tadarus sebagai aktivitas selama Ramadhan. Imam Syafi’i bisa mengkhatamkan Al-Qur’an enam puluh kali sekali Ramadhan, Imam Malik akan menyudahi aktivitas mengajarnya pada bulan Ramadhan untuk dialih fokuskan membaca Al-Qur’an.

Kemudian, Sufyan at-Tsauri juga akan meninggalkan ibadah-ibadah sunnah selama bulan Ramadhan agar fokus membaca Al-Qur’an. Zubaid bin Harits al-Yamani, ulama ahli hadits dari kalangan tabi’in, ketika memasuki bulan Ramadhan akan mengumpulkan banyak mushaf guna dibaca bersama murid-muridnya. Masih banyak sekali riwayat yang menjelaskan perhatian ulama untuk bertadarus pada bulan Ramadhan.

Menurut Ibnu Rajab al-Hambali, ulama besar yang dalam bidang Aqidah menganut madzhab Asy’ariyah dan dalam bidang fikih bermazhab Hambali, menuturkan bahwa dasar anjuran perbanyak tadarus Al-Qur’an saat Ramadhan dalam riwayat Ibnu Abbas berikut,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ‏

Artinya, “Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al-Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah ﷺ melebihi angin yang berhembus.” (HR Bukhari).

Hadits ini menjelaskan bahwa Rasulullah setor hafalan Al-Qur’an kepada Malaikat Jibril pada setiap malam hari Ramadhan. Oleh sebab itu, memperbanyak baca Al-Quran disunahkan pada malam hari di bulan tersebut. Alasan malam yang dipilih karena waktu tersebut merupakan momen yang hening, sehingga memungkinkan seseorang lebih khusyuk dan bisa meresapi kandungan ayat-ayat Al-Qur’an.

Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.

Agar memperoleh pahala tadarus yang maksimal, kita juga harus memperhatikan adab-adab membaca Al-Qur’an. Sebagai kitab suci umat muslim yang sangat dimuliakan, tentu membacanya pun memiliki etika-etika khusus. Diantara adab tersebut adalah membaca setiap ayat dengan khusyuk dan merenungi setiap maknanya.

Ayat-ayat yang terkandung dalam Al-Qur’an menyimpan samudera pelajaran yang tak pernah kering. Janji pahala dan surga bagi hamba yang taat, ancaman siksa neraka bagi yang durhaka, kisah umat-umat terdahulu, dan sebagainya, semua dimuat dalam kitab yang terdiri dari 114 surat itu. Oleh sebab itu, sudah sepatutnya saat kita membacanya tidak asal bunyi, tapi juga merenungi maknanya dengan penuh khusyuk. Allah SWT berfirman,

كِتٰبٌ اَنْزَلْنٰهُ اِلَيْكَ مُبٰرَكٌ لِّيَدَّبَّرُوْٓا اٰيٰتِه وَلِيَتَذَكَّرَ اُولُوا الْاَلْبَابِ

Artinya, “(Al-Qur’an ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu (Nabi Muhammad) yang penuh berkah supaya mereka menghayati ayat-ayatnya dan orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran.” (QS Shad [38]: 29)

Ayat ini menjelaskan bahwa salah satu tujuan besar Al-Qur’an diturunkan di bumi adalah untuk direnungi kandungan-kandungannya sehingga bisa menjadi penuntun hidup sejati (hudan linnās). Imam Jalaluddin as-Suyuthi dalam al-Iqtān bahkan menyampaikan, kita disunnahkan merenungi ayat Al-Qur’an saat membacanya sampai menangis. Jika belum bisa menangis, usahakan tetap khusyuk dan penuh kesedihan sehingga ekspresi kita seolah-olah menangis. (Jalaluddin as-Suyuthi, al-Itqān fī ‘Ulūmil Qur’ān: juz I, h. 297)

Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.

Adab berikutnya adalah memperindah suara. Al-Qur’an yang dibaca dengan suara merdu akan membuat hati terpikat sehingga timbul rasa khusyuk dan mendorong pendengar untuk merenungi kandungannya. Oleh sebab itu, saat bertadarus kita juga dianjurkan menggunakan suara yang merdu. Imam Nawawi menegaskan, semua ulama, baik dari kalangan sahabat Nabi, tabi’in, dan ulama-ulama setelahnya, sepakat bahwa memperindah suara ketika membaca Al-Qur’an hukumnya sunnah.

Tapi dengan catatan, jangan sampai upaya ini merusak bacaan seperti memanjangkan harakat di luar batas yang berlaku, membaca pendek harakat yang seharusnya panjang, menambah atau menghilangkan huruf, dan sebagainya. Jika sampai demikian maka haram. Dasar anjuran memperindah suara ini diantaranya sabda Rasulullah berikut,

زَيِّنُوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ

Artinya, “Hiasilah Al Qur’an dengan suaramu.” (HR Abu Dawud)

Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.

Demikian khutbah singkat yang bisa khatib sampaikan. Semoga kita semua selalu diberi spirit untuk membaca dan mengamalkan ajaran-ajaran Al-Qur’an dan kelak di hari akhir memperoleh syafaatnya.

Contoh Teks Khutbah Jumat Sambut Bulan Ramadhan 2024 (2)

Menyambut Bulan Suci Ramadhan

Jamaah Jum’ah rahimakumullah.

Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala nikmat dan kasih sayangnya kepada kita semua. Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada junjungan Nabi Besar kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang diutus oleh Allah untuk menyebarkan Islam yang Rahmatan lil Alamiin.

Marilah bersama tingkatkan taqwa kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan sebenar-benarnya taqwa dan jangan kita mati kecuali dalam keadaan beriman dan Islam. Hari ini, Jum’at 9 April 2021, bertepatan dengan 26 Sya’ban 1442 H, sebentar lagi kita akan kedatangan tamu agung, tamu kekasih kita sebagai seorang mu’min dan muslim, tamu yang senantiasa kita tunggu tunggu sepanjang tahun, yaitu bulan suci Ramadhan, bulan yang diagungkan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk hamba hamba yang bertaqwa. Bulan yang penuh barakah, bulan dimana kita dianjurkan untuk bertaubat, berburu rahmat dan ampunan dari Allah subhanahu wata’ala, mengumpulkan pahala sebanyak banyaknya, melalui ibadah ibadah yang telah Allah perintahkan dan Allah tawarkan dengan imbalan pahala yang dilipatgandakan.

Bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda antara yang benar dan yang batil. Barangsiapa yang mendapatkan bulan itu, ia diperintahkan untuk berpuasa. Barangsiapa yang tidak dapat melaksanakan puasa karena sakit atau karena dalam perjalanan, maka wajib menggantinya pada hari-hari lain, sebanyak hari yang ditinggalkannya itu. Allah menghendaki kemudahan, dan tidak menghendaki kesukaran.

لَوْ تَعْلَمُ أُمَّتِي مَا فِي رَمَضَانَ لَتَمَنَّوْا أَنْ تَكُونَ السَّنَّةُ كُلُّهَا رَمَضَانَ

Artinya : “Sekiranya umatku mengetahui keutamaan keutamaan yang ada pada bulan Ramadhan, niscaya mereka akan berharap agar satu tahun penuh dijadikan Ramadhan”

وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا أَبْنُ أَدَمَ تُضَاعَفُ عَشْرًا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ ، إِلَّا الصَّومُ فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ : الصَّوْمُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ, يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَأَكْلَهُ وَشُرْبَتَهُ مِنْ أَجْلِي ، وَالصَّوْمُ جُنَّةٌ ، وَلِلصَّائِمِفَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ افْطَارِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ.

Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Setiap kebaikan yang dikerjakan oleh anak Adam pahalanya dilipatgandakan hingga tujuh ratus kali lipat, kecuali puasa Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala berfirman : Puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan memberinya pahala (langsung). (dia) meninggalkan syahwatnya, makan dan minumnya demi Aku. Puasa itu perisai. Dan bagi yang berpuasa ia memiliki dua kebahagiaan, kebahagiaan tatkala berbuka puasa dan kebahagiaan tatkala bertemu dengan Tuhannya.”

Maka sudah selayaknya, dalam rangka menyambut tamu agung yang kita cintai itu, kita mempersiapkan diri, agar kita dapat menyambut kedatangan dengan tanpa mengecewakan. Sedemikian mulianya bulan ini hingga Rasulullah dan para sahabatnya mempersiapkan kedatangan bulan Ramadhan jauh-jauh hari sebelumnya. Mua’lla bin Al-Fadhl berkata, “Dulu, para salafus shalih, enam bulan sebelum Ramadhan terbiasa memohon kepada Allah supaya bisa berjumpa dengan Ramadhan. Apabila mereka sudah menjumpai Ramadhan, mereka memohon agar diberi taufik serta dianugerahi kesungguhan dan semangat oleh-Nya. Apabila mereka telah menyempurnakannya, maka enam bulan berikutnya mereka memohon pada-Nya agar amalan amalan yang mereka lakukan pada bulan Ramadhan diterima.”

Dua bulan sebelumnya, yaitu pada bulan Rajab, para salafus shalih sudah berkonsentrasi menyambut Ramadhan dan mereka senantiasa memanjatkan doa :

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلَّغْنَا رَمَضَانَ

Artinya: “Ya Allah berkahilah hidup kami pada bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikan usia kami pada bulan Ramadhan.

Demikian, doa ini diulang ulang hingga masuk bulan Ramadhan.

Jamaah Jum’ah Rahimakumullah Bulan Ramadhan adalah bulan pemutihan atas dosa dosa hamba Allah yang menghendaki. Maka jangan sampai terlewatkan begitu saja tanpa kita mendapat apa apa sehingga Ramadhan pergi meninggalkan kita. Sebagaimana sabda Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam :

وَرَغمَ أَنفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ

Artinya: “Sungguh merugi bagi seseorang yang kedatangan bulan Ramadhan hingga ia pergi meninggalkannya dan dosanya belum diampuni”.

Secara umum, ada beberapa bentuk persiapan yang mesti dilakukan oleh setiap Muslim, yaitu persiapan ilmu, mental dan persiapan amal.

Pertama: Persiapan Ilmu

Agar ibadah yang kita laksanakan benar dan sah, maka terlebih dahulu harus mengetahui ilmunya. Mengetahui syarat rukun dan hal hal yang dapat membatalkannya. Tanpa mengetahui syarat, rukun dan hal hal yang membatalkannya, maka berpotensi apa yang kita laksanakan tidak benar. Jika ini yang terjadi maka seperti apa yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam hal puasa :

صَائِم لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوْعُ وَالْعَطَسُ

Artinya: “Betapa banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa apa kecuali lapar dan dahaga.

Maka mengetahui pengertian puasa dengan detil tata cara serta syarat rukun dan hal hal yang harus dihindari sangatlah penting, agar puasa kita benar dan diterima oleh Allah subhanahu wata’ala.

Demikian pula dalam hal ibadah lain, shalat tarawih, i’tikaf, qiyamullail, membaca al-Qur’an dan ibadah-ibadah lainnya. Jalan terbaik bagi yang masih awam adalah mengaji dan bertanya kepada seorang guru yang diyakini keilmuannya, agar mendapatkan penjelasan-penjelasan secara mendetail.

Kedua : Persiapan Mental dan Iman

Persiapan mental untuk menerima kedatangan bulan Ramadhan sangatlah penting. Sangatlah merugi bagi orang orang yang tidak siap mental menyambut kedatangan Ramadhan, sehingga ketika Ramadhan datang tidak ada hal hal yang dapat ia lakukan kecuali perasaan tidak nyaman, atau bahkan acuh tak acuh, tidak ada bedanya bulan Ramadhan dengan bulan bulan lainnya.

Agar hati kita lebih siap dalam memasuki bulan Ramadhan, maka cara terbaik adalah dengan mengingat-ingat kembali keutamaan Ramadhan. Sebab, keutamaan inilah yang akan memotivasi seorang Muslim untuk menjalani kewajiban puasa Ramadhan dan berbagai amalan-amalan pendukungnya dengan penuh semangat. Perhatikan bagaimana motivasi yang disampaikan oleh Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam kepada para sahabat sesaat sebelum memasuki bulan Ramadhan.

Salman al-Farisi, salah seorang sahabat Nabi Muhammad menuturkan kepada kita, bahwa pada hari-hari terakhir bulan Sya’ban, Rasulullah berkhutbah, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya telah dekat kepadamu sekalian bulan yang agung, bulan yang penuh berkah, bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Inilah Ramadhan, bulan yang Allah tetapkan puasa di siang harinya sebagai kewajiban, dan shalat tarawih di malam harinya sebagai sunnah”.

Apa yang dilakukan oleh Sayidah Zubaidah, istri dari Khalifah Harun Arrasyid radhiyallahu anhuma, pada bulan Ramadhan beliau membuat pengairan ke padang Arafah dari tempat yang sangat jauh, sehingga para jamaah haji dapat menikmatinya hingga sekarang apa yang disebut dengan air Zubaidah.

Barangsiapa yang ingin mendekatkan diri kepada Allah di bulan ini dengan suatu amalan sunnah, maka pahalanya seolah-olah ia melakukan amalan wajib pada bulan lain. Dan barangsiapa melakukan amalan wajib pada bulan ini, maka ia akan dibalas dengan pahala seolah-olah telah melakukan tujuh puluh amalan wajib pada bulan lain. Inilah bulan kesabaran dan ganjaran bagi kesabaran yang sejati yaitu jannah. Bulan ini juga merupakan bulan simpati terhadap sesama. Pada bulan ini rezeki orang-orang beriman ditambah. “Barangsiapa memberi makan untuk berbuka puasa kepada orang yang berpuasa, maka kepadanya dibalas dengan ampunan terhadap dosa-dosanya dan dibebaskan dari api neraka jahannam dan ia memperoleh ganjaran yang sama sebagaimana orang yang berpuasa tanpa sedikitpun mengurangi pahala puasa dari orang itu…” (HR. Al-Baihaqi).

Jamaah Jum’ah Rahimakumullah

Dengan mengingat-ingat keutamaan Ramadhan, maka hati kita lebih siap untuk memasuki bulan Ramadhan. Terlebih ketika kita terus berdoa agar dipertemukan dengan Ramadhan.

Berdoa berarti mempersiapkan mental dan hati. Sebagaimana yang disebutkan di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, jika telah memasuki bulan Rajab, beliau memanjatkan doa agar dipertemukan dengan Ramadhan.

Persiapan Ketiga: Persiapan Amal

Memperbanyak amal merupakan salah satu bentuk keseriusan dalam memuliakan datangnya Ramadhan. Terutama pada bulan Sya’ban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengisinya dengan memperbanyak berpuasa di bulan ini sebagai persiapan menghadapi bulan Ramadhan. Diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu anha, ia berkata:

كَانَ رَسُولُ اللهِ – صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَصُومُ حَتَّى تَقُولَ لَا يُفْطِرُ ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لا يَصُومُ . فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa hingga kami mengira beliau tidak berbuka, dan beliau berbuka hingga kami mengira beliau tidak puasa. Tidaklah kami melihat Rasulullah menyempurnakan puasanya sebulan penuh selain bulan Ramadhan, dan tidaklah kami melihat beliau puasa lebih banyak selain bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari)

Selain memperbanyak puasa, para salafush-shalih juga membiasakan diri dengan memperbanyak membaca al-Quran. Anas bin Malik radhiallahu anhu berkata, “Ketika kaum Muslimin memasuki bulan Sya’ban, mereka sibuk membaca Al-Quran dan mengeluarkan zakat mal untuk membantu fakir miskin yang berpuasa”. Seorang salafush-shalih juga pernah berkata, “Sya’ban adalah bulan para pembaca Al-Quran.”

Jamaah Jumat Rahimakumullah

Karena itu, Abu Bakr al-Warraq al-Balkhi rahimahullah membuat sebuah perumpamaan bahwa, “Rajab adalah bulan untuk menanam, Sya’ban adalah bulan untuk mengairi dan Ramadhan adalah bulan untuk memanen.”

Singkatnya, agar buah bisa dipetik di bulan Ramadhan, kita mesti harus menyiapkan benih yang akan disemai, dan ia harus diairi sampai menghasilkan buah yang banyak. Puasa, qiyamullail, bersedekah, dan berbagai amal shalih di bulan Rajab dan Sya’ban, semua itu untuk menanam amal shalih. Tujuannya agar kita bisa memanen kelezatan puasa dan beramal shalih di bulan Ramadhan, karena lezatnya Ramadhan tidak bisa datang dinikmati begitu saja. Namun ia butuh pengorbanan dan kesabaran serta perjuangan.

Contoh Teks Khutbah Jumat Sambut Bulan Ramadhan 2024 (3)

Menyikapi Datangnya Bulan Ramadhan

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Pertama sekali marilah kita bersyukur kehadirat Allah swt. Yang senantiasa memberikan bimbingan dan berbagai nikmat yang tak terhitung jumlahnya yang kita bisa menikmati sampai hari ini sehingga kita masih bisa melaksanakan sholat jumat di masjid yang mulia ini.

Shalawat serta salam, semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, panutan kita nabi besar Muhammad SAW. Yang telah memberikan pencerahan dan pemahaman kita tentang Islam dan semoga kita termasuk golongan yang mendapat syafaatnya di hari akhir nanti, amin ya Robbal ‘alaimin.

Selaku khatib, kami mengingatkan kepada seluruh jamaah dan diri kami pribadi, Marilah kita selalu berusaha meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah, semoga Allah selalu memberikan bimbingan dan kekuatan kepada kita sehingga kita tetap berada dalam keimanan dan ketakwaan kepadaNya, Amiin.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Sebentar lagi kita akan kedatangan bulan yang Agung, bulan mulia bulan dimana diturunkannya Al-Qur’an yang merupakan pedoman hidup kita umat Islam diseluruh dunia ini. Sebagaimana Allah sampaikan di dalam surat Al-Isra/17 ayat 9.

Bulan Ramadhan adalah bulan puasa, bulan untuk membersihkan diri dan memperbaiki kualitas diri agar kita bisa masuk ke dalam predikat kelompok Muttaqin, kelompok orang-orang yang bertakwa kepada Allah SWT. Sebagaimana Allah SWT sampaikan dalam Al Qur’an :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (QS: Al-Baqarah : 183).

Sambutan kebahagian menjadi penting menandai sikap menyambut Ramadhan kita mengucapkan, “Ahlan wa Sahlan ya Ramadhan, Marhaban ya Ramadhan.” Selain itu, yang tidak kalah penting adalah kita melakukan berbagai persiapan sebelum memasuki Ramadhan.

Kita siapkan diri kita, keluarga, dan masyarakat agar lebih maksimal menjadikan Ramadhan sebagai ajang meraup pundi-pundi pahala di tiap amal saleh yang kita kerjakan di dalamnya. Persiapan yang perlu kita lakukan sejak dini adalah:

Pertama, Bergembira menyambut Ramadhan

Bergembira merupakan sikap yang baik dan mulia ketika kita menyambut kehadiran sesuatu yang baik apapun jenisnya. Bergembira menyambut Ramadhan juga sangat penting yang sangat mungkin menjadikan kita bisa menerima dengan ikhlas yang pada gilirannya bisa menjalani ibadah Ramadhan dengan baik dan benar serta nyaman dan nikmat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

جاءكم شهر رمضان, شهر رمضان شهر مبارك كتب الله عليكم صيامه فيه تفتح أبواب الجنان وتغلق فيه أبواب الجحيم… الحديث

“Telah datang pada kalian bulan Ramadhan, bulan Ramadhan bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan atas kalian untuk berpuasa di dalamnya. Pada bulan itu dibukakan pintu-pintu surga serta ditutup pintu-pintu neraka.” (HR. Ahmad)

Kedua, Bersyukur

Sangat penting ketika kita mendapatkan sesuatu yang baik apapun bentuknya untuk bisa mensyukuri pemberian tersebut.pada Allah swt. Atas pertemuannya dengan bulan Ramadhan, bulan yang sangat mulia yang hanya satu kali hadir dalam satu tahun.

Allah SWT akan menambah nikmat atau pemberian yang telah diberikan kepada seseorang atau kelompok apabila mereka bersyukur dengan baik dan benar atas pemberian yang diterimanya. Jika kita bersyukur dengan baik dan benar, insya Allah kita akan bertemu kembali dengan bulan Ramadhan yang akan datang. Allah SWT berfirman:

وإذ تأذن ربكم لئن شكرتم لأزيدنكم ولئن كفرتم إن عذابي لشديد

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim (14) : 7)

Namun kebanyakan manusia tidak bersyukur. Kepada orang yang pandai bersyukur, Allah SWT memberikan kelebihan padanya. Diantaranya menambah nikmat-Nya. Allah SWT tidak menyiksa seorang hamba di hari kiamat kelak. Bersyukur dapat melestarikan nikmat yang diberikan Allah SWT.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Ketiga, Mempersiapkan lImu.

Kita sambut Ramadhan dengan memiliki dan menguasai ilmu seputar ibadah di bulan Ramadhan. Dengan ilmu yang baik kita bisa mengerjakan ibadah sesuai tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya serta teladan dari para ulama.

Ilmu di sini meliputi kaifiyat atau tata cara ibadah Ramadhan dari segi fikihnya atau hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya. Allah SWT berfirman :

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabannya.” (QS: Al Isra’ : 36).

Persiapan ilmu merupakan sebuah keniscayaan. Ilmu adalah penerang jalan yang pada mulanya gelap gulita menjadi terang benderang, sehingga kita dapat menjalani ibadah dengan benar seperti yang diajarkan dalam agama Islam. Allah memberi penghargaan kepada orang yang berilmu.

Keempat, adalah persiapan Fisik.

Dari Abu Hurairah, beliau berkata, Rasulullah ﷺ bersabda :

اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِـيْ كُـلٍّ خَـيْـرٌ

“Seorang Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan.” (HR. Muslim).

Hal ini memberi motivasi bagi kita untuk menjadi orang beriman yang sehat, sehat jasmani dengan berolah raga dan rohani dengan mempersiapkan mental. Aneka ibadah yang kita tunaikan, termasuk di bulan Ramadhan, menuntut kebugaran fisik dalam mengerjakannya.

Puasa dan shalat tarawih akan sanggup kita laksanakan dengan baik, salah satunya ketika kita memiliki kondisi fisik yang sehat. Sebagaimana kita ketahui, muslim yang sakit tidak diwajibkan untuk melaksanakan puasa, tapi harus menggantinya sesudah Ramadhan berakhir, bila kondisi kesehatannya sudah kembali pulih.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Kelima adalah Persiapan Program Aktivitas Ramadhan.

Agar kita bisa melakukan kegiatan ibadah dengan baik dan terkontrol, ada baiknya kita bisa menyusun rencana aktivitas bulan ramadhan yang akan dijalani. Penyusunan program aktivitas sangat membantu dan bisa mengingatkan kita untuk bisa menjalani ramadhan dengan baik dan terkontrol serta bisa dievaluasi ataupun dikomparasi dengan kegiatan orang lain atau kegiatan kita di Ramadhan tahun lalu.

Kita bisa menyusun program-program yang baik dan sesuai dengan kemampuan fisik dan mental kita agar bisa menjalaninya dengan nyaman dan nikmat, sehingga insya Allah bisa mempercepat mendapatkan predikat “Muttaqin”. Program Shalat Tarawih, bersedekah, beristighfar, membaca Al Qur’an dan lain sebagainya.

Demikian khutbah yang singkat ini, semoga dalam menyambut Ramadhan ini kita bisa bergembira, bersyukur dipertemukan dengan bulan Ramadhan, mempersiapkan Ilmu Ramadhan, melakukan persiapan fisik, serta merencanakan program aktifitas Ramadhan.

Sehingga Allah SWT bisa Ridho menjadikan kita bisa meraih predikat Muttaqin, sehingga akan mendapatkan surga Nya, amin.

Contoh Teks Khutbah Jumat Sambut Bulan Ramadhan 2024 (4)

Bekal Terbaik Sambut Bulan Ramadhan

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Mari bersama-sama kita berusaha meningkatkan takwa kita kepada Allah swt, dengan melaksanakan sebaik-baiknya apa yang menjadi perintah Allah swt dan meninggalkan apa yang menjadi larangan-Nya, sehingga kelak kita termasuk ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang beruntung baik di dunia maupun di akhirat, amin, amin ya rabbal ‘alamin.

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Sebentar lagi bulan Ramadhan akan tiba. Tamu terhormat yang datang dengan membawa segudang peluang dan kesempatan emas bagi kita. Kenapa dikatakan demikian?

Tak lain karena di dalam bulan Ramadhan terkandung kemuliaan dan keistimewaan yang amat besar, yang tak bisa dijumpai pada bulan-bulan lainnya. Nilai ibadah dilipatgandakan, doa-doa dikabulkan, dosa diampuni, pintu surga dibuka, sementara pintu neraka ditutup. Ramadhan, tak ubahnya tamu agung yang selalu dinanti-nanti kedatangannya.

Oleh karena itu, kita perlu mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam rangka menyambut bulan yang penuh berkah tersebut, sehingga kita dapat memanfaatkannya secara maksimal untuk beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Dengan demikian, apa yang menjadi tujuan akhir dari puasa Ramadhan ini, yakni derajat ketakwaan dapat kita raih.

Rasulullah saw berpesan kepada umatnya ketika bulan Ramadhan datang, sebagaimana hadits yang diriwayatkan an-Nasa’i dari Abu Hurairah:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرْدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ. فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ …… (سنن النسائي الجزأ 7 ص. 256: 2079)

Artinya, “Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, bahwa Rasulullah telah bersabda, “Sungguh telah datang pada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, yang mana pada bulan tersebut Allah SWT mewajibkan kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu, pintu-pintu langit dibuka, sementara pintu-pintu neraka ditutup serta syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan.(HR. An-Nasa’i)

Selain itu, Rasulullah mengajarkan kepada kita sebuah doa yang dipanjatkan menjelang datangnya Ramadhan, yakni: Allâhumma bâriklanâ fî Rajaba wa Sya’bâna, wa ballighna Ramâdlana (ya Allah berkahi kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikan (usia) kami berjumpa Ramadhan) (HR. Ahmad dan Bazzar).

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Berikut ini adalah beberapa sikap sekaligus bekal terpuji yang dilakukan para ulama shaleh terdahulu dalam menyambut bulan suci Ramadhan yang pantas kita lanjutkan.

Pertama, kita harus menyambut Ramadhan dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Yahya bin Abi Katsir meriwayatkan bahwa orang-orang salaf terdahulu selalu mengucapkan doa:

اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبَ وَ شَعْبَانَ وَ بَلِغْنَا رَمَضَانَ

Artinya, “Ya Allah berkahi kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikan (usia) kami berjumpa Ramadhan.”

Kedua, kita perlu menyambut Ramadhan dengan pengetahuan yang dalam. Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim. Ibadah puasa mempunyai ketentuan dan aturan yang harus dipenuhi agar sah dan sempurna. Sesuatu yang menjadi prasyarat suatu ibadah wajib, maka wajib memenuhinya dan wajib mempelajarinya. Ilmu tentang ketentuan puasa atau yang sering disebut dengan fiqih puasa merupakan hal yang wajib dipelajari oleh setiap Muslim, minimal tentang hal-hal yang menjadi sah dan tidaknya puasa.

Pengetahuan yang utuh tentang bulan Ramadhan akan menghindarkan diri dari kesalahan-kesalahan yang bisa merusak ibadah Ramadhan. Dengan kekayaan pengetahuan kita bisa meraih keutamaan Ramadhan dan mendorong tumbuhnya motivasi dari dalam diri untuk menjalani ibadah dengan sebaik-baiknya.

Ketiga, adalah dengan doa. Bulan Ramadhan selain merupakan bulan karunia dan kenikmatan beribadah, juga merupakan bulan tantangan. Tantangan menahan nafsu untuk perbuatan jahat, tantangan untuk menggapai kemuliaan malam Lailatul Qadar dan tantangan-tantangan lainnya. Keterbatasan manusia mengharuskannya untuk selalu berdoa agar optimis melalui bulan Ramadhan.

Keempat, yaitu dengan tekad dan planning yang matang untuk mengisi Ramadhan. Niat dan azam adalah bahasa lain dari planning atau perencanaan. Orang-orang saleh terdahulu selalu merencanakan pengisian bulan Ramadhan dengan cermat dan optimis. Misalnya tekad mengkhatamkan Al-Quran, rutin bersedekah dan memberi makan orang berpuasa, istiqomah menghadiri pengajian dan membaca buku agama, dan kebaikan-kebaikan yang lain.

Kelima, mempersiapkan materi atau finansial. Persiapan materi di sini tidak dimaksudkan untuk membeli kebutuhan berbuka dan sahur yang mewah dan mahal bahkan kadang terkesan berlebihan. Tapi finansial/materi yang diperuntukkan untuk menopang ibadah sedekah dan infak kita. Bulan Ramadhan merupakan bulan muwasasah (bulan santunan, pelipur lara). Sangat dianjurkan memberi santunan kepada orang lain, betapapun kecilnya. Pahala yang sangat besar akan didapat manakala ia memberi kepada orang lain yang berpuasa, sekalipun sekadar sebiji kurma dan seteguk air.

Demikianlah khutbah yang dapat kami sampaikan, semoga kita memperoleh rahmat, hidayat serta kekuatan untuk dapat mempersiapkan diri secara maksimal, menyongsong datangnya bulan Ramadhan. Amin.

Contoh Teks Khutbah Jumat Sambut Bulan Ramadhan 2024 (5)

Kesempatan Terbaik Memperbanyak Baca Al-Qur’an di Bulan Ramadhan

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Pada kesempatan yang mulia ini, alfaqir mengajak kepada diri sendiri dan jamaah Jumat untuk tidak berhenti berupaya meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt. Taqwa menjadi bekal kita semua saat kembali dan menghadap kepada sang Khalik, Allah swt. Sepanjang nafas kita masih belum berhenti, kesempatan itu perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya dengan menjalankan perintah-perintah Allah swt dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Alhamdulillah, kita semua masih bisa menjalankan ibadah puasa Ramadhan sampai detik ini. Tentu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi kita, karena dapat menunaikan kewajiban puasa Ramadhan ini. Selanjutnya, kita juga perlu bersyukur, di samping kewajiban puasa itu dapat kita laksanakan, pada saat yang sama, kita juga sedang berada di bulan yang mulia dan terdapat banyak keistimewaan atau keutamaan. Karenanya, banyak anjuran ibadah yang sayang sekali bila dilewatkan.

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Salah satu ibadah yang sangat dianjurkan pada bulan Ramadhan adalah memperbanyak membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah klalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai petunjuk bagi umat Islam. Tepat di bulan Ramadhan Al-Qur’an itu diturunkan, sebagaimana firman Allah swt:

شَهۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِيٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدٗى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٖ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ

Artinya, “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (QS. Al-Baqarah [2]: 185)

Ramadhan menjadi bulan yang amat berharga dan sakral untuk umat Islam, karena turunnya Al-Qur’an bertepatan di bulan Ramadhan. Peristiwa itu seyogyanya memberikan spirit tersendiri untuk terus memuliakan Al-Qur’an dengan cara meningkatkan tadarus Al-Qur’an di bulan Ramadhan ini sekaligus merenungi makna-makna yang terkandung di dalamnya.

Hal lain yang selayaknya memacu kita untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an adalah peristiwa di mana Rasulullah saw rutin bertadarus Al-Qur’an kepada Malaikat Jibril di bulan Ramadhan. Sebagaimana dalam Hadits riwayat Ibnu ‘Abbas:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ

Artinya, “Dari Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah saw adalah manusia yang paling lembut terutama pada bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril menemuinya, dan adalah Jibril mendatanginya setiap malam di bulan Ramadhan, di mana Jibril mengajarkannya Al-Qur’an. Sungguh Rasulullah saw orang yang paling lembut daripada angin yang berhembus.” (HR. Bukhari)

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Membaca Al-Qur’an bernilai ibadah. Bahkan, satu huruf dinilai sepuluh kebaikan. Di samping itu memperbanyak membaca Al-Qur’an juga sebagai perantara umat Islam dalam menggapai kebahagiaan. Rasulullah saw memastikan atau menjamin keselamatan untuk umatnya yang mencintai Al-Qur’an dengan meningkatkan bacaannya terhadap Al-Qur’an. Nabi Muhammad saw bersabda:

إِقْرَأُوا الْقُرْاٰنَ فَإِنَّ اللّٰهَ لَا يُعَذِّبُ قَلْبًا وَعَى الْقُرْاٰنَ. إِنَّ هٰذَا الْقُرْاٰنَ مَأْدُبَةُ اللّٰهِ. فَمَنْ دَخَلَ فِيْهِ أَمِنَ. وَمَنْ أَحَبَّ الْقُرْاٰنَ فَلْيُبَشِّرْ

Artinya, “Bacalah Al-Qur’an. sungguh Allah swt tidak akan mengazab hati yang mengandung Al-Qur’an. Sungguh Al-Qur’an merupakan perjamuan Allah. Siapa yang masuk di dalamnya, maka dia aman. Siapa yang mencintai Al-Qur’an, maka berbahagialah!”

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Membaca Al-Qur’an termasuk ibadah paling utama di antara ibadah-ibadah yang lain, sebagaimana yang diriwayatkan oleh an-Nu’man ibn Basyir:

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَفْضَلُ عِبَادَةِ أُمَّتِي قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ

Artinya: Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baiknya ibadah umatku adalah membaca Al-Qur’an.” (HR. al-Baihaqi).

Tak hanya itu, Al-Qur’an juga akan memberikan syafaat di hari Kiamat bagi siapa saja yang membacanya, sebagaimana Hadits dari Abu Umamah al-Bahili:

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اقْرَءُوا الْقُرْآنَ؛ فَإِنَّهُ يَأْتِي شَفِيعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ لِصَاحِبِهِ

Artinya, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Bacalah Al-Qur’an. Sebab, ia akan datang memberikan syafaat pada hari Kiamat kepada pemilik (pembaca, pengamal)-nya,” (HR. Ahmad).

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Dalam sebuah Hadits Qudsi disebutkan bahwa orang yang terus membaca Al-Qur’an sampai-sampai tidak sempat sempat membaca dzikir yang lain, Allah akan memberi balasan terbaik melebihi balasan mereka yang meminta, sebagaimana riwayat Abu Sa’id dari Rasulullah saw, bahwa Allah berfirman:

يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى مَنْ شَغَلَهُ قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ عَنْ ذِكْرِي وَمَسْأَلَتِي أَعْطَيْتُهُ أَفْضَلَ ثَوَابِ السَّائِلِينَ وَفَضَلُ الْقُرْآنِ عَلَى سَائِرِ الْكَلَامِ كَفَضْلِ اللَّهِ عَلَى خَلْقِهِ

Artinya, Allah berfirman, “Siapa saja yang disibukkan oleh membaca Al-Qur’an, hingga tak sempat dzikir yang lain kepada-Ku dan meminta kepada-Ku, maka Aku akan memberinya balasan terbaik orang-orang yang meminta. Ingatlah, keutamaan Al-Qur’an atas kalimat-kalimat yang lain seperti keutamaan Allah atas makhluk-Nya,” (HR. Al-Baihaqi).

Demikian khutbah Jumat ini, semoga pada Ramadhan tahun ini, kita diberikan keistiqomahan oleh Allah dalam menjalankan berbagai macam ibadah, baik wajib maupun sunnah. Termasuk membaca Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah penuntun kita untuk meraih keselamatan dan kebahagiaan, di dunia dan akhirat.

Contoh Teks Khutbah Jumat Sambut Bulan Ramadhan 2024 (6)

Pesan Damai Bulan Ramadhan

Ma`âsyiral Muslimîn, Jamaah Jumat hafidhakumullâh!

Kini, kita memasuki sepuluh kedua Ramadhan, bulan yang penuh berkah dan ampunan. Tidak ada dosa yang diperbuat seorang yang berpuasa, yang puasanya dilakukan dengan khusyu’, ikhlas, imanan, dan ihtisaban, kecuali akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu. Rasulullah bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).

Menurut catatan Ibn Hajar al-Asqalani dalam Fath al-Bari bi Syarh Sahih al-Bukhari, yang dimaksud Imanan adalah berpuasa karena meyakini akan kewajiban puasa, sedangkan yang dimaksud ihtisaban adalah mengharap pahala dari Allah Ta’ala. Itulah alasan mengapa Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 183 menyebutkan bahwa seruan kewajiban berpuasa itu diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman. Yâ ayyuhal ladzîna âmanû, kutiba ‘alaikumush shiyâm. Atas dasar imanan dan ihtisaban, itulah tata cara puasa yang benar, yang membuat pelakunya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

Kalau seseorang mendasari puasanya karena dasar iman, mengharap pahala dan ridha Allah, maka tentu hatinya semakin tenang, lapang dan bahagia. Ia pun akan bersyukur atas nikmat puasa Ramadhan yang ia dapati tahun ini. Hatinya tentu tidak merasa berat dan susah ketika menjalani puasa. Sehingga ia pun terlihat berhati ceria dan berakhlak yang baik.

Ma’asyiral Muslimin yang dimuliakan Allah!

Di antara hikmah Ramadhan adalah ada bahwa berpuasa itu adalah benteng atau perisai bagi pelakunya. Rasulullah bersabda:

وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ

“Puasa adalah perisai. Jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa, janganlah berkata keji dan berteriak-teriak. Jika ada orang yang mencarinya atau memeranginya, maka ucapkanlah, ‘Aku sedang berpuasa” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Hadits tersebut menjelaskan bahwa puasa merupakan perisai, selama tidak dinodai dengan perkataan dan perbuatan kotor yang dapat merusak hakikat puasa itu sendiri. Yang dimaksud puasa itu جُنَّةٌ (junnatun) adalah bahwa puasa akan menjadi pelindung, yang akan melindungi pelakunya di dunia dan juga di akhirat. Di dunia, puasa akan menjadi pelindung bagi pelakunya untuk tidak mengikuti godaan syahwat yang terlarang di saat puasa. Oleh karena itu tidak boleh bagi orang yang berpuasa untuk membalas orang yang menganiaya dirinya dengan balasan serupa. Sehingga jika ada yang mencela ataupun menghina dirinya, maka hendaklah dia mengatakan “Aku sedang berpuasa”. Kemudian di akhirat, puasa akan menjadi perisai bagi pelakunya untuk tidak dimasukkan ke dalam api neraka pada hari kiamat.

Dalam konteks puasa sebagai junnah, setidaknya ada tiga manfaat puasa, yaitu fâ’idah rûhiyyah, fâ’idah ijtimâ’iyyah, dan fâ’idah shihhiyyah. Di antara faedah rûhiyyah berpuasa Ramadhan adalah bahwa berpuasa menjadikan kita membiasakan diri agar berlaku sabar, mengekang hawa nafsu, dan membuat kita untuk selalu mengekspresikan sikap dan karakter taqwa dalam segala keadaan, karena memang takwa itulah yang menjadi tujuan khusus dalam berpuasa. La’allakum tattaqûn.

Kemudian, di antara faedah ijtimâ’iyyah dalam puasa Ramadhan adalah bahwa kita dibiasakan untuk hidup tertib, disiplin, rukun, damai, dan bersatu padu. Puasa juga mengajarkan kita untuk cinta keadilan dan kesetaraan di antara umat: antara yang kaya dan yang miskin, antara yang pejabat dan rakyat, antara pengusaha dan karyawan, dan seterusnya. Tidak ada perbedaan di antara mereka, semuanya wajib berpuasa ketika telah memenuhi persyaratannya. Bahkan, puasa juga menjadi ajang pembentukan rasa kasih dan sayang, untuk selalu berbuat baik terhadap sesama, karena memang dengan berpuasa, segala pintu dosa dan kemaksiatan menjadi tertutup karenanya. Sedangkan faedah sholihiyyah berpuasa Ramadhan adalah bahwa berpuasa itu membersihkan usus-usus dan pencernaan, memperbaiki perut yang terus-menerus beraktivitas, membersihkan badan dari lemak dan kolesterol yang menjadi sumber penyakit, sehingga orang yang berpuasa menjadi sehat adanya. Shûmû tashihhû, kata Nabi. Berpuasalah, niscaya kalian sehat.

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah!

Oleh karena itu, marilah bulan Ramadhan tahun ini kita jadikan sebagai perisai spiritual, perisai sosial dan perisai kesehatan. Pemilu 2019 sudah berlalu. Biarlah KPU dan Bawaslu yang menentukan proses selanjutnya. Dengan berpuasa, kita bina Indonesia damai. Damai jiwa kita, rukun sosial kita, dan sehat raga kita.

Selaku intelektual Muslim moderat, kita jaga perdamaian pasca Pemilu 2019 ini dengan sunnahnya puasa. Jangan sampai puasa kita kali ini, dirusak lagi dengan perkataan keji (qaul az-zûr), ghibah, menebar hoaks, fitnah, ujaran kebencian, dan adu domba, baik secara langsung maupun melalui media digital, media elektronik, televisi, radio, internet, dan media sosial. Biarlah semua itu terjadi di masa kampanye. Tetapi setelah Pemilu, perkataan dan perbuatan itu kita bersihkan dengan puasa kita yang imanan wa ihtisaban. Kalau semua itu masih kita lakukan di bulan Ramadhan ini, maka kita termasuk orang yang disabdakan Rasulullah:

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ

“Banyak orang yang berpuasa, namun ia tak mendapatkan apapun dari puasanya, selain rasa lapar saja.” (HR Imam Ahmad).

Intinya, marilah kita jadikan momen Ramadhan tahun ini sebagai bulan penyucian badan dan rohani dari segala keburukan Pemilu. Kita suarakan pesan damai Ramadhan melalui rekonsiliasi nasional. Karena inilah sikap intelektual Muslim moderat. Hal ini perlu kita gaungkan, agar kita mendapatkan hikmah damai Ramadhan, sehingga bangsa dan negara Indonesia yang tercinta ini, dapat kita jaga dari kehancuran moral.

Saudara-saudara jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah!

Sebagai penutup khutbah pertama ini, marilah kita renungkan firman Allah Ta’ala dalam QS. al-A’raf ayat 96:

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٓ ءٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَاْلأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوْا فَأَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ.

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan”.

Semoga puasa kita yang imanan dan ihtisaban itu menjadi Junnah bagi kita untuk dapat terus menjaga dan merawat Indonesia yang damai, dengan mendapatkan keberkahan Ramadhan dari langit dan bumi. Amîn yâ rabbal ‘âlamîn.

Contoh Teks Khutbah Jumat Sambut Bulan Ramadhan 2024 (7)

Berburu Ampunan, Rahmat, dan Surga di Bulan Puasa

Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.

Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang dilarang dan diharamkan.

Jamaah yang dimuliakan Allah.

Alhamdulillah, tahun ini kita kembali dipertemukan dengan bulan suci Ramadhan. Bulan yang di dalamnya mempunyai sejuta keistimewaan dan keutamaan bagi umat Muslim. Oleh karena itu, tidak heran jika pada bulan ini intensitas ibadah umat Islam semakin meningkat, baik dengan lebih serius lagi menunaikan kewajiban-kewajiban agama maupun rajin mengamalkan ibadah-ibadah sunnah di dalamnya.

Rasulullah sendiri pernah menyampaikan bahwa saat tiba bulan Ramadhan umat Muslim didorong untuk memperbanyak ibadah. Sebab, pahala amal kebaikan di dalamnya mendapat balasan berkali-kali lipat. Dalam satu hadits diriwayatkan,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي، لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ، وَلَخُلُوفُ فَمِ الصائم أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ

Artinya, “Dari Abu Hurairah ra, dia berkata, ‘Rasulullah saw bersabda, ‘Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya. Satu (amal) kebaikan diberi pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali. Allah azza wajalla berfirman, ‘Kecuali puasa, karena puasa itu adalah bagi-Ku dan Akulah yang akan membalasnya. Sebab, dia telah meninggalkan nafsu syahwat dan nafsu makannya karena-Ku.’

Dan bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan. Kebahagiaan ketika dia berbuka, dan kebahagiaan ketika dia bertemu dengan Rabb-Nya. Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada wanginya kasturi.'” (HR Bukhari dan Muslim)

Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.

Ada tiga hal besar yang Allah janjikan untuk umat Muslim saat Ramadhan tiba, yaitu ampunan, rahmat, dan balasan surga. Rasulullah pernah bersabda,

.أَوَّلُ شَهْرِ رَمَضَانَ رَحْمَةٌ، وأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ، وَآخِرَهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ

Artinya, “Awal Bulan Ramadhan adalah rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya pembebasan dari api neraka.” (Ibnu Khuzaimah)

Pertama adalah rahmat. Rahmat merupakan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Berkat rahmat inilah kelak umat Muslim bisa mendapat ampunan di akhirat dan memperoleh balasan surga. Bahkan dikatakan bahwa rahmat merupakan penentu nasib seseorang kelak di hari akhir. Boleh jadi orang rajin beribadah, tapi jika belum meraih rahmat Allah ia tidak mendapat jaminan masuk surga.

Meski demikian, bukan berarti kita meremehkan ibadah dengan alasan mengandalkan rahmat, karena penyebab rahmat sendiri adalah ketaatan seorang hamba kepada Allah.

Berkaitan dengan ini, ada kisah menarik tentang seorang hamba taat yang sepanjang hayatnya digunakan untuk beribadah, tapi ia masuk surga bukan sebab ibadahnya itu, melainkan karena anugerah rahmat Allah. Kisah ini disampaikan Syekh Abul Laits as-Samarqandi dalam Tanbīhul Ghāfilīn dengan mengutip riwayat Al-Hakim dalam Mustadrak-nya.

Dikisahkan, sekali waktu Malaikat Jibril as bercerita kepada Nabi Muhammad saw, “Hai, Muhammad! demi Allah yang telah menugaskan engkau menjadi nabi. Allah memiliki seorang hamba yang ahli ibadah. Hamba tersebut hidup dan beribadah selama 500 tahun di atas gunung.”

Ringkas kisah, hamba itu memohon kepada Allah untuk mencabut nyawanya dalam keadaan sujud dan jasadnya tetap utuh sampai tiba hari kiamat. Doanya dikabulkan. Begitu di akhirat, Allah berkata padanya, “Hamba-Ku, engkau Aku masukkan ke surga berkat rahmat-Ku!”

Hamba tersebut menyangkal. Seharusnya, protes dia, yang membuatnya masuk surga adalah ibadahnya yang ratusan tahun itu, bukan rahmat Allah. Setelah ditimbang, ternyata bobot rahmat-Nya lebih besar daripada amal ibadah tersebut. Allah pun memerintahkan malaikat untuk memasukan dia ke neraka.

Sebelum dimasukkan ke dalam neraka, hamba itu mau mengakui bahwa rahmat Allah lebih besar dan bisa membuatnya masuk surga. Ia pun tidak jadi dimasukkan ke dalam neraka. (Abul Laits as-Samarqandi, Tanbihul Ghafilin, t.t, h. 63)

Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.

Keutamaan Ramadhan berikutnya adalah maghfirah atau ampunan Allah. Sebagai manusia, tentu sadar diri bahwa kita memiliki banyak dosa yang kian hari semakin bertambah. Sebab, berbuat salah dan dosa merupakan fitrah manusia. Rasulullah saw bersabda,

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.

Artinya, “Setiap anak Adam (manusia) pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat.” (HR Tirmidzi).

Hadits ini menegaskan bahwa sebagai manusia kita tidak bisa terbebas dari dosa. Tidak peduli dia rakyat biasa atau pejabat, seorang awam atau agamawan, santri ataupun kiai, semua pasti memiliki dosa. Hanya, yang membedakan kita semua adalah siapa yang mau mengakui atas dosa-dosanya dan bertaubat kepada Allah. Pada momen Ramadhan ini, Allah menjanjikan limpahan ampunan bagi hamba-hamba-Nya yang bertaubat. Oleh karena ini, jangan sia-siakan kesempatan emas yang hanya datang satu bulan dalam setahun ini.

Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.

Keistimewaan yang Allah janjikan saat Ramadhan berikutnya adalah balasan surga bagi hamba-Nya yang taat. Rasulullah pernah bersabda,

إِذَا جَاءَ رَمَضَانَ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنَ

Artinya, “Ketika Ramadhan tiba, dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan setan pun dibelenggu.” (HR Muslim)

Berkaitan dengan hadits di atas, Syekh ‘Izzuddin bin Abdissalam menjelaskan, maksud ‘dibukanya pintu surga’ merupakan simbol imbauan bagi umat Muslim untuk memperbanyak amal ibadah di bulan suci Ramadhan, sementara ‘dibelengguhnya setan’ merupakan simbol untuk mencegah diri dari perbuatan maksiat. (Syekh ‘Izzuddin bin Abdissalam, Maqashidush Shaum, 1922: 12).

Ma’asyiral muslimīn a’azzakumullāh.

Sekian khutbah yang bisa khatib sampaikan. Semoga kita bisa melalui Ramadhan tahun ini dan tahun-tahun berikutnya dengan maksimal sehingga bisa meraih ampunan, rahmat, dan balasan surga dari Allah SWT.

Demikianlah contoh teks khutbah Jumat yang bisa dijadikan referensi dalam rangka menyambut bulan Ramadhan. Semoga bermanfaat! (Red)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini