Simak, Inilah yang Harus Dilakukan Saat Lupa Rakaat Dalam Sholat!

Ilustrasi. Foto : pixabay.com

Sigijateng.id – Jika lupa rakaat saat melaksanakan ibadah sholat, apa yang harus dilakukan? Ada cara tersendiri yang menjadi solusi saat mengalami hal ini. Berikut penjelasannya.

Dilansir nu.or.id, jika seseorang benar-benar lupa mengerjakan satu rukun tertentu dalam sholat, dan ia sama sekali tidak ingat, dan tidak ada orang yang mengingatkannya, maka ibadah itu hukumnya tetap sah.

Namun jika ia teringat kembali dan meyakini adanya kelalaian itu, hendaklah dia memperbaikinya. Misalkan seseorang lupa meninggalkan satu atau dua rakaat dalam sholat, sedangkan ia telah mengucap salam sebagai tanda selesai dalam sholat.

Kalau ingatan itu datang dalam waktu dekat, hendaklah ia menambah rakaat yang ditinggalkannya dan mengakhirinya dengan sujud sahwi. Tetapi jika ingatan itu baru datang setelah beberapa lama (misalkan baru teringat setelah baca dzikir) maka orang tersebut wajib mengulangi sholatnya lagi.

Begitu keterangan dalam Majmu’:

اذا سلم من صلاته ثم تيقن انه ترك ركعة او ركعتين اوثلاثا او انه ترك ركوعا اوسجودا اوغيرهما من الاركان سوى النية وتكبرة الاحرام فان ذكر السهوقبل طول الفصللزمه البناء على صلاته فيأتى بالباقى ويسجد للسهو وان ذكر بعد طول الفصل لزمه استئناف الصلاة

“Apabila seseorang telah salam (usai sholatnya) kemudian ia baru teringat bahwa ia telah melupakan (meninggalkan) satu atau dua atau tiga rakaat atau ia lupa telah meninggalkan rukuk atau sujud atau rukun lainnya kecuali niat dan takbiratul ihram, maka ia cukup menambahi (menyusuli) apa yang telah dilupakannya itu dengan sujud sahwi, jika ingatan itu segera datang. Tetapi jika ingatan itu datangnya setelah beberapa lama maka hendaklah ia mengulangi sholatnya kembali.”

Berbeda ketika seseorang lupa meninggalkan satu rukun tertentu (rukuk atau membaca Surat Al Fatihah) maka ketika ingat dan belum melakukan rukun yang sama pada rakaat setelahnya, hendaklah ia segera mengganti rukun yang ditinggalkan itu.

Apabila ia lupa, maka itulah apa pun yang dilakukannya sudah cukup dan dianggap sah karena memang lupa. Begitu keterangan dalam Fathul Mu’in Hamisy I’anatut Thalibin:

ولو سها غير مأموم فى الترتيب بترك ركن كأن سجد قبل الركوع أو ركع قبل الفاتحة لغا مافعله حتى يأتي بالمتروك فان تذكر قبل بلوغ مثله أتى به والا فسيأتى بيانه… وإلا أي وان لم يتذكر حتى فعل مثله فى ركعة أخرى أجزأه عن متروكه ولغا ما بينهما هذا كله ان علم عين المتروك ومحله…

“Bagaimana jika yang datang adalah sebuah keraguan di mana membuat kita berpikir di tengah-tengah shalat? Maka perlu ditinjau masalahnya secara detail. Ketika seseorang mengalami keraguan di tengah-tengah shalatnya, apakah dia sudah melakukan satu fardhu tertentu (ruku,misalnya) atau belum. Maka masalah ini perlu diperinci lagi, jika keraguan terjadi sebelum orang itu melakukan fardhu yang ditinggal (ruku’) tersebut pada rakaat setelahnya, maka ia harus kembali untuk melakukan fardhu yang ditinggal (ruku’).”

Namun jika keraguan itu datang setelah ia melakukan fardhu yang sama yang ditinggalkannya (ruku’) pada rakaat setelahnya, cukuplah baginya meneruskan shalat dan menambah satu rakaat lagi, sebagai pengganti satu rukun yang ditinggalkannya itu.

Begitu keterangan dalam Fathul Mu’in Hamisy I’anatut Thalibin:

…أو شك هو أي غير المأموم فى ركن هل فعل أم لا كأن شك راكعا هل قرأ الفاتحة أوساجدا هل ركع أواعتدل أتى به فورا وجوبا ان كان الشك قبل فعله مثله أي مثلالمشكوك فيه من ركعة أخرى

“Bagaimana jika ketika terjadi keraguan setelah shalat, apakah sholat yang telah dikerjakan itu telah lengkap ataukah ada rukun tertentu yang tertinggal? Maka shalat semacam itu secara fiqih tetap dianggap syah dan tidak perlu mengulanginya kembali.”

Kitab Khasiyah Qulyubi wa Umairah menjelaskan:

ولوشك بعد السلام فى ترك فرض لم يؤثر على المشهور – لان الظاهر وقوع السلام عن تمام

“Jikalau setelah salam (selesai sholat) seseorang ragu dalam meninggalkan/melaksanakan satu fardhu tertentu, maka hal itu tidak berpengaruh (tetap sah) menurut pendapat yang masyhur. Karena dalam kenyataannya ia telah melakukan salam dan (shalat dianggap) sempurna.”

Dengan kata lain, lupa dan ragu adalah dua hal berbeda. Begitu pula cara penyelesaiannya. Hukum lupa segera dicabut ketika datang ingatan. Selama seseorang dalam kondisi lupa ia akan terbebas dari tuntutan syariat, dan ketika ia teringat kembali, maka orang tersebut kembali terkena tuntutan syariat.

Wallahu a’lam bishawab.

(Red)

Berita Terbaru:

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini