Jateng Targetkan 500 Desa Wisata, Kini Baru Ada 229 Desa

Dusun Similir di Bawen Kabupaten Semarang, ini adalah salah satu Desa Wisata di Jawa Tengah yang langsung berhasil menyedor pengunjung yang cukup banyak. (foto aris syaefudin/ sigijateng.id)

SIGIJATENG.ID, Semarang – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah menargetkan dapat memiliki 500 Desa Wisata, untuk menjadikan Jateng surganya desa wisata.

Kepala Seksi Pengembangan Daya Tarik Wisata Disporapar Jateng, Riyadi Kurniawan mengatakan, hingga saat ini Jateng sudah memiliki 229 Desa Wisata yang tersebar di 35 kabupaten/kota.

“Pemerintah optimis mencapai target tersebut salah satunya dengan membuat Perda khusus Desa Wisata (Perda Jateng no.2 tahun 2019) yang di dalamnya mengatur khusus kemajuan Desa Wisata,” katanya, Jumat (27/9/19).

Sementara itu, Ketua Asita Jateng, Joko Suratno mengatakan, desa wisata memiliki potensi yang besar untuk memikat wisatawan domestik maupun mancanegara.

Disebutnya, Asita pun juga terus melakukan promosi terutama ke wisatawan asing agar datang ke desa wisata. Adapun dari desa wisata yang ada, sampai saat ini sudah ada 10 desa wisata yang pilihan prioritas bagi wisatawan asing.

“Kami selama ini aktif menjual tetapi memang dibutuhkan semacam endorser atau pemasaran melalui internet dari endorser negara lain. Karena hal ini pasti menarik wisatawan asing,” ujarnya.

Ia menyebutkan, saat ini pihaknya mengintegrasikan objek wisata seperti Candi Borobudur dengan beberapa kunjungan ke Desa Wisata Tanon, dan mereka sangat menikmati.

“Peluang Jateng saat ini untuk Desa Wisata menurut saya pasar yang terdekat adalah Pasar Singapura dan Malaysia. Tetapi untuk peluang domestik pasti lebih besar seperti Lerep, Tanon, dan Desa yang ada di Lereng Merapi (Samiran) itu juga sangat potensial,” terangnya.

Maka sekarang ini, kata dia tinggal bagaimana keseriusan dari Desa Wisata itu sendiri untuk selain daya tarik nya diperbaiki, SDM untuk marketing (pemasaran) juga tidak kalah penting.

Karena pihaknya melihat marketing sangat penting sekali. Kelemahan-kelemahan ada di marketing itu sendiri, jadi bagaimana kelembagaan melakukan kerja sama dengan beberapa stakeholder baik dengan media, travel agen, media komunikasi internet (youtuber, selebgram, dan lain-lain). “Saya melihat kalau potensi sudah bagus, daya tarik sudah bagus, kelembagaan sudah bagus, tinggal marketingnya saja bagaimana, saya melihat seperti itu,” pungkasnya. (Aris)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini