Berjuang Lanjutkan Hidup dengan Berjualan Nanas, Pria Paruh Baya Mengais Rejeki Meski Menahan Sakit Benjolan di Pipi

    Abah Yayat tetap berjualan meski ada benjolan di pipi. (Foto: X @izarhizaiza)

    sigijateng.id – Berjalan menyusuri jalanan aspal yang basah, seorang pria paruh baya menjajakan nanas jualannya begitu usai hujan reda. Aktifitas itu ia lakukan demi mendapatkan sedikit keuntungan untuk makan sehari-hari.

    Selangkah demi selangkah dia lewati sambil membawa gerobak kayunya, dengan harapan ada sosok pembeli yang memberhentikan langkahnya. “Nanas… Nanas,” ucap pria paruh baya yang akrab disapa Abah Yayat.

    Di usianya yang tak muda lagi, Abah Yayat harus berkeliling sebagai penjual nanas demi sesuap nasi. Bukan dalam jarak yang dekat, Abah Yayat harus berjalan sambil mendorong gerobaknya hingga berkilo-kilo meter jauhnya.

    Abah Yayat memiliki benjolan besar di bagian pipi kanannya, meski begitu, dirinya tak kenal lelah demi bisa mendapatkan uang dengan cara yang halal.

    Dia terus menelusuri jalan sembari menawarkan nanas jualannya kepada orang di sekelilingnya, sejak pagi hingga sore. Tak jarang, Abah Yayat pulang ke rumah dengan tangan kosong.

    “Waktu aku beli nanas nya, abahnya sempet cerita, kalau jualan dari pagi sampai sore kadang nanasnya ga laku semua dalam 1 hari,” kata Iza sebagai saksi yang sempat membeli nanas Abah Yayat, dikutip dari cuitan akun X @izarhizaiza, Senin (6/5/2024).

    Abah Yayat baru empat bulan menjadi penjual nanas keliling. Namun dirinya sudah diterpa cobaan yang begitu berat. Pasalnya sang istri tercinta telah wafat hampir dua bulan yang lalu. Biasanya dia menelusuri jalan sambil menjajakan nanas bersama dengan sang istri tercinta, kini dia harus berjuang sendirian.

    Tak ada lagi sosok yang bisa diajak untuk berbagi keluh kesah selama berjualan. Rasa lelahnya pun semakin terasa, bukan hanya karena kehilangan separuh nafasnya saja, tetapi lemas juga dia rasakan akibat efek dari benjolan di pipinya.

    Kedua kakinya pun kerap kali terasa sakit lantaran mendorong gerobak hingga menempuh jarak yang amat jauh. Bahkan ia sering berkunjung ke makam sang istri untuk sekadar berdoa ataupun berbagi cerita. Pilu begitu terasa melihat perjuangan Abah Yayat.

    Setiap nanas jualannya pun hasil kiriman dari orang, nantinya dia harus menyerahkan hasil jualannya kepada pemilik. Padahal belum tentu dalam sehari nanas tersebut habis terjual.

    “Nanas yang dijual adalah kiriman dari orang dan harus disetor. Sedangkan dalam seharinya ga tentu habis,” ujar Iza.

    Mirisnya, Abah Yayat tinggal di rumah gubuk kecil yang sangat sempit. Bahkan rumahnya gelap dan tak memiliki penerangan yang cukup untuk beraktivitas di dalam rumahnya. Dia menjual setengah rumahnya hanya demi bisa mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

    Di usianya yang sudah lanjut dengan keterbatasan yang dia miliki, Abah Yayat masih harus berjuang demi kelanjutan hidupnya. Semangat dan kerja kerasnya tak pernah redup, meskipun banyak rintangan dan cobaan yang telah dia lalui sebelumnya. (Red)

    TINGGALKAN KOMENTAR

    Silakan masukkan komentar anda!
    Silakan masukkan nama Anda di sini