Sejarah Sayur Lodeh, Salah satu Sayuran Kesukaan Soekarno

Ilustrasi: Sayur lodeh (foto instagram linagui.kitchen)

SIGIJATENG.ID –  Sayur Lodeh merupakan masakan sayur khas Indonesia yang sangat familiar di daerah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.

Kita semua tahu, bahwa Indonesia punya beragam jenis makanan yang berbahan dasar sayuran. Mulai dari yang berkuah kental, bening hingga dioseng, semuanya ada yang menggunakan sayur.

Selain bergizi tinggi bagi tubuh, sayuran yang diolah dengan bumbu-bumbu khas Indonesia pun menjadi nikmat disantap dengan nasi hangat. Salah satunya yang mudah dijumpai di warung makan adalah sayur lodeh.
Sayur lodeh adalah masakan yang terdiri dari berbagai sayuran yang disertai dengan kuah santan yangberwarna putih, ada pula yang berwarna kuning kemerahan.

Rasanya yang gurih lebih nikmat jika disajikan dengan nasi hangat. Ternyata sayur lodeh ini memiliki sejarah unik loh.

Yuk simak!

Sekilas Sejarah Sayur Lodeh
Konon, pada tahun 1931 di Yogyakarta sedang terkena wabah pes yang mengharuskan masyarakat berdiam diri di rumah. Sehingga Sultan Hamengkubuwono VIII menghimbau warganya agar memasak sayur lodeh dalam masa karantina tersebut.

Himbauan ini dilakukan karena bahan-bahan yang digunakan mudah didapat dan terciptanya pesan solidaritas sosial karena seluruh kota memasak makanan yang sama dalam masa yang sama pula. Dibalik bahan-bahannya yang mudah didapat, ternyata bahannya dianggap “bermanfaat bagi kesehatan”. Kenyataannya sekarang, sayur lodeh menjadi santapan sehari-hari dan cocok di lidah masyarakat Indonesia.

Makna 7 Warna Sayur Lodeh
Dalam Tradisi Yogyakarta, sesuai dengan sejarahnya, sayur lodeh dipercaya sebagai “tolak bala”.

1. Kluwih (Kluwargo luwihono anggone gulowentah gatekne)
Perintah untuk melebihkan keluarga dalam memberikan nasihat dan perhatian.


2. Cang Gleyor (Cancangen awakmu Ojo lungo-lungo)
Perintah untuk tetap berdiam diri di rumah, jangan bepergian apabila tidak bermanfaat.


3. Terong (Terusno anggone olehe manembah Gusti ojo datnyeng, mun yen iling tok) Perintah untuk terus beribadah dan meningkatkannya, jangan dilakukan hanya jika ingat saja.


4. Kulit Melinjo (Ojo mung ngerti njobone ning kudu reti njerone babakan pagebluk.) Perintah untuk memahami suatu pagebluk atau wabah, jangan hanya tau dari luarnya saja, jangan hanya tahu akibatnya saja, tetapi harus memahami lebih dalam penyebab wabah atau pagebluk tersebut)


5. Waluh (Uwalono ilangono ngeluh gersulo)
Perintah untuk jangan sering mengeluh. Bahan ini diharapkan dapat menghilangkan keluhan dan memperbanyak bersyukur agar tetap semangat dalam menghadapi situasi pagebluk.


6. Godong so (golong gilig donga kumpul wong sholeh sugeh kaweruh Babakan agomo lan pagebluk)
Perintah untuk berkumpul berdoa bersama dengan orang-oang salih dan berilmu.


7. Tempe (temenono olehe dedepe nyuwun pitulungane Gusti Allah)
Perintah untuk benar-benar yakin dalam memohon pertolongan kepada Allah.


Salah Satu Makanan Kesukaan Soekarno Sayur Lodeh mempertemukan Hartini dan Soekarno.
Pada saat Soekarno mengunjungi kediaman Wali Kota Salatiga dan makan siang bersama, di mana hidangan yang tersaji diantaranya sayur lodeh. Soekarno mencicipi sayur lodeh tersebut dan sontak Soekarno memanggil Bapak Wali Kota dan bertanya “Siapa yang masak sayur lodeh enak ini? Saya ingin mengucapkan terima kasih kepadanya.”
Akhirnya Hartini didorong oleh para ibu agar menunjukkan bahwa dirinyalah yang memasak sayur lodeh tersebut. Hartini dengan wajahnya yang sangat gugup bertatapan dengan Soekarno sembari berjabat tangan, kemudian Soekarno memegang tangan Hartini dan bertanya

“Rumahnya dimana? Anaknya berapa? Suaminya?”
Sejak saat itulah Soekarno mulai jatuh cinta pada sosok Hartini, hingga beliau menulis sebuah surat ungkapan cinta untuk Hartini. Dalam surat tersebut Soekarno menyamarkan namanya menjadi Srihana, dan Hartini menyamarkan namanya menjadi Srihani.

Beberapa kali Soekarno mengajak Hartini untuk menikah namun selalu berujung penolakan, karena Hartini takut dikira merebut suami orang lain. Meskipun demikian, Soekarno tidak mudah menyerah, beliau berusaha merayu Hartini sampai hatinya luluh dan akhirnya membuka hati untuk menerima ajakan menikah dari Soekarno dan Fatmawati kala itu tetap menjadi Ibu Negara.
Ternyata, sayur lodeh penuh dengan sejarah ya! (akhida)

Berita Terbaru:

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini