Jadi Dosen Tamu di FISIP Unwahas, Liluk Beberkan Suka Duka Mengelola Klub PSIS

Wakil Ketua DPRD Kota Semarang sekaligus GM PSIS Wahyoe “Liluk”’ Winarto saat menjadi dosen tamu di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unwahas Agus Riyanto dan Ketua Juruan Ilmu Politik Muhammad Nuh usai menjadi Dosen Tamu di Kampus Unwahas, jalan Mwenoreh Tengah, Sampangaan, Semarang, kemarin. ( foto fisip unwahas)

SEMARANG (sigijateng.id) – General Manajer PSIS Wahyoe Winarto blakan-blakan soal suka dukanya mengelola sepak bola yakni PSIS Semarang. Hal itu dia, sampaikan saat menjadi dosen tamu di Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Jalan Menoreh Tengah, Sampangan, Semarang, kemarin.

Wahyoe yang akrab dipanggil Mas Liluk itu menggantikan CEO PSIS Yoyok AS Sukawijaya yang hari itu berhalangan hadir.

Dihadapan para mahasiswa, dalam kuliah  yang diipandu Ketua Jurusan Ilmu Politik Muhammad Nuh, Mas Liluk menyampaikan materi “Sepakbola untuk Nasionalisme”.  Hadir pada kesempatan itu Ketua Jurusan Hubungan Internasional Ismiatun dan para dosen dilingkunan Unwahas.

Dekan FISIP Unwahas Agus Riyanto ketika membuka kuliah dosen tamu tersebut mengatakan, pihaknya sudah lama menjalin kerja sama dengan anggota DPR RI Yoyok AS Sukawijaya. Sebagai anggota dewan Dapil Kota Semarang, pengalaman yang dimilikinya sangat bermanfaat bagi para mahasiswa yang tengah belajar Prodi Ilmu Politik.

‘’Materi Sepakbola kalau dipelajari secara ilmiah juga menarik. Apalagi antara sepakbola dan politik sama-sama melibatkan massa. Bedanya yang satu melibatkan banyak orang menjadi supporter dalam sebuah pertandingan yang satu menjadi pemilih dalam pemungutan suara,’’ katanya.

Wahyoe Winarto yang juga Wakil Ketua DPRD Kota Semarang mengakui, mengelola Sepakbola sekaligus menjadi anggota dewan sangat unik.

“Saya bersama mas Yoyok Sukawi mengelola PSIS sejak 2003 hingga sekarang. Kalau PSIS menang manajernya tidak disebut-sebut tetapi kalua kesebelasannya kalah maka dimarahi dan disumpah serapah berkepanjangan,” katanya sambal tertawa.

Menurut Liluk, mengelola klub sepakbola tidak sesederhana yang dibayangkan banyak orang. Mulai dari merekrut hingga membina pemain sampai menjadi professional dalam berbagai posisi. Belum lagi mengelola suporter fanatik yang jumlahnya mencapai ribuan orang. Mereka tergabung dalam Panser Biru dan Snex.

Menanggapi permintaan agar PSIS mengurangi pemain asing dan lebih mengutamakan pemain lokal atau dalam negeri Mas Liluk mengakui hal itu menjadi tuntutan dalam industri bola.

“Sepakbola sudah mengarah era industry apalagi bila masuk Liga Satu maka rekrutmen pemain asing tidak bisa dihindarkan. Tetapi kadang-kadanh merekrut pemain lokal yang harganya lebih mahal dari pemain asing juga ada,’’ katanya.

PSIS pernah menjadi salah satu klub sepakbola yang tidak memakai pemain asing. Tetapi karena kebutuhan dan tuntutan era industri bola PSIS kini juga merekrut beberapa pemain asing. (aris)

Berita Terbaru:

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini