Ini Wanita Indonesia yang Berperan Penting Saat Kongres Pemuda

Potret wanita Indonesia pada tahun 1922. Foto : anri.go.id

SIGIJATENG.ID – Kongres Pemuda Indonesia yang diselenggarakan pada tahun 1928 lalu menyimpan beberapa hal unik. Seringkali kita hanya mengetahui bahwa hanya pemuda-pemuda Indonesia sajalah yang turut andil berperan dalam terselenggaranya Kongres Pemuda.

Tidak hanya pemuda, ada beberapa perempuan penting yang berperan dalam terselenggaranya Kongres Pemuda. Siapa saja mereka dan bagaimana tugas mereka saat Kongres Pemuda berlangsung?
Pembicara pertama dalam Kongres Pemuda ternyata seorang perempuan yang berwibawa dan cerdas bernama Nona Poernomowulan.

Ia naik ke atas mimbar sebagai pembicara pertama dalam Kongres Pemuda II. Sebagai guru yang aktif dalam pendidikan dan pembinaan pemuda, beliau membacakan parasarannya bahwa usaha mencerdaskan bangsa haruslah disertai usaha menciptakan suasana tertib dan disiplin dalam pendidikan.

Setelah Poernomowulan, Sarmidi Mangunsarkoro, tokoh pendidikan, juga membacakan prasarannya tentang pendidikan. Dari kesaksian Wage Rudolf Supratman, Poernomowulan dan Sarmidi hadir sebagai pembicara utama dalam kongres tersebut.

Ketika acara memasuki sesi pandangan umum, cukup banyak hadirin yang menyambut dengan semangat prasarannya tersebut dan juga menanggapi prasaran dari para pembicara.

Bukan hanya Nona Poernomowulan perempuan yang hadir dalam kongres yang melahirkan Sumpah Pemuda itu namun ada perempuan-perempuan hebat lain seperti Siti Sundari, Emma Poeradiredja, Suwarni Pringgodigdo, Johanna Masdani, Tumbuan, Dien Pantouw, dan Nona Tumbel.

Sebenarnya ada 10 perempuan yang hadir dalam Kongres Pemuda, namun hanya tujuh perempuan di antaranya yang bisa ditelusuri.

Dari total hadirin yang ikut ada sebanyak 750 orang dan hanya 75 orang yang namanya tercatat. “Para pemudi yang hadir lebih banyak dibanding ketika kongres pemuda Indonesia pertama 1926,” tulis Bambang Sularto dalam buku ‘Wage Rudolf Supratman’.

Para perempuan yang hadir dalma Kongres Pemuda II aktif dalam pergerakan. Misalnya saja Poernomowulan, ia aktif dalam Jong Java. Kemudian ada Siti Sundari adik dr. Sutomo yang aktif dalam pergerakan dan menerbitkan Wanita Sworo.

Wanita Sworo merupakan majalah berbahasa Jawa dan menggunakan aksara Jawa yang terbit di Pacitan pada tahun 1912. Sementara Emma Poeradiredja aktif dalam jong Java, Jong Islaminten Bond dan mendirikan Istri Pasundan. (akhida)

Berita terbaru:

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini