Inilah Tradisi Unik Desa Sruni Lereng Gunung Merapi Dalam Rayakan Lebaran Ketupat

Warga Desa Sruni di Lereng Gunung Merapi saat merayakan lebaran ketupat, Kamis (20/5/2021).

BOYOLALI ( Sigijateng) – Kamis (20/5/20121) ada persis sepekan usai Hari Raya Idul Fitri. Di banyak tempat di Jawa Tengah, warga merayakan lebaran ketupat. Warga bikin ketupat dan lepet baik untuk dimakan sendiri atau dibagi-bagikan kepada tetangga dan saudara.

Namun warga di Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali memiliki tradisi unik saat merayangkan Lebaran Ketupat. Warga lereng Gunung Merapi ini merayakan hari raya Lebaran Ketupat dengan secara bersama-sama mengarak hewan ternak mereka dalam acara bakdan sapi atau lebaran sapi.

Namun karena masih pandemic, nama suasana cukup berbeda disbanding saat tidak pandemic Covid-19. Sehingga, jika tahun sebelumnya pandemi sekitar 150 ekor sapi diarak, maka tahun ini hanya melibatkan 20-30 ekor saja di lingkungan RT masing-masing guna mengantisipasi kerumunan cegah penyebaran Covid-19.

“Kemarin sebelum pandemi itu sekitar 150 ekor sapi, tetapi kalau ini situasi seperti ini paling paling mungkin 20-30 ekor,” ujar Warjuli, salah satu tokoh masyarakat desa setempat, di sela kegiatan, Kamis (20/5/2021).

Tradisi ini diawali dengan prosesi di jalan utama di Desa tersebut pada Kamis (20/5/2021) pagi. Tradisi turun temurun yang diikuti 110 KK warga Dukuh Mlambong, Gedongsari dan Rejosari ini diawali dengan kenduri, membawa ketupat dilengkapi sayur dan lauk pauk. Gelaran tikar ini digunakan warga untuk memanjatkan doa sebagai wujud syukur.

Usai kenduri, hewan ternak milik warga diarak dengan gunungan ketupat serta hasil bumi lainnya menyusuri jalan di dukuh. Sebelum sapi diarak keliling kampung, sapi diberikan makanan ketupat dan kemudian dioleskan atau diberikan minyak wangi sehingga harum. Ternak sapi dimanjakan oleh peternaknya karena melalui ternak, masyarakat mampu hidup sejahtera.

Salah satu warga Desa Sruni, Jupri mengatakan tradisi Syawalan atau Lebaran Ketupat dengan mengarak ternak sapi dan kambing meski ditiadakan seperti tahun sebelum pandemi di desanya, tetapi sebagian peternak tetap dilakukan secara individu dengan tetap menjaga protokol kesehatan. “Kita tetap menjalankan protokol kesehatan. Tentu pesertanya tidak sebanyak saat tidak pandemi,” tandasnya. (aris)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini