Dosen FDK UIN Walisongo Ungkap Metode dan Tahapan Dakwah Walisongo di Tanah Jawa Masa Dulu

SEMARANG (Sigijateng.id) – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Reguler dari Rumah 77 Kelompok 103 UIN Walisongo Semarang menggelar webinar pendidikan dan dakwah keagamaan berbasis walisongo secara virtual melalui Zoom Meeting, Rabu (03/11/2021). Webinar tersebut mengusung tema “Mengulik Strategi Kultural Walisongo dalam Membangun Masyarakat Muslim” , diikuti kurang lebih 60 peserta dari berbagai instansi. 

Aldi, selaku koordinator kelompok dalam sambutannya menuturkan alasan pemilihan tema tersebut yaitu perlu adanya pemahaman mengenai cara berdakwah yang sesuai dengan kondisi masyarakat.

Acara tersebut dihadiri oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Eka Vasia Anggis, M.Pd dan Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah UIN Walisongo, Dr. Agus Riyadi, M.SI. sebagai pemateri. 

Pada kesempatan itu, Eka Vasia dalam sambutannya saat membuka acara menyampaikan ucapan terima kasih atas terselenggaranya acara ini. “Beberapa faktor yang mempengaruhi kesuksesan Walisongo dalam berdakwah pada masa itu diantaranya melalui strategi kultural dan kerjasama dengan kerajaan-kerajaan yang berkuasa,” kata Eka.

Sementara Agus Riyadi memaparkan bahwa dakwah adalah suatu kegiatan yang mendorong manusia untuk berbuat baik. 

“Ada tiga strategi dalam berdakwah menurut Islam, yaitu mauidzoh hasanah, bil hikmah, dan berdebat dengan cara yang baik seperti yang telah disebutkan dalam QS. An-Nahl:125,” katanya. 

Masih kata Agus, pada masa itu, Walisongo berdakwah melalui strategi kultural yaitu strategi berdakwah yang menyesuaikan kondisi masyarakatnya. Dakwah Walisongo dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahapan pertama yaitu observasi untuk menggali masalah-masalah serta kebutuhan masyarakat dan mengetahui metode serta media yang akan digunakan dalam berdakwah. Langkah kedua yang dilakukan yaitu aksi berupa pendekatan kepada tokoh masyarakat. Tahapan terakhir yaitu evaluasi terhadap aktivitas dakwah yang telah dilakukan. Tahapan dakwah inilah yang membedakan cara berdakwah walisongo dengan kebanyakan pendakwah pada saat ini. Mulai dari tidak dilakukannya tahapan obsevasi sehingga materi, media, dan metode yang dilakukan tidak sesuai dengan kondisi masyarakat. Selain itu, tahapan evaluasi juga sering tidak dilakukan oleh pendakwah masa kini.

Pada kesempatan itu Agus juga sempat memberikan contoh strategi kultural yang dilakukan oleh Walisongo dalam membangun masyarakat muslim pada saat itu. Seperti Sunan Ampel dengan ajaran Moh Limo (Moh main, moh minum, moh maling, moh madat, moh madon), Sunan Giri dengan permainan anak yaitu Jelungan, Cublak Suweng, serta beberapa gending (lagu instrumental Jawa), dan Sunan Kudus dengan ajaran Gusjigang (Bagus, Ngaji, Dagang), Sunan Gresik dengan mencetuskan pendidikan pesantren, serta cara dakwah walisongo lainnya. (kel 103/asz).

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini