Wujudkan Visi dan Misi, MAJT Semarang Bentuk Pengelola Yang Kuat dan Profesional

Ketua Pengurus Pelaksana Pengelola MAJT KH Noor Ahmad sedang melantik pengurus pleno, di kantor MAJT, Sabtu (11/1/2020). ( Foto Istimewa)

SIGIJATENG.ID, Semarang – Ketua Pengurus Pelaksana Pengelola Masjid Agung Jawa Tengah (PP MAJT) Prof Dr Noor Ahmad MA melantik sebanyak 42 orang Pengurus Pleno Pelaksana Pengelola MAJT periode 2019-2023 di aula kantor MAJT, Sabtu (11/1). Pengurus pleno ini terdiri dari 16 orang pengurus yang sebelumnya telah dilantik dan SK-kan oleh Gubernur Jateng bulan lalu di Purworejo bersama pengurus harian, selebihnya adalah tambahan berdasarkan rapat pengurus harian dan seksi-seksi.

Adapun pengurus pleno sebanyak 42 pengurus terbagi menjadi delapan bidang, yakni bidang kemakmuran( 6 orang), bidang pendidikan (5 orang), bidang pembangunan, aset dan pemeriharaan (5 orang), bidang usaha (5 orang), bidang kewanitaan (5 orang), bidang remaja (5 orang), bidang hubungan masyarakat (6 orang), bidang hubungan kerjasama (5 orang).

“Kami sengaja menambah jumlah pengurus pleno ini guna mewujudkan visi, misa dan program kerja MAJT. Kami memang butuh banyak orang yang bisa dan mau bekerja. Diantara pengurus pleno ini ada yang dilantik oleh gubernur dan ada yang kami lantik, namun itu jangan dijadikan masalah, karena makdus dan tujuan kita sama, yakni memakmurkan MAJT,” kata Noor Ahmad saat pelantikan.

Prof Dr Noor Ahmad MA meminta kepada pengurus baru MAJT mampu menjabarkan program kerja yang telah menjadi amanat pada rapat kerja di Bandungan beberapa waktu lalu.

”Sesuai dengan visi MAJT, yakni menjadikan MAJT sebagai pusat peribadatan dan peradaban Islam ahlusunnah wal jamaah (aswaja) yang unggul di tingkat nasional maupun internasional, sehingga diperlukan kerja keras para pengurus. Tentu saja untuk mengurus masjid sebesar ini tidak akan mampu hanya mengandalkan beberapa gelintir pengurus, tetapi harus bersama-sama, seluruh pengurus di semua bidang. Pengurus harus profesional,” kata mantan anggota DPR ini.

Ditambahkan dia MAJT ke depan diharapkan menjadi ikon peribadatan dan peradaban, baik tingkat nasional maupun internasional. Kalau sudah menjadi ikon, maka MAJT praktis akan menjadi rujukan, baik terkait peribadatan maupun keagamaan.

“MAJT akan menjadi pusat destinasi wisata dan tentu saja menjadi masjid percontohan dalam berbagai kegiatan keagamaan,” katanya.

KH Noor Ahmad menambahkan, MAJT berdiri di atas tanah seluas 11,5 hektare, sehingga MAJT merupakan masjid terbesar, bukan saja tingkat nasional tetapi terluas di Asia. Belum lagi jika nanti aset tanah banda masjid Kauman yang berada di sekitar masjid dengan total seluas 23 hektar, sehingga total luasnya mencapai 34,5 hektare.

”Dengan aset seluas itu akan kita berdayakan untuk memakmurkan masjid. Maka peran dan sumbangsih para pengurus sangat dibutuhkan. Misalnya, untuk mendukung destinasi wisata, tentu harus kita bangun dengan baik agar bisa menarik perhatian wisatawan,” katanya.

Selain para pengurus, saat ini para pegawai MAJT dengan SDM yang profesional, mumpuni siap mendukung dan mengembangkan MAJT sebagai masjid yang memiliki kekuatan dan ikon termegah. Untuk mendukung hal ini, para pegawai sudah siap didaftarkan ISO untuk pelayanan yang lebih baik.

Menurut KH Noor Ahmad, beberapa aset di MAJT banyak yang bisa dimanfaatkan. Misalnya, saat ini hall yang sering disewa masyarakat tarifnya ternyata jauh masih murah. Oleh karenanya hall tersebut juga perlu pengembangan supaya lebih gemebyar. Demikian juga aset-aset lainnya perlu ditata agar bisa bermanfaat.

Pelaksana Pengelola (DPP) Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) juga berencana mengembangkan kawasan sekitar masjid menjadi Little Mecca atau Mekah Kecil. Sehingga, ketika orang datang ke kawasan itu, seolah berada di kota suci Mekah.

“Artinya orang datang akan sekaligus bisa berbelanja, sekaligus berwisata termasuk kuliner yang makanannya serba timur tengah, kawasannya juga dikemas menjadi seperti timur tengah. Bisa jadi ada untanya juga,” kata Noor Ahmad.

Pada saat ini, lanjut KH Noor Ahmad, sudah dibuat miniatur kabah, ke depan orang berjualan pakaian model timur tengah, kuliner khas timur tengah, perlengkapan haji dan oleh-oleh haji, dan lain-lain. “Karena kita sudah memiliki MAJT yang sejak awal dibuat dan diisi mirip dengan Masjid di Mekah, tarawihnya seperti di Mekah, Imamnya seperti di Mekah, Adzannya seperti di Mekah,” katanya.

Diharapkan, jika kawasan wisata baru itu sudah jadi maka pengunjung yang datang akan dapat menikmati kuliner timur tengah, menikmati suasana seperti di Mekah maupun Madinah.

Dia menambahkan, untuk menjadi ikon masjid pusat peribadatan dan peradaban MAJT harus mulai diviralkan melalui media mainstream dan media sosial seperti facebook, twetter, instagram, dan sebagainya. ”Untuk mendukung program ini MAJT bekerja dengan Udinus akan menggelar pelatihan bagi pengurus dan pegawai di lingkungan MAJT,” katanya. (Aris)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini