Prediksi Awal Ramadhan 2024 Berpotensi Berbeda, Ketua PBNU : Tetap Hormati Perbedaan

Ilustrasi. Foto: pixabay.com

Jakarta (sigijateng.id) – Pelaksanaan awal Bulan Ramadhan atau Puasa 2024 berpotensi berbeda. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menerbitkan hasil analisisnya untuk penentuan awal Ramadhan 1445 Hijriah atau Puasa tahun 2024.

Berikut ini beberapa fakta terkait prakiraan awal Ramadhan 2024. Dilansir dari laman resmi BMKG pada, Senin (26/2/2024), BMKG menyampaikan data hilal (hasil hisab) saat matahari terbenam, yang dapat digunakan juga dalam pelaksanaan rukyat (observasi) hilal.

Prakiraan BMKG ini berdasarkan konjungsi geosentrik atau konjungsi atau ijtima’ yang merupakan peristiwa ketika bujur ekliptika Bulan sama dengan bujur ekliptika Matahari dengan pengamat diandaikan berada di pusat Bumi.

Peristiwa ini, kata BMKG, akan kembali terjadi pada hari Ahad, 10 Maret 2024 M, pukul 09.00.18 UT atau pukul 16.00.18 WIB atau pukul 17.00.18 WITA atau pukul 18.00.18 WIT, yaitu saat nilai bujur ekliptika Matahari dan Bulan tepat sama 350,280 derajat.

“Periode sinodis Bulan terhitung sejak konjungsi sebelumnya (awal Bulan Syakban 1445 H) hingga konjungsi yang akan datang (awal Bulan Ramadan 1445 H) adalah 29 hari 10 jam 1 menit. Waktu terbenam Matahari dinyatakan ketika bagian atas piringan Matahari tepat di horizon teramati,” tulis BMKG.

BMKG menjelaskan secara astronomis pelaksanaan rukyat hilal penentu awal bulan Ramadan 1445 H bagi yang menerapkan rukyat dalam penentuannya adalah setelah Matahari terbenam tanggal 10 Maret 2024 bagi yang di tempatnya konjungsi terjadi sebelum Matahari terbenam. Dan tanggal 11 Maret 2024 bagi yang konjungsinya terjadi setelah Matahari terbenam.

Kata BMKG, bagi yang menerapkan hisab dalam penentuan awal bulan Ramadan 1445 H, perlu diperhitungkan kriteria-kriteria hisab saat Matahari terbenam tanggal 10 dan 11 Maret 2024 tersebut.

BMKG melaporkan ketinggian Hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 10 Maret 2024, berkisar antara -0,33 derajat di Jayapura, Papua sampai dengan 0,87 derajat di Tua Pejat, Sumatera Barat.

Adapun ketinggian Hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 11 Maret 2024, berkisar antara 10,75 derajat di Merauke, Papua sampai dengan 13,62 derajat di Sabang, Aceh.

Sementara itu, Ketua PBNU, Ahmad Fahrur Rozi atau Gus Fahrur saat dikonfirmasi mengimbau semua umat Muslim di Indonesia untuk tetap saling menghormati adanya perbedaan waktu dalam menjalankan awal Ramadhan 1445 Hijriah.

“Seperti pada tahun-tahun yang sudah lewat, sering kali terjadi perbedaan karena ada perbedaan cara mengambil dalil dalam masalah permulaan awal Ramadhan. Kami mengimbau pada masyarakat untuk tetap saling menghormati jika ada perbedaan,” ujarnya. (Red)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini