Sejarah Masjid Agung Demak, Benarkan Dibangun Hanya Dalam Satu Malam?

Kemegahan Masjid Agung Demak di Kota Demak. ( foto pariwisata.demakkab.go.id)

DEMAK (sigijateng.id) – Jika Anda ke Kabupaten Demak, maka salah satu tempat yang berjerah dan selalu dikunjungi masyarakat adalah Masjid Agung Demak.

Ya, Masjid Agung Demak yang berada di sebelah barat Alun-alun Kota Demak adalah salah satu masjid tertua yang ada di Indonesia.

Masjid Agung Demak terletak di kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

Melansir dari laman pariwisata.demakkab.go.id, Masjid Agung Demak juga menjadi ikon wisata religi di Kabupaten Demak , yang berdiri megah ditengah pusat atau jantung kota Kabupaten Demak.

Membahas tentang Masjid Agung Demak tidak akan ada habisnya untuk dibahas. Masjid Agung Demak diketahui menjadi saksi sejarah penyebaran agama Islam di Demak dan dipulau Jawa. Sehingga perlu kita bahas dan pelajari bersama tentang keunikan dan sejarah Masjid Agung Demak.

Masjid Agung Demak juga menceritakan dan bukti perpaduan dari berbagai budaya. Budaya islam, budaya jawa dan budaya cina sebagai perlambang kebersamaan antar suku.

Masjid ini konon diceritakan cukup satu malam dan waktu subuh bisa digunakan untuk sholat subuh berjamaah. Namun perlu diingat proses persiapan dan pertukangannya membutuhkan waktu yang cukup lama.

Masjid ini dipercayai pernah menjadi tempat berkumpulnya para ulama (wali) yang menyebarkan agama islam di tanah Jawa yang disebut dengan Walisongo. Sebutan Demak kota wali berdasarkan Demak sebagai pusat bertemunya sembilan wali dan masjid ini didirikan lengkap Sembilan wali. Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden fatah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak Bintoro sekitar abad ke-15 Masehi.

Raden Fatah bersama Wali Songo mendirikan masjid yang karismatik ini dengan memberi gambar serupa bulus. Ini merupakan candra sengkala memet, dengan arti “ Sirna Ilang Kertaning Bumi” yang bermakna tahun 1401 Saka.

Gambar bulus terdiri atas kepala yang berarti angka 1 (satu), 4 kaki berarti angka 4 (empat), badan bulus berarti angka 0 (nol), ekor bulus berarti angka 1 (satu). Dari simbol ini diperkirakan Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka dan masjid ini didirikan pada tanggal 1 Shafar.

Masjid ini mempunyai bangunan-bangunan induk dan serambi yang terkait dengan delapan saka majapahit. Bangunan induk memiliki empat tiang utama yang disebut saka guru. Salah satu dari tiang utama tersebut konon berasal dari serpihan-serpihan kayu yang dibuat oleh Kanjeng Sunan Kalijaga, sehingga dinamai saka tatal.

Bangunan serambi merupakan bangunan terbuka dan atapnya berbentuk limas yang ditopang delapan tiang yang disebut Saka Majapahit. Atap limas Masjid terdiri dari tiga bagian yang menggambarkan Iman, Islam, dan Ihsan.

Di Masjid ini juga terdapat “Pintu Bledeg” pintu petir, yang Digambar ki Ageng Selo mengandung candra sengkala, yang dapat dibaca “Naga Mulat Salira Wani” dengan makna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.

Di lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak termasuk di antaranya adalah Sultan Fatah yang merupakan raja pertama kasultanan Demak dan para abdinya. Selain itu juga terdapat makam raden Patiunus sebagai raja kedua dan raden Trenggono sebagai raja ketiga. Di kompleks ini juga terdapat Museum Masjid Agung Demak, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat Masjid Agung Demak. (asz)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini