Khutbah Jumat Singkat: Tujuh Tanda Orang Bahagia Dunia Akhirat

Ilustrasi: Masjid Agung Jawa Tengah. ( foto dok majt)

SIGIJATENG.ID – Berikut ini naskah khutbah singkatm berjudul tanda tanda orang bahagian dunai dan akhirat.

Setidaknya da 7 tanda-tanda orang akan bahagian di dunia dan akhirat, sebagaiamana pertkataan Syaikh Abu ‘Ali al-Hasan bin ‘Ali al-Jaujazaniy, salah seorang ulama Ahlussunnah wal Jamaah, ulama tasawuf di abad ke-4 Hijriyah.

Anda bisa menggunakan materi khutbah ini.

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

 اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا وَرَسُوْلِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَتَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Ma’asyiral muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Segala puji kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah menganugerahkan segala nikmat-Nya yang tiada batas kepada kita semua.

Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi kita yang mulia, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beserta keluarganya, para sahabatnya, dan siapa saja yang mengikuti sunnah beliau dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.

Khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan kepada jamaah shalat Jumat sekalian, marilah kita senantiasa berusaha bertakwa kepada Allah Ta’ala di mana pun kita berada, dengan melaksanakan perintah-Nya semaksimal kemampuan kita dan juga dengan menjauhi segala larangan-Nya.

Ma’asyiral muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Setiap manusia dengan ragam profesi yang digelutinya senantiasa mencari dan mengupayakan kebahagiaan. Kedudukan dan posisi yang diupayakannya tiada lain adalah dalam rangka mencari kebahagiaan. Tentu saja, tidak hanya kebahagiaan dunia, namun juga kebahagiaan di akhirat.

Sungguh telah banyak orang berbicara tentang apa yang menjadi sebab seseorang dapat memperoleh kebahagiaan, bagaimana metode, cara, dan jalan untuk menempuhnya. Akan tetapi, sedikit di antara mereka yang membicarakan tentang tanda-tanda kebahagiaan itu sendiri.

Tanda-tanda tersebut merupakan suatu petunjuk yang apabila ditemukan pada diri seorang hamba, maka sungguh ia telah memperoleh arti kebahagiaan yang sesungguhnya.

Di antara sedikit orang yang membicarakan tanda-tanda kebahagiaan adalah Syaikh Abu ‘Ali al-Hasan bin ‘Ali al-Jaujazaniy, salah seorang ulama Ahlussunnah wal Jamaah, ulama tasawuf di abad ke-4 Hijriyah, rahimahullah, beliau mengatakan,

مِنْ عَلَامَاتِ السَّعَادَةِ عَلَى الْعَبْدِ: تَيْسِيرُ الطَّاعَةِ عَلَيْهِ، وَمُوَافَقَةُ السُّنَّةِ فِي أَفْعَالِهِ، وَصُحْبَتُهُ لِأَهْلِ الصَّلَاحِ، وَحُسْنُ أَخْلَاقِهِ مَعَ الْإِخْوَانِ، وَبَذْلُ مَعْرُوفِهِ لِلْخَلْقِ، وَاهْتِمَامُهُ لِلْمُسْلِمينَ، وَمُرَاعَاتُهُ لِأَوْقَاتِهِ.

“Di antara tanda orang bahagia adalah: Pertama, dimudahkan baginya untuk menjalani ketaatan; kedua, senantiasa menyelaraskan amalan-amalan sunah dalam perbuatan sehari-harinya; ketiga, bersahabatnya ia dengan orang-orang baik; keempat, berakhlak baik terhadap saudara-saudaranya; kelima, perjuangannya dalam mengupayakan kebaikan bagi segenap makhluk; keenam, perhatiannya terhadap kaum muslimin; dan ketujuh, penjagaannya terhadap waktu.” (Al-I’tisham, Imam asy-Syatibi, 2/152)

Ma’asyiral muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Merujuk perkataan Syaikh Abu ‘Ali al-Hasan bin ‘Ali al-Jaujazaniy, ada tujuh hal yang menjadi tanda kebahagiaan pada diri seorang hamba. Maka pada kesempatan yang baik ini izinkan khatib untuk menguraikannya satu persatu.

Tujuh Tanda Orang Bahagia Dunia Akhirat

Pertama: Dimudahkan untuk menjalani ketaatan

Ma’asyiral muslimin, pertama, seorang hamba yang melekat pada dirinya kebahagiaan adalah manakala dimudahkan jasadnya untuk menjalani ketaatan kepada Allah subhanahu wata’ala.

Hal itu karena taat kepada Allah merupakan sumber paling penting untuk memperoleh kebahagiaan, bahkan tidak ada kebahagiaan tanpa ketaatan, sebagaimana firman Allah,

فَمَنِ ٱتَّبَعَ هُدَاىَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ

“Maka (ketahuilah) barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.” (QS. Thāhā: 123)

Dan Allah subhanahu wata’ala jika menghendaki kebaikan pada diri seorang hamba, maka Allah bukakan baginya jalan menuju ketaatan, Allah mudahkan ia untuk melaluinya, dan kemudian Allah bentengi dirinya dari hal-hal yang diharamkan.

Hal ini juga menjadi isyarat bahwa seorang hamba seyogianya untuk senantiasa memohon kepada Allah pertolongan agar dimudahkan untuk menjalani ketaatan, sebagaimana ayat yang biasa kita baca dalam shalat kita, firman Allah Ta’ala,

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (QS. Al-Fātihah: 5)

Kedua: Menjaga amalan sunah

Tanda orang bahagia di dunia kedua, seorang hamba yang menghiasi amal salehnya dengan amalan-amalan sunah yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dalam kesehariannya tidak hanya sekedar menjalankan yang wajib, namun juga yang sunah.

Hal demikian menjadi sebab hadirnya ketenangan dalam hati dan penyebab datangnya kebahagiaan dalam kehidupan seorang hamba. Karena, Allah subhanahu wata’ala melapangkan dadanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Ketiga: Bersahabatnya / Bertemannya ia dengan orang-orang saleh

Bersahabat dengan orang-orang saleh menjadi sebab kita memperoleh kebahagiaan. Orang-orang saleh akan membentengi kita dari perbuatan-perbuatan buruk yang membinasakan, orang-orang saleh mengingatkan kita dikala lupa, menegur kita dikala lalai, dan mengajari kita tentang apa yang belum kita ketahui.

Jika kita menemukan orang dengan kriteria seperti itu, maka Allah perintahkan kepada kita untuk bersahabat dengannya.

Allah berfirman dalam QS. Al-Kahfi ayat 28,

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا

“Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia.”

Di dalam sebuah hadits Rasullullah Shallallaahu alaihi wa Salam menyebutkan tentang peranan dan dampak seorang teman dalam kehidupan seseorang :

مَثَلُ الْجَلِيْسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيْسِ السُّوْءِ كَمَثَلِ حَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الكِيْرِ، فَحَامِلِ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيْكَ أَوْ تُبْتَاعَ مِنْهُ أَوْ تَجِدُ رَائِحَةً طَيِّبَةً وَنَافِخُ الكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رَائِحَةً خَبِيْثَةً.

“Perumpamaan teman duduk yang baik dengan teman duduk yang jahat adalah seperti penjual minyak wangi dengan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi tidak melewatkan kamu, baik engkau akan membelinya atau engkau tidak membelinya, engkau pasti akan mendapatkan baunya yang enak, sementara pandai besi ia akan membakar bujumu atau engkau akan mendapatkan baunya yang tidak enak.” (Muttafaqun ‘Alaih).

Ma’asyiral muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Keempat: Berakhlak baik terhadap saudara-saudaranya

Kemudian tanda orang bahagia dunia akhirat yang keempat, berakhlak baik terhadap saudara-saudaranya.

Berakhlak baik terhadap sesama saudara merupakan amalan yang berat timbangan pahalanya, dan bahkan ia menjadi misi utama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diutus kepada seluruh makhluk, sebagaimana dalam sabdanya,

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kesalehan akhlak.” (HR. Ahmad No. 8729)

Ma’asyiral muslimin, orang yang berperangai baik selalu disukai banyak orang, dengan begitu ia akan bahagia karenanya sebagaimana banyak orang yang menjadi bahagia karena kehadirannya.

Sebaliknya, perangai yang buruk hanya mendatangkan malapetaka, bahkan ia menjadi wasilah datangnya permusuhan dan kehancuran, bukan hanya untuk dirinya, bahkan untuk orang lain di sekitarnya. Wal ‘iyaadzu billaah.

Ma’asyiral muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Kelima: mengupayakan kebaikan untuk makhluk

Tanda orang bahagia dunia akhirat yang kelima adalah sikap mengupayakan kebaikan untuk makhluk.

Sikap tersebut menjadi bagian dari perilaku ihsan, dan di dalam perilaku ihsan kepada manusia terdapat kenikmatan yang agung, karena ia bernilai sedekah di jalan Allah.

Sikap mengupayakan kebaikan ini dapat kita realisasikan dengan ragam kebaikan, hatta yang kita anggap sepele seperti halnya sikap menampakkan wajah yang berseri-seri, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَا تَحْقِرَنَّ مِنْ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

“Janganlah engkau meremehkan kebaikan sedikit pun, meskipun hanya dengan bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang berseri.” (HR. Muslim No. 2626)

Keenam: peka terhadap urusan kaum muslimin

Kemudian dari tanda prang bahagia dunia akhirat yang keenam adalah sikap peka terhadap urusan kaum muslimin.

Kenapa demikian? Ma’asyiral muslimin, hal ini karena ikatan paling kuat antara seorang muslim yang satu dengan yang lainnya adalah ikatan iman, bahkan ia memiliki derajat lebih tinggi daripada ikatan karena nasab atau keturunan, ikatan kebahasaan, dan kesukuan.

Allah berfirman dalam QS. At-Tawbah ayat 71,

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ

“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain.”

Maka, orang-orang yang peduli dan respons terhadap urusan kaum muslimin, ia akan merasakan sukacita manakala saudara muslimnya sedang bersukacita.

Pun sebaliknya, ia akan terluka dan berduka manakala saudara muslimnya terluka dan dirundung duka, rasa itu akan terus bersemayam dalam dadanya selama iman itu kuat melekat walau jasad dibatasi jarak. Inilah kebahagiaan yang hakiki bagi seorang muslim.

Ma’asyiral muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Ketujuh: Mampu menjaga waktu

yang ketujuh, tanda orang bahagia adalah manakala ia mampu menjaga waktu-waktunya.

Bagi seorang muslim, waktu adalah umur, dan umur adalah lumbung amalnya. Maka apabila umur tersebut diisi dengan ketaatan, jaminannya adalah kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, manakala umur itu ia sia-siakan dengan perkara yang tidak bermanfaat, hilanglah kebahagiaan itu, yang tersisa hanyalah penyesalan dan penyesalan.

Ma’asyiral muslimin, jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Demikian tujuh tanda orang bahagian dunia akhirat sebagaimana yang disampaikan oleh Syekh Abu ‘Ali al-Hasan bin ‘Ali al-Jaujazaniy, semoga Allah subhanahu wa ta’ala merahmati diri kita, menyelamatkan kita, dan menganugerahkan kebahagiaan kepada kita baik ketika kita di dunia maupun saat kita berada di akhirat kelak.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا

اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى هَذَا النَّبِي الكَرِيْم وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أما بعد:

فَيَا اَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، وقال:

إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

الَّلهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَعَلَى خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ وَطَرِيْقَتِهِمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ ودَمِّرْ أَعْدَآئَنَا وَأَعْدَآءَ الدِّيْنِ وأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ

رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ

رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ   

Itulah naskah khutbah singkat, dengan judul tujuh tanda orang yang Bahagia di dunia dan akhirat.

Berita Terbaru:

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini