Logo City Branding Masih Menerima Masukkan Masyarakat, Pemkot Kota Semarang Buka Pintu Diskusi

Logo city branding Kota Semarang, masih butuh masukkan untuk menyempurnakan bentuk dan filosofi. (Foto. Bappeda Kota Semarang)

Semarang (Sigijateng.id) – Meski logo city branding Kota Semarang sudah diluncurkan beberapa waktu lalu, namun Pemkot Semarang masih membuka pintu diskusi dan menerima perubahan logo baru jika memang dinilai logo city branding itu belum mewakili segenap aspirasi warga kota.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda) Kota Semarang Budi Prakosa mengakui pihaknya memiliki keterbatasan. Maka dari itu, masukan dari masyarakat bagaimana sebaiknya logo itu dibuat menjadi sangat penting.

“Tentu kami memiliki keterbatasan konsep filosofi, semangat merumuskan pemikiran bersama seluruh komponen masyarakat Semarang,” terangnya, Senin (19/9/2022).

Menurutnya, logo yang sudah dibuat saat ini masih ada ruang untuk berdiskusi baik secara font, simbol maupun tagline-nya. Dijelaskan, sejarah panjang Kota Semarang dulunya adalah pusat ekonomi sejak jaman Belanda. Bukti keberadaan pelabuhan juga menjadi sentra ekonomi kala itu.

“Semarang mulai tumbuh sebagai titik hubung beberapa daerah meski dalam perkembangan modern masih kalah dengan Jakarta ataupun Surabaya yang juga sama-sama di pesisir utara Jawa,” ujarnya.

Latar belakang inilah yang melandasi lahirnya logo branding yang memiliki bentuk sekilas seperti virus Corona.

“Titik tengah paling besar yang merupakan Kota Semarang, sementara nod di sampingnya mewakili beberapa titik simpul yang ada di sekitar Semarang seperti Jogja, Solo dan kota-kota lain, kehadiran IKN nantinya juga bisa menjadi trigger pengembangan kota,” tandasnya.

Dari logo tersebut, tercermin Semarang sebagai pusat simpul ekonomi wilayah di sekitarnya. Tol Trans Jawa, titiknya tengah dan titik lelah pengendara ada di Kota Semarang. Karena itulah, dalam perkembangan 10 tahun mendatang, Semarang memiliki potensi berkembang sangat pesat.

“Intinya kami masih terbuka dengan city branding ini karena memang belum di-Perda-kan. Namun kalau kemarin tidak kami luncurkan, mungkin tidak akan muncul juga masukan berharga seperti ini. Jadi kami masih terbuka untuk merubah logo, font maupun tagline,” pungkas Budi.

Koordinator Pegiat Wisata Kota Semarang gus Wahid United mengapresiasi city branding ini sebagai upaya mendongkrak brand Kota Semarang sebagai kota tujuan wisata. Namun demikian, ia berharap logo branding ini dapat benar-benar mewakili dan membanggakan bagi seluruh warga kota.

“Setidaknya lebih eye catching, mudah dibaca dan tidak menimbulkan interpretasi lain seperti tadi dikatakan mirip logo virus Corona,” katanya.

Lebih dari itu pengurus Badan Promosi Pariwisata Kota Semarang (BP2KS) ini juga berharap ada movement dari komunitas untuk memberikan sumbangan ide dan pemikiran terkait logo city branding.

“Bisa jadi itu merupakan bentuk kontribusi dan kepedulian kita terhadap Kota Semarang yang kita cintai. Ada atau tidak ada reward, kita tetap dapat memberikan kontribusi kita sekaligus berharap logo branding itu bisa digunakan sampai puluhan tahun mendatang,” pungkasnya. (Mushonifin)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini