Harga Pakan Meroket Tak Sebanding Harga Jual Telur, Peternak Ayam di Kendal Terancam Gulung Tikar

Peternak ayam telur. Foto : Istimewa

Kendal (Sigi Jateng) – Tingginya harga pakan ternak ayam berupa jagung, membuat sejumlah peternak ayam telur di sejumlah wilayah di Kabupaten Kendal terpaksa harus mengurangi populasi ternaknya. Pasalnya, harga pakan jagung dari sebelumnya Rp4.000 per kilogram naik menjadi Rp.6.500 perkilogram.

Hal itu seperti yang dialami salah satu peternak ayam petelur di Kecamatan Patean. Salah satu pekerja ternak, Ismari meminta pemerintah bisa menaikkan harga telur. Sebab jika dibiarkan berlarut-larut, para peternak bisa gulung tikar.

“Dampaknya, kami akan kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian,” ujar Ismari, Minggu (12/9/2021).

Ia mengungkapkan, jika harga jagung pipilan untuk campuran pakan ternak yang biasanya Rp4.000 per kilogram, naik menjadi Rp6.500 per kilogram. Kenaikan harga pakan berdampak terhadap biaya produksi sekitar 70 persen.

“Para peternak biasanya mempunyai stok pakan hingga satu bulan. Namun karena harga jagung naik, maka hanya menyimpan stok pakan untuk dua hari saja,” kata dia.

Harga pakan yang terus naik, kata Ismari, tidak sebanding dengan harga jual telur. Bagaimana tidak, dalam sepekan terakhir harga telur ayam turun drastis. “Di tingkat peternak kini hanya Rp15.000 per kilogram. Padahal sebelumnya, harga telur mencapai Rp20.000 per kilogram,” bebernya.

Terpisah, Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Indonesia (Pinsar) Kabupaten Kendal Soewardi mengatakan, di Kabupaten Kendal tercatat ada 967 peternak ayam telur. Sedangkan jumlah ayam petelur mencapai 9,6 juta ekor.

“Dalam satu hari bisa produksi telur 325 ton. Dengan anjloknya harga telur, peternak di Kendal mengalami kerugian hingga Rp16 miliar. Jika hal ini dibiarkan, maka peternak telur bisa terancam gulung tikar. Terlebih menyusul harga telur yang makin anjlok,” kata Suwardi.

Menurutnya, peternak akan untung jika harga jual telur Rp19.500 per kilogram. Untuk menekan kerugian, banyak peternak mengurangi populasi hingga 30 persen. Bahkan ayam usia 65 minggu sudah diganti dengan yang baru. “Para peternak berusaha bertahan tanpa mengurangi karyawan,” tuturnya. (Dye)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini