Peternak Boyolali Masih Rasakan Dampak Wabah PMK

Ilustrasi ternak sapi (foto : freepik.com)

SIGIJATENG.ID – Dampak penyakit mulut dan kuku (PMK) nampaknya masih dirasakan sejumlah peternak sapi di Kabupaten Boyolali hingga saat ini.

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sendiri merupakan salah satu penyakit hewan menular strategis yang cukup menghebohkan sejak awal April 2022 silam yang kemudian ditetapkan sebagai wabah di Indonesia oleh Kementerian Pertanian sejak 7 Mei 2022.

Tak hanya rugi karena ternak sapinya banyak yang mati, peternak juga masih kesulitan menjual ke luar daerah.

Bila hal itu terus terjadi dan tak segera diatasi, peternak terancam bangkrut. Salah satunya dialami Paidi, peternak di Desa Munggur Kecamatan Andong Boyolali. Dampak PMK masih dirasakan berat baginya.

Padi mengatakan pada Selasa (1/11), sebagian sapinya mati dan dijual murah akibat terjangkit virus PMK beberapa waktu lalu. Saat ini dirinya hanya bisa pasrah dan tetap memelihara sapinya yang tersisa, meski dengan biaya yang terus membengkak untuk pakan dan obat-obatan.

“Awalnya sebelum wabah PMK memiliki lebih dari 50 ekor sapi berbagai jenis. Namun saat ini tinggal menyisakan sekitar 17 ekor. Sedangkan yang lain mati dan sebagian lagi dijual dengan harga murah,” ujar Paidi.

Selain itu, Kondisi diperparah dengan terkendala kebijakan pemerintah yang belum mengizinkan sapi keluar daerah. Sehingga sampai saat ini para peternak sapi di Boyolali belum bisa menjual sapi mereka ke luar daerah.

Lebih lanjut, Paidi berharap, pemerintah segera turun tangan membantu para peternak. Karena jika kondisi tidak segera berubah dipastikan banyak peternak sapi terancam bangkrut karena kehabisan modal. (dimas)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini