Mahasiswa KKN UIN Walisongo Ngaji Tentang Moderasi Beragama di Kalangan Generasi Muda

Muslim Masyhuri saat memyampaikan materi dalam webinar dengan tajuk “Menumbuhkan rasa moderasi beragama dikalangan generasi muda” melalui platform Google Meet yang diadakan oleh Mahasiswa KKN Reguler dari Rumah kelompok 53 angkatan ke-77 UIN Walisongo Semarang.

SEMARANG (Sigi Jateng) – Mahasiswa KKN Reguler dari Rumah kelompok 53 angkatan ke-77 UIN Walisongo mengadakan webinar dengan tajuk “Menumbuhkan rasa moderasi beragama dikalangan generasi muda” melalui platform Google Meet, Minggu (17/10/2021).

Webinar dihadiri oleh Arsan Shanie. M.Pd selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) kelompok 53 dan Muslim Masyhuri, S.Pd.I selaku ketua DKM Masjid Al-Ikhlas Pondok Gede sekaligus narasumber. 

Webinar ini juga diikuti 50 peserta terdiri dari mahasiswa dan masyarakat umum. Acara dibuka oleh M. Fatikh Fakhrizi mahasiswa KKN kelompok 53 selaku moderator lalu dilanjutkan sambutan DPL, acara inti serta tanya jawab hingga diakhiri dengan sesi foto bersama.

Sebagai narasumber, Muslim Masyhuri memaparkan bahwa moderasi adalah sikap dan pandangan yang tidak berlebihan. Tidak ekstrem dan tidak radikal, bila moderasi disandingkan dengan beragama secara moderat, maka perlu mamahami dan mengamalkan ajaran agama dengan baik dan tidak ekstrem baik ekstrem ke kanan maupun ke kiri.

Demi menggapai moderasi agama maka perlu pengetahuan termasuk didalamnya pengetahuan agama.

“semakin banyak dan luas pengetahuan yang kita miliki semakin toleran diri kita menanggapi perbedaan yang ada. Selain itu, menambahkan kiat menumbuhkan moderasi beragama dikalangan generasi muda setidaknya ada 3 yang harus dipegang. Yang pertama, harus berdasarkan ilmu bukan berdasarkan nafsu. Kedua, harus mempunyai guru dan sumber yang jelas. ketiga, beragama harus membawa keceriaan” kata Muslim Masyhuri.

Ketiga hal tersebut menuntut diri untuk memiliki kesempurnaan pengetahuan  yang dapat dipertanggung jawabkan serta mampu diterapkan dan memberikan nilai positif bagi siapapun yang merasakan kehadirannya.

Beliau juga menyampaikan tiga tolak ukur seseorang dinilai moderat atau tidak moderat. Pertama, memuliakan manusia, karena yang menjadi esensi agama adalah manusia. 

Kedua, kesepakatan bersama ketika ada yang mengatasnamakan kebebasan, kemerdekaan, atau bahkan atas nama HAM, kemudian melanggar kesepakatan bersama, maka itu sudah berlebihan dan tidak bisa ditolelir. 

Ketiga dan terakhir adalah ketertiban umum.

Maeyhuri juga menanggapi pertanyaan mengenai implementasi Q.S Al-Kafirun ayat 6 pada wilayah yang kaya akan pluralisme yakni dengan menyadari penuh akan batasan-batasan agama namun tidak luput untuk memuliakan manusia karena yang menjadi esensi agama adalah kemanusiaan. 

“Tolerasi beragama sangat penting bagi orang-orang beragama, agar terciptanya lingkungan yang saling menghargai dan bertoleransi antara individu beragama jadi tidak ada perselisihan antara agama satu dengan agama lainnya,” pungkasnya. (kel-53/Mushonifin)

Berita Terbaru:

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini