Kreatif Saat Pandemi, Siswa SMPN 11 Surakarta Bikin Pupuk Kompos

Siswa SMPN 11 Surakarta saat bikin pupuk kompos.

SOLO (Sigi Jateng) – Melihat banyaknya sampah organik berjatuhan di kebun sekolah, timbul gagasan bagimana agar sampah organik tersebut memiliki nilai guna bagi lingkungan hidup disekitar lingkungan sekolah. Atas dukungan stake holder SMP Negeri 11 Surakarta, peserta didik mulai bereksprorasi membuat pupuk kompos, sebagai salah satu karya inovatif unggulannya.

Meski wabah pandemi covid 19 masih menghantui untuk belajar di sekolah tidak menyurutkan peserta didik berhenti untuk berkreativitas, kemampuan mengasah bakat dan berpikir kritis terus diasah.

Kepala Sekolah SMP Negeri 11 Surakarta, Heti Marheni mengatakan, dengan keperdulian terhadap lingkungan, pihaknya punya andil dan ikut serta menyelamatkan bumi, salah satunya adalah keperdulian terhadap masalah sampah. 

“Sampah adalah masalah kita semua, oleh karena itu kita harus bijak menyikapinya, sehingga tidak menimbukan pencemaran lingkungan, kami menjawab dan hadir untuk ikut serta menyelamatkan dari pencemaran lingkungan,” kata Heti Marheni kepada Sigi Jateng, Kamis (15/4/2021)

Menurut Heti Marheni, di SMP N 11 Surakarta akan membiasakan anak didik untuk memilahkan sampah menjadi dua macam yaitu organik dan non organi. Sampah organik yang bisa di daur ulang berupa kompos dan sampah non organik yang tidak berbahaya dikumpulkan dalam bank sampah. Sekolah akan mendorong anak didik untuk terus berinovasi dalam mendaur ulang sampah organik menjadi pupuk kompos. Dan sekaligus karya inovasi ini dapat dipraktekkan dirumah dengan membiasakan menggunakan pupuk kompos karyanya sendiri.

“Hasil dari karya inovasi pupuk kompos ini dapat menghasilkan 50 kg, dan kami packing dibagikan ke sekolah binaan Adiwiyata kami,” jelasnya.

Berita Terbaru:

Salah satu Guru Pembimbing Pokja Riset Komposting, Vivi Novianti menjelaskan, Biopori dan biogranul kompos merupakan teknologi ramah lingkungan dan mudah dilakukannya. Teknologi resapan biopori mempunyai fungsi ganda yaitu meresapkan air dan tempat memproduksi kompos. Peresapan air akan membantu mengurangi air genangan dan sekaligus meningkatkan ketersediaan air tanah.

“Pengomposan sampah organik dalam lubang resapan biopori akan mendorong kehadiran fauna tanah seperti cacing, rayap dan serangga tanah lainnya,” jelas Vivi.

Sementara, Irine Olga Pratiwi salah satu siswa yang terlibat dalam pokja komposting tersebut merasa sangat senang mengikuti proses riset tersebut sehingga mengetahui pemanfaatan sampah organik yang  dipelajari selama reset. “Ternyata pupuk kompos ini lebih aman untuk kelestarian tanah dan sekaligus ramah lingkungan, dan teman-temanku senang lho ikut proses ini,” tuturnya. (Riya)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini