Disebut Tak Realistis, Jika Masa Jabatan Kapolri Di Perpanjang

Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane

Jakarta (Sigi Jateng) – Bursa calon Kapolri pengganti Jenderal Polisi Idham Aziz kian menghangat. Oleh Indonesia Police Watch (IPW) disebut jika rencana perpanjangan masa jabatan Kapolri tersebut tidak realistis.

Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane mengatakan bersamaan dengan maraknya bursa calon Kapolri pengganti Jenderal Idham Azis yang akan pensiun, muncul tiga isu di kalangan elite pemerintahan khususnya internal Polri.

Neta menjelaskan, yang pertama ialah berkembangnya isu masa jabatan Idham akan diperpanjang lagi selama satu tahun. “Isu ini berkembang meski tidak realistis,” tegas Neta, seperti dikutip jpnn.com, Rabu (12/8).

Neta juga menegaskan, bahwa perpanjangan masa pensiun tersebut jelas melanggar Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia.

Menurutnya, dalam UU itu perwira Polri yang bisa diperpanjang masa pensiunnya ialah yang memiliki keahlian khusus, terutama forensik. “Jabatan Kapolri bukan sebuah keahlian tetapi jabatan politik,” ungkap Neta.

Neta menambahkan isu yang kedua ialah munculnya calon kuat Kapolri dari kalangan jenderal bintang dua yang akan naik menjadi bintang tiga, menjelang pengangkatan sebagai orang nomor satu di Korps Bhayangkara.

Menjelang akhir tahun ini, lanjut Neta, kebetulan ada dua posisi jenderal bintang tiga yang pensiun, yakni Sestama Lemhanas dan Kepala BNN.

“Untuk figur bintang dua yang akan jadi Kapolri ini ramai disebut-sebut adalah Kapolda Metro Jaya Irjen Nana, yang pernah menjadi Kapolresta Solo saat Jokowi menjadi wali kota Solo,” terang Neta.

Dia menambahkan isu ketiga itu ialah pergantian Kapolri akan terjadi akhir Agustus. Dia menegaskan tepatnya setelah pergantian Panglima TNI dan reshuffle Kabinet Indonesia Maju.

“Isu suksesi Polri di akhir Agustus ini menimbulkan polemik dan pertanyaan, apa mungkin? Namun, Jokowi pernah melakukan pergantian Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo padahal masa pensiunnya lima bulan lagi dan tidak ada masalah,” paparnya.

Terlepas dari isu tersebut, Neta lebih jauh menjelaskan jika bursa calon Kapolri kali ini sangat menarik dicermati. Sebab, bursa calon kapolri diwarnai berbagai angkatan, mulai Akademi Kepolisian (Akpol) 1988 ada empat orang, Akpol 1989 satu orang, dan Akpol 1991 dua orang. “Serta satu figur dari non-Akpol,” bebernya.

Jauh sebelumnya, pada bulan Juni 2020 lalu, IPW juga telah merilis sebanyak delapan nama bakal calon Tri Brata 1 atau TB 1 pengganti Idham.

Mereka yakni lima pati berpangkat Komisaris Jenderal (Komjen) atau bintang tiga, serta tiga pati yang memiliki pangkat Inspektur Jenderal (Irjen) atau bintang dua.

Lima pati bintang tiga itu yakni Kepala Badan Intelijen Keamanan (Kabaintelkam) Komjen Rycko Amelza Dahniel, Kepala Badan Pemelihara Keamanan (Kabaharkam) Komjen Agus Andrianto, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar, Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Kabareskrim) Polri Komjen Listyo Sigit Prabowo, dan Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono.

Sedangkan untuk tiga pati bintang dua lainnya ialah Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana, Kapolda Jawa Tengah Irjen Ahmad Luthfi, dan Kapolda Jawa Timur Irjen Fadhil Imran.

Baca Berita Lainnya

“Dari pantauan hingga awal Agustus ini, kekuatan delapan calon ini berimbang. Peluangnya, tentu ada pada hak prerogatif presiden,” kata Neta.

“Soal peluang siapa yang akan menjadi Kapolri dari kedelapan figur tersebut baru bisa terbaca sebulan menjelang pergantian,” sambungnya. (jpnn/dye)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini