SIGIJATENG.ID, Semarang – Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Provinsi Jawa mengadakan seminar untuk memperkuat umat Katolik membangun dan menjaga kerukunan di tengah keberagaman masyarakat di Hotel Grasia Semarang (12/10/2019).
Rm Eduardus Didik Chahyono SJ, Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang (HAK-KAS) sebagai narasumber mengungkapkan, bahwa umat Katolik sekaligus warga negara Indonesia bertanggung jawab menjaga dan merawat Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Damai yang kita alami tidak bisa dibiarkan begitu saja tanpa dijaga dan dirawat”, ucap Rm Didik dalam pemaparannya.
Masih ada sekelompok masyarakat yang bertindak kekerasan dengan dalih agama. Untuk itu, masyarakat harus bekerja sama dengan semua pihak yang berkehendak baik menjaga keutuhan NKRI.
“Dialog antar agama merupakan salah satu jalan agar masing-masing komunitas agama dapat saling memahami keluhuran ajaran berbagai agama dan hidup berdampingan dengan rukun.”
![](https://sigijateng.id/wp-content/uploads/2019/10/IMG-20191012-WA0037-1024x485.jpg)
Dialog antar agama yang dilakukan dengan memperhatikan kesetaraan sebagai mitra dapat membantu peserta dialog antaragama menghormati harkat dan martabat manusia”, tambah Rm Didik.
Narasumber lain, Elizabeth Indira yang seorang psikolog dan Pengelola Lembaga Pendidikan Talenta memaparkan, bahwa dalam dialog lintas agama untuk menjaga kerukunan perlu memiliki kematangan emosional.
“Untuk mencapai kematangan dan kecerdasan emosional, seseorang perlu melatihnya”, papar Indra.
Indira juga menyinggung dalam pikiran manusia ada reptil brain, mamalia brain dan neo cortex. Dalam rasa ketakutan dan keterancaman, orang cenderung terpengaruh menggunakan reptil brainnya yang mendorong orang untuk berkelahi, menghindar, atau menyelamatkan diri, mencari makan dan melampiaskan nafsu.
Indira mengajak peserta untuk transfer energi positif agar manusia mampu menggunakan neo cortex sehingga seseorang semakin menjadi bijaksana, matang dan cerdas beremosi.
“Dengan demikian, masing-masing pribadi diharapkan tidak mudah terprovokasi terkait isu dan berita-berita yang kurang akurat yang dapat mengganggu perdamaian dan keamanan,” pungkas Indra. (Mushonifin)