Gangguan Kesehatan Mental Meracuni Hasil Belajar

Ayi Suprihatin, Mahasiswa Unnes 

“Kesehatan itu perlu dan Mental itu dijaga”. Begitulah sepenggal kalimat yang mungkin bisa dijadikan motivasi dalam kehidupan sekolah dan rumah. Jika saja orang tahu tanda-tanda kesehatan mental terganggu dan cara mengantisipasi, mungkin jumlah orang yang terganggu kesehatan mentalnya dapat di minimalisir. Faktor seperti bullying, broken home, tidak nyaman, cemas, stress, merasa terasing, kehamilan diluar nikah, kesulitan dalam belajar, dan sebagainya merupakan gangguan kesehatan mental yang terjadi.

Gangguan kesehatan mental ini bisa dialami oleh anak didik, mengingat usia remaja mengalami berbagai macam perubahan dan masih dalam tahap yang rawan, labil, dan dinamis. Di lingkungan sekolah dan rumah harus bisa mengayomi anak-anak agar tidak mengalami hal tersebut. Gangguan kesehatan mental yang dialami anak usia remaja dapat menjadi racun untuk hasil belajarnya. Hasil belajar menurun karena kesehatan mental yang terganggu bisa jadi sebagai putus asa dalam hidupnya dan dikhawatirkan melakukan aksi yang tidak diinginkan seperti bunuh diri.

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 75% gangguan mental emosional terjadi sebelum usia 24 tahun dan dalam berbagai kasus, bunuh diri ialah sebagai akibat dari permasalahan kesehatan remaja. (Kumparan,27/03/2019).

Peringati Hari Kesehatan Mental

Sejak tanggal 10 Oktober 1992 dijadikan sebagai hari peringatan kesehatan mental internasional agar masyarakat dapat mengetahui betapa pentingnya kesehatan mental bagi anak yang sedang mengenyam pendidikan. Gangguan mental beresiko besar jika tidak ada penanganan khusus. Untuk itu anak harus mendapatkan perhatian dan perawatan yang cukup baik di sekolah maupun di rumah agar mereka tidak mengalami gangguan tersebut.

Mengutip halaman (Kompas.com,07/10/2019) tahun ini WHO mengajak kita semua untuk turut berkontribusi terhadap masalah kesehatan mental melalui tantangan bertajuk “40 Second of Action” yang berarti setiap orang dapat berperan serta berkontribusi mencegah terjadinya kasus bunuh diri berdarkan data setiap 40 detik sekali di seluruh dunia.

“Peringatan hari kesehatan mental ini  menjadi perhatian terhadap gangguan kesehatan mental yang masih perlu ditingkatkan terutama karena masih adanya stigma atau label negative di masyarakat mengenai individu dengan permasalahan mental,” tegasnya Dosen psikologi kesehatan Fakultas Kedokteran UNSOED. (Antaranews,10/10/2019).

Hari kesehatan jiwa sebagai momen bagi setiap orang yang memiliki nilai kepedulian kesehatan mental agar bisa merawat. Untuk itu, peringatan ini akan dilaksanakan tiap tahunnya agar meminimalisir faktor yang dapat menyebabkan kesehatan mental terganggu terutama di kalangan anak didik. Faktor itu ada yang berasal dari teman yang tidak suka, guru yang kurang kompeten, bahkan orang tua yang kurang memperhatikan anaknya.

Lingkungan Keluarga Untuk Hasil Belajar

Perkembangan anak didik akan dihadapkan dengan berbagai lingkungan yang berbeda-beda. Lingkungan itulah yang akan menentukan bagaimana hasil belajar anak didik selama mengenyam pendidikan. Lingkungan paling awal atau primer yaitu berada dalam lingkungan keluarga. Orang tua merupakan pihak yang memiliki tanggungjawab besar terhadap arah perkembangan anaknya. Pola didik yang baik, kasih sayang yang cukup, serta tidak membanding bandingkan anak merupakan dasar merawat anak agar tidak terganggu kesehatan mentalnya.

Menurut penuturan Sarah Kendrick dari Place2be Layanan Amal untuk Kesehatan Mental Anak, bahwasanya tidak pernah terlalu dini atau terlalu terlambat untuk mulai memikirkan tentang kesehatan mental anak, tetapi pastikan anda memilih bahasa anda dengan hati-hati. (Beritagar.id, 05/12/2018).

Orang tua yang kurang memperhatikan anaknya mungkin bisa membuat pikiran mereka sudah tidak berarti lagi hidupnya. Kurangnya kasih sayang juga anak merasa tidak dipedulikan lagi. Suasana rumah yang kacau karena faktor broken home atau hal lain memungkin anak merasa tidak nyaman untuk bertinggal. Berawal dari situlah anak akan merasa cemas, stress, merasa tidak arti hidup lagi yang membuat mereka mengalami gangguan kesehatan mental. Hal itulah dapat membuat anak hasil belajarnya menurun.

Orang tua menjaga serta merawat anak dengan kasih sayang, mungkin tidak akan menimbulkan rasa yang cemas dan stress pada anaknya. Sejatinya, anak hanya perlu di dekat, dirangkul, dan di beri motivasi dengan cara baik-baik agar suasana yang mereka terima itu nyaman. Orang tua juga perlu mengetahui bagaimana perkembangan anaknya agar tidak mengalami gangguan kesehatan mental. Seperti itulah akan membuat hasil belajar anak dapat lebih baik.

Lingkungan Sekolah Untuk Hasil Belajar

Lingkungan sekolah anak tidak hanya belajar akademik saja. Anak didik turut belajar bersosialisasi terhadap orang-orang disekitarnya. Pengaruh di lingkungan sekolah juga dapat mempengaruhi kesehatan mental anak. Faktor seperti bullying, padatnya tugas, ketidaknyamanan di sekolah, kesulitan dalam belajar dapat membuat anak mengalami gangguan kesehatan mental. Disitulah peran sekolah harus membantu dan mengayomi anak didik agar tidak terjadi hal tersebut.

Guru seharusnya bisa membuat anak didik tidak merasa terbebani dalam pembelajaran. Pembelajaran yang tidak menyenangkan membuat anak didik cepat bosan dan jenuh. Tugas yang susah,ribet dan banyak membuat anak jadi stress dan terbebani. Harusnya guru dapat memahami tentang kebutuhan anak didik yang sekiranya diperlukan. Perhatian dari pihak guru juga diperlukan.

Dalam pertemanan tidak harus adanya bullying dan saling menjatuhkan satu sama lain. Berteman sebaiknya bisa dijadikan saudara dalam berjuang mengenyam pendidikan bersama. Berteman perlu adanya saling support dan merangkul jika terjadi masalah. Berawal dari kebiasaan itulah maka akan meminimalisir gangguan kesehatan mental anak.

Menciptakan suasana sekolah yang dapat menimbulkan rasa betah anak didik baik secara sosial,fisik, dan akademis itu dibutuhkan agar anak tidak terserang gangguan kesehatan mentalnya. Anak didik butuh sebuah bimbingan, kepekaan, dan saling menyayangi dari lingkungan sekolah. Oleh karena itu, buatlah anak didik merasa nyaman, tidak terganggu, tidak terasingkan. Disitulah nantinya akan dapat meningkatkan hasil belajar yang baik. (Ayi Suprihatin, Mahasiswa Unnes ) 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini