Tak Konsumsi Obat ARV, Seorang Bocah Pengidap HIV di Klaten Justru Dibawa ke Dukun

Ilustrasi. Foto : pixxabay.com

Klaten (sigijateng.id) – Seorang anak pengidap virus HIV di Klaten diketahui tidak mengkonsumsi obat antiretroviral (ARV) dari pemerintah. Ironisnya, bocah yang sudah yatim piatu itu justru dibawa keluarga berobat ke dukun.

“Ini ada satu anak, ayah, dan ibunya sudah meninggal tapi tidak diperbolehkan minum obat oleh kakaknya. Kakaknya itu malah ke dukun karena tidak percaya HIV,” jelas koordinator pendamping Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Klaten, Dewi, usai pemberian bantuan nutrisi bagi anak pengidap HIV/ AIDS di Pemkab, Rabu (6/9/2023).

Diceritakan Dewi, anak yang duduk di kelas 4 SD itu diketahui HIV setelah ibu dan ayahnya meninggal tahun 2022. Saat dites anak tersebut juga positif mengidap HIV.

“Selaku pendamping saya dan kawan-kawan sudah ngoroki (nasehati) bahkan sampai saya ke Puskesmas dan mereka sudah sosialisasi juga, tapi sulit. Saya kasihan anaknya ini,” tutur dia.

Yang bersangkutan, kata Dewi, saat ini hidup dengan kakaknya tersebut. Sang kakak dinyatakan negatif HIV. “Kakaknya itu satu ibu tapi beda bapak, tapi negatif HIV kakaknya itu. Dulu ibunya sakit sampai dibawa ke ICU juga cuma dirawat di rumah, ke dukun,” imbuhnya.

Yang mengkhawatirkan, sambung Dewi, kondisi anak tersebut sudah sering sesak napas. Selain itu mulai muncul bintik-bintik di tubuhnya. “Bintik-bintik sudah keluar, sering sesak napas. Anaknya jadi kecil karena pertumbuhannya jadi lambat, setelah ibunya meninggal 2022 si anak sempat minum obat dua kali,” lanjut Dewi.

Untuk menyerahkan bantuan nutrisi, ungkap Dewi, dirinya sembunyi-sembunyi lewat sekolah karena keluarga menolak. “Saya sampai ngasih bantuan ke sekolah saya bilang bantuan untuk anak yatim. Karena tidak boleh sama kakaknya,” papar Dewi.

Sementara itu, Sekretaris Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPA) Klaten, dr Ronny Roekmito menyampaikan jumlah anak pengidap HIV/ AIDS di Klaten 54 orang. Data terakhir dua anak meninggal tahun ini.

“Dua anak meninggal tahun ini. Terakhir Kecamatan Wedi tiga bulan lalu usianya 16 tahun dan semua karena berhenti obat,” ungkap Ronny.

Menurut Ronny, obat alternatif, obat herbal atau apapun sebenarnya tidak masalah. Namun mestinya obat ARV tidak perlu dihentikan.

“Alternatif silahkan tapi obat utamanya jangan dihentikan. Kegiatan hari ini pemberian bantuan nutrisi rutin dari kegiatan CSR perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan ketahanan mereka,” pungkasnya. (Red)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini