Hadapi Ancaman Resesi 2023, Pemkot Semarang Telah Memulai Program Kedaulatan Pangan

Plt Wali kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, (Foto. Mushonifin/sigijateng.id)

Semarang (sigijateng.id) –Kota Semarang telah memulai program kedaulatan pangan sebagai upaya mengantisipasi resesi sejak tahun 2023. Hal tersebut diutarakan Plt Walikota Semarang, Hevearita G. Rahayu.

“Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang siap menghadapi resesi ekonomi yang dimungkinkan akan terjadi di tahun 2023 ini. Presiden Joko Widodo sendiri menyebut ada dua sektor yang harus diwaspadai saat resesi ekonomi yakni energi dan pangan,” katanya, Selasa 3 Desember 2023.

Terkait dengan energi, Pemkot Semarang tidak memiliki program khusus. Pasalnya untuk sektor energi memang Kota Semarang dinilai tidak memiliki potensi dibidang tersebut.

“Kalau Kota Semarang kan tidak punya bidang energi seperti tambang makanya kita perkuat di pangan melalui kedaulatan pangannya dan sudah kita mulai sejak tahun 2022 lalu,” kata Ita, sapaan akrabnya.

Ita mengatakan gerakan ketahanan pangan yang sudah dilakukan sejak tahun 2022 ini sudah dipetakan sekaligus untuk mengentaskan kemiskinan. Harapannya wilayah dengan peta kemiskinan tertinggi akan bisa tercover.

“Pemkot sudah mulai mencanangkan kedaulatan pangan dan rencana awal tahun ini adalah pembuatan balai pangan dan gizi. Jadi pada setiap kelurahan ada pilot project kedaulatan pangan dari hulu hingga hilir,” ungkapnya.

Penguatan ketahanan pangan juga harus didukung dengan tata kelola pangan diwilayah penyangga ibu kota. Pemkot Semarang akan berusaha memotong distribusi pangan yang ada didalam wilayah untuk tidak keluar terlebih dahulu sebelum kebutuhan didalam kota terpenuhi dengan maksimal.

“Misalnya di Kendal itu telurnya dijual ke Jakarta, padahal Kota Semarang juga membutuhkan banyak, nah tata kelola ini yang akan kita perbaiki untuk bisa mempertahankan kedaulatan pangan,” tuturnya.

Selain itu, Pemkot Semarang juga memaksimalkan gerakan menanam mulai dari tingkat paling bawah seperti pada masing-masing rumah tangga, sekolah hingga perkantoran.

Tak hanya itu, perubahan gaya hidup masyarakat kota Semarang juga harus dilakukan untuk menjaga kadaulatan pangan.

“Misalnya tidak harus makan beras bisa diganti singkong atau ubi lainnya. Dirumah juga bisa menanam tanaman seperti sayuran yang bisa dikonsumsi sehari-hari,” ucapnya. (Mushonifin)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini