Embung Bumiayu Weleri Belum Memberikan Manfaat Untuk Petani

KENDAL – Petani di Desa Bumiayu Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal masih berharap embung yang ada di area pertanian mereka memiliki fungsi pengairan maksimal untuk mendorong kemudahan pertanian.

Namun begitu, embung seluas satu hektare yang menjadi sumber pengairan bagi persawahan seluas 30 hektar belum mampu menjawab ekspektasi warga.

Hal tersebut dikatakan oleh petani perempuan bernama Sriyati. Dia mengatakan embung tersebut belum secara maksimal bisa dimanfaatkan petani karena tidak ada saluran. Petani baru bisa menggunakan air embung jika memiliki meisn pompa.

“Jadi air di dalam embung itu tidak bisa dialirkan otomatis ke lahan kami, harus menggunakan mesin pompa,” ujar Sriyati pada Kamis (5/10/2023).

Bagi Sriyati yang merupakan petani perempuan dengan usia cukup tua jelas merasa embung tersebut tidak bisa mengairi, karena tidak ada salurannya. Sebenarnya bisa airnya ditimba, tapi karena Sriyati petani perempuan yang cukup renta jadi tidak mampu.

“Tadinya seharusnya kami bisa menanami padi, tapi sekarang tidak bisa. Kondisinya kami petani perempuan itu membayar petani laki-laki untuk mengambilkan air ke lahan kami. Tadinya sebelum ada embung kan sebenarnya pengairan lahan kami melalui sungai, tapi justru setelah adanya embung jadinya malah rasanya jadi sulit mengalirkan air,” jelas Sriyati.

Pembangunan embung Bumiayu sendiri dilakukan sekitar tahun 2011 dengan dua tahap, untuk tahap pertama pengerukan dan tahap dua pemasangan pagar serta paving sekitar embung. Pembangunan embung tersebut dibangun tepat ditepi sungai agar bisa menampung air dengan harapan mempermudah petani dalam melakukan pengairan lahan. Namun yang terjadi malah muncul permaslahan baru.

“Sekarang kan sungainya ditutup embung. Niatnya untuk memperudah, tapi malah ya beginilah. Dulu bisa ditanami padi, tapi sekarang Cuma jagung, palawija, atau tembakau. Sekarang kan jadinya susah kami,” tandas Sriyati.

Sementara itu, Sekretaris Desa Bumiayu Kecamatan Weleri Kendal, Dwi Budi Santoso mengatakan sebenarnya air embung berasal dari dua sumber, yaitu air tanah dan tadah hujan, sehingga di saat musim kemarau diharapkan tetap bisa digunakan.

“Kalau untuk embung selama ini kan berasal dari air tanah sama tadah hujan. Walaupun kering, saat ini masih ada sedikit air dan masih bisa digunakan petyani,” ujarnya.

Saat ini, Budi melaporkan, petani di sekitar embung Bumiayu mayoritas bertani jagung, melon, singkong, dan tebu. Kemudian para petani di area embung ini masih menggunakan pompa air karena belum didirikan sodetan.

“Kalau diri segi pengairan kalau inputnya lancar sangat bermanfaat. Namun berubung musim panas jadi kurang maksimal. Kalau dulu input air kan dari sungai, kalau sekarang kan input airnya tidak ada,” ujar Budi.

Budi berharap embung tersebut masih menjadi perhatian dari Pemerintahb Provinsi. Budi melanjutkan, embung tersebut supaya dibuatkan sender di sebelahnya untuk antisipasi air sungai meluap.

“Embung tersebut jika musim hujan meluap ke utara jika tidak dipasng talud erosi,” ujar Budi.

Embung bantuan dari Pemprov ini sendiri menurut Budi masih menyulitkan petani.

“Petani merasa kesulitan karena tidak ada inputnya. Aliran air dari sungai harusnya masuk ke embung,” tutup Budi. (Dcp)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini