BMKG Sebut Kemarau di Jateng Diprediksi Berlangsung hingga Akhir 2023, Masyarakat Diimbau Begini

Ilustrasi. Foto: pixabay.com

Boyolali (sigijateng.id) – Musim kemarau di wilayah Jawa Tengah tahun ini akan berlangsung lama dan bahkan diperkirakan hingga akhir 2023 atau awal tahun 2024. Ini terjadi karena dampak fenomena El Nino.

“Untuk di Jawa Tengah, pada umumnya musim kemarau nanti sampai ini ya di musim kemarau ini agak sedikit beda dengan yang tiga tahun lalu. Tiga tahun lalu kan fenomena La Nina-nya dominan, sekarang El Nino,” kata Kepala BMKG Jawa Tengah, Sukasno, disela usai mengikuti Apel Siaga Penanggulangan Bencana di lapangan Desa Ringinlarik, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Rabu (23/8/2023).

Dengan kondisi El Nino yang dominan tersebut, jelas Sukasno, musim kemarau akan mundur. Musim kemarau akan berlangsung lebih lama dibandingkan tiga tahun sebelumnya.

“Kemungkinan ini musim kemaraunya agak mundur sedikit. Biasanya seperti itu. Biasanya sampai September, mungkin sampai November, Desember baru mulai. Tapi nanti untuk rilisnya kami akan update untuk awal musim hujan,” terang Sukasno kepada wartawan.

“Nanti September, Oktober, November kita lihat, akan muncul seperti apa. Tapi yang jelas El Nino diprediksikan sampai bulan Januari (2024) masih kelihatan dan El Nino ini yang sangat mempengaruhi banyaknya curah hujan di wilayah kita termasuk di Jawa Tengah,” bebernya.

Menurutnya, dampak El Nino sudah mulai dirasakan di wilayah Jawa Tengah. Seperti di Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali sudah tiga bulan lebih tidak ada hujan. Dengan kondisi kemarau panjang ini, pihak mengimbau masyarakat untuk melakukan antisipasi. Agar hal-hal yang tak diinginkan tidak terjadi.

“Karena fenomena El Nino memicu kekeringan dan kebakaran hutan. Paling tidak antisipasi di lapangan. Untuk masyarakat, satu, tidak boleh. El Nino ini kan memicu kekeringan dan kebakaran hutan. Kekeringan terkait dengan kebutuhan air,” tuturnya.

“Kebakaran hutan terkait perilaku masyarakat, misalnya tidak boleh membakar sampah atau membakar apapun untuk daerah-daerah yang rawan kekeringan,” imbuh Sukasno.

Masyarakat juga diminta untuk memanfaatkan air hujan yang terjadi di musim kemarau ini dengan cara ditampung. Karena meski musim kemarau, bukan berarti tidak ada hujan sama sekali.

“Di musim kemarau tidak mesti tidak ada hujan sama sekali. Pasti ada hujan harian. Sehari dua hari nanti akan yang menyertai. Cuma di musim kemarau ini tidak sebanyak seperti tiga tahun lalu. Manfaatkan hujan harian ini untuk ditabung. Jadi kalau ada hujan sehari dua hari, sudah dimanfaatkan semaksimal mungkin, ditampung,” imbau dia. (Red)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini