Pentingnya Ilmu Falak, Dosen UIN Walisongo Mengintegrasikan Teori dan Praktik dengan Al-Murobba’

SEMARANG ( Sigijateng.id) – Ilmu Falak merupakan salah satu ilmu yang penting untuk dikaji karena berkaitan langsung dengan masalah ibadah, mulai dari penentuan arah kiblat, waktu shalat, waktu berpuasa hingga waktu melakukan shalat sunnah gerhana.

Hal tersebut disampaikan oleh M. Ihtirozun Ni’am, Dosen Ilmu Falak UIN Walisongo saat memberikan pengantar dalam acara pembukaan Pelatihan Ilmu Falak dengan media ajar alat al-Murobba’ di Pondok Pesantren Al-Firdaus YPMI Semarang.

Senada dengan hal tersebut, KH. Ahmad Ali Munir, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Firdaus YPMI menuturkan bahwa Ilmu Falak ini sangat penting. “Imam Ghozali saja dalam kitab Ihya’ Ulumiddin memasukkan arah kiblat dan waktu shalat ini ke dalam salah satu dari adab as-safar (adab bepergian). Ini menunjukkan pentingnya mengkaji ilmu ini, karena shalat di manapun dan kapanpun harus tetap ditunaikan, sehingga hal-hal yang berkaitan dengannya harus juga dipersiapkan,”tuturnya.

Namun, kata Kiai Ali Munir, tak jarang pentingnya ilmu ini tidak dibarengi dengan semangat dan keseriusan dalam mengkajinya. Di beberapa pondok pesantren misalnya, ilmu falak terkadang dianggap sebagai momok. Banyak santri yang baru mendengar kata falak saja sudah pesimis, karena mereka membayangkan angka-angka, dan perhitungan-perhitungan mendetail, sebuah kultur ilmu eksakta yang agak berbeda dengan kultur ilmu sosial humaniora.

“Mungkin mereka melihat tidak ada hal yang menarik di dalamnya. Mungkin ini akan berbeda ketika kajian falak ditampilkan tidak hanya melulu masalah menghitung tapi juga melakukan observasi, pengamatan-pengamatan yang menarik tentang benda-langit dan fenomena-fenomena lainnya,” imbuhnya

Berkaitan dengan itu, M. Ihtirozun Ni’am yang merupakan Dosen Ilmu Falak di UIN Walisongo sekaligus pembuat alat al-Murobba’, melalui program yang disupport oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) UIN Walisongo mencoba mengintegrasikan antara teori dan praktik dalam pembelajaran ilmu falak.

“Dalam pembelajarannya ini, peserta tidak hanya kita suguhi perihal perhitungan-perhitungan dalam ilmu falak, namun juga kita ajak praktik di lapangan, pengambilan data di lapangan dan melihat fenomena-fenomena alam di lapangan, sehingga kajian ilmu falak ini tidak terkesan monoton dan terkesan lebih menarik karena peserta bisa membayangkan, mengilustrasikan dan mendeskripsikan lebih real benda-benda langit yang sedang dibicarakan atau diamati,” katanya.

“Semisal dalam penentuan nilai kemiringan Matahari (mail as-syams/Deklinasi Matahari). Peserta yang biasanya hanya tahu perhitungannya, dalam kesempatan ini peserta di ajak keluar lapangan untuk mengamati secara langsung fenomena yang bisa dijadikan parameter untuk mengetahui nilai kemiringan Matahari saat Matahari berada di titik paling atas dari pergerakan semu hariannya (kulminasi),” katanya menambahkan.

“Hal demikian juga dilakukan untuk mengetahui nilai perata waktu, lintang tempat, bujur tempat, waktu hakiki, arah mata angin sejati serta arah kiblat dengan media _ al-Murobba’_. Sehingga dengan adanya praktik di lapangan itu, peserta menjadi lebih tertarik dan semangat dalam mempelajari ilmu falak, selain juga mendapatkan pengalaman yang real saat pengamatan terkait teori yang sedang dikaji.” imbuhnya

Ulin – salah satu peserta pelatihan – mengatakan bahwa dengan adanya pelatihan ini, dia merasa sangat terbantu dan memicu semangatnya untuk memperdalam ilmu falak. “Alhamdulillah, saya bersyukur bisa mengikuti program pelatihan ini. Hal-hal yang sebelumnya saya anggap sulit dan belum saya fahami, dengan adanya pengintegrasian antara teori dan praktik ini alhamdulillah bisa terpecahkan. Pada akhirnya saya tahu, konstruksi berpikir untuk mengidentifikasi deklinasi Matahari, arah mata angin sejati, arah kiblat, dan yang lainnya.”

Hal senada juga disampaikan oleh Lailatus Shofiyah. “Saya berharap ada part-2 dan part-part berikutnya dari pelatihan ini. Saya merasakan kegiatan ini mempunya banyak manfaat terutama untuk membangkitkan gairah saya dalam mengkaji ilmu falak,” ucapnya.

M. Rikza selaku Kepala Pusat Pengabdian Masyarakat LP2M UIN Walisongo menuturkan bahwa dalam waktu dekat pelatihan semacam ini juga akan dilakukan di Pondok lain. “Selain di Pondok Pesantren Al-Firdaus YPMI, rencananya kegiatan semacam ini juga akan kita lakukan di Pondok yang lain,” kata Rikza.

Menurut Rikza, hal ini sebagai upaya mendesiminasikan hasil kajian-kajian, penelitian-penelitian yang sudah dilakukan dosen-dosen di UIN Walisongo terkait perkembangan keilmuan sehingga manfaatnya bisa dirasakan oleh banyak kalangan.

“Insya’allah kalau tidak ada perubahan jadwal, tanggal 11 September besok akan kita lakukan juga kegiatan ini di Pondok Pesantren Al-Hidayah Krasak, Demak. Semoga bisa berjalan lancer,” pungkasnya. (aris)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini