Manusia Silver Semakin Banyak di Banjo, Kasatpol PP Kota Semarang Imbau Masyarakat Jangan Latah

Manusia silver sedang mengamen di salah satu ruas jalan saat lampu merah.

SEMARANG (Sigi Jateng) – Di tengah ekonomi yang sulit akibat pandemi covid-19 ini, fenomena manusia silver semakin menjamur di sejumlah ruas jalan di Kota Semarang. Walaupun sudah ada larangan yang tertuang dalam peraturan daerah (Perda) Kota Semarang nomor 5 tahun 2014 tentang Pengemis, Gelandangan, dan Orang Terlantar (PGOT), namun faktanya keberadaan mereka tak bisa disingkirkan begitu saja.

Fajar Purwoto, Kasatpol PP Kota Semarang.

Atas maraknya orang-orang yang menjadi manusia silver, Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Semarangpun Fajar Piswoto angkat bicara. Dia mengimbau pada masyatakat agar jangan menjadi manusia silver.

Walaupun dia tahu ekonomi sedang sulit, Fajar Purwoto meminta masyarakat jangan latah mengikuti trend mengamen seperti itu.

Fajarpun mengungkap dirinya telah menangani dan membina orang-prang yang menjadi manusia silver itu di daerah pertigaan Jerakah atau di depan Kampus 1 UIN Walisongo Semarang.

Menurut keterangan Fajar, orang-orang yang menjadi manusia silver itu mengikuti trend mengamen yang ada di Singapura.

“Itu mereka improvisasi dari Singapura ya. Untuk di Kota Semarang, kami sudah menangani sejak tiga Minggu lalu. Terutama di daerah Jrakah itu lebih banyak jumlah manusia silvernya,” kata Fajar pada Sabtu (19/9/2020).

Penanganan terkait manusia silver yang dimaksud fajar yakni razia. Saat razia manusia silver di daerah Jrakah, pihaknya mengamankan 10 orang. Mereka selanjutnya dibawa ke Markas Satpol PP untuk menjalani sanksi dan pembinaan.

“Di markas Satpol PP, mereka kami gunduli. Ini karena rehabilitasi sosial belum buka selama pandemi,” ungkapnya.

Selain itu ada juga, hukuman menyanyikan lagu kebangsaan, hukuman push-up.

Menurut Fajar, keberadaan mereka mengganggu masyarakat di jalanan. Apalagi, pihaknya berulang kali mendapat aduan dari masyarakat yang merasa terganggu dengan adanya manusia silver.

“Kami tidak tebang pilih. Yang peminta-minta pasti kita ambil,” tegasnya.

Meski telah melakukan penindakan, Fajar mengakui usaha itu belum maksimal. Pasalnya saat ini sedang pandemi, Fajar mengkhawatirkan, apabila razia manusia silver masif dilakukan, mungkin saja anggotanya terpapar corona dengan status orang tanpa gejala (OTG).

Ia mengungkapkan, manusia silver di Kota Semarang ternyata juga ada yang datang dari Kabupaten/Kota lain. Motif mereka mengamen jelas terkait ekonomi. Ada pula yang beralasan menyalurkan bakat.

“Tapi bagaimanapun juga ini mengganggu saat lampu merah dan mengganggu juga saat kendaraan akan berjalan,” katanya.

Namun begitu, ketika ditanya apakah dari pengamatan Satpol PP ada pihak-pihak tertentu yang sengaja mengorganisir mereka, Fajar mengatakan belum ditemukan unsur-unsur tersebut.

Baca Berita Lainnya

“Tidak ada unsur premanisme yang mengorganisir,” tegasnya.

Meski telah terjaring razia, beberapa manusia silver diketahui kembali melakukan aksinya di sejumlah jalan raya. Fajar menegaskan, pihaknya akan kembali menggelar razia. Bagi mereka yang kembali terjaring razia, mereka diminta membuat pernyataan yang isinya tidak akan mengulangi perbuatannya di badan jalan.

“Sementara ini akan kami minta buat pernyataan untuk tidak mengulangi perbuatannya. Apabila Dinas Sosial sudah buka, mereka kami serahkan ke rehabilitasi sosial,” pungkasnya. (Mushonifin)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini