Kepala BKKBN : Pandemi Covid-19 Jadi Kendala Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting

Sejumlah ibu-ibu saat mengikuti sosialisasi Gerakan Melawan Stunting yang diinisiasi HaloPuan, di Desa Cipetir, Kecamatan, Cibeber, Kabupaten Cianjur, Sabtu, 19 Maret 2022. (Foto : IST-Dok)

Jakarta (Sigi Jateng) – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menuturkan pandemi Covid-19 menjadi kendala dalam menjalankan rencana aksi nasional percepatan penurunan stunting Indonesia (RAN PASTI).

Pasalnya, pada masa pandemi anak-anak tidak datang atau hanya sedikit yang datang ke posyandu. Sementara, edukasi, pemberian makanan tambahan dan pengukuran tinggi dan berat badan dilakukan di posyandu.

“Kedatangannya anak-anak selama pandemi untuk tahun 2022 itu hanya 19% dan tahun berikutnya (2021) sekitar 45%, sehingga tantangan tersendiri percepatan penurunan stunting ini karena pandemi,” kata Hasto seperti dilansir laman Beritasatu.com, Minggu (27/3/2022).

Kendati demikian, Hasto bersyukur pada tahun 2022 ini, kampanye dan sosialisasi dilakukan berdampak pada penurunan angka stunting nasional sebesar 3,3%.

“Jadi dari 27,7% turun menjadi 24,4%. Di tahun 2021 akhir ini ada penurunan 3,3%. Saya berharap kembali terjadi penurunan. Presiden juga memberi pekerjaan rumah tahun 2022 ini turun 3% dan itu target Pak Presiden kepada kami, dan mudah-mudahan di tahun 2022 ini pandemi sudah rendah dan harapan stunting bisa turun,” ujar Hasto.

Hasto mengatakan strategi BKKBN melalui 600.000 tenaga pendamping keluarga yang direkrut pada tahun 2021 lalu. Tenaga pendamping ini terdiri dari tenaga kesehatan seperti bidan, kader pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK), dan kader keluarga berencana (KB).

Pendamping keluarga tersebut, kata Hasto, mulai bekerja pada Januari 2022 yang diharapkan dapat menopang strategi BKKBN dalam mencegah stunting ini bergerak dari hulu. Pendamping keluarga akan memberi sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mulai dari edukasi prakonsepsi untuk calon pengantin. Dalam hal ini, calon pengantin diharapkan melakukan pemeriksaan kesehatan dan mengetahui kondisi hemoglobin, tinggi dan berat badan dan kesehatan lainnya.

“Tim pendamping keluarga mengawal mulai dari yang mau hamil, mereka hamil, dan mereka baru punya bayi agar bisa dicegah tidak menimbulkan stunting baru,” papar Hasto.

Selain tenaga pendamping keluarga, lanjut Hasto, BKKBN telah mengembangkan aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Hamil (Elsimil) kepada setiap calon pengantin yang sudah diterapkan sejak Januari 2022.

Menurut Hasto, adanya aplikasi tersebut maka calon pengantin tidak hanya fokus untuk mempersiapkan diri sebelum pernikahan, tetapi harus mempersiapkan prakonsepsi untuk mencegah stunting.

Hasto menjelaskan, mencegah stunting harus dimulai dari sebelum kehamilan. Sayangnya, yang terjadi selama ini calon pasangan pengantin lebih fokus mempersiapkan kebutuhan sebelum pernikahan. Sementara untuk prakonsepsi masih dinomorduakan. Padahal, prakonsepsi tidak membutuhkan anggaran hanya periksa hemoglobin dan kesehatan lainnya. (Dye)

Berita terbaru:

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini