Pascasarjana UIN Walisongo Semarang Peringati Dies Natalis Dengan Berziarah Ke Dua Tokoh Inspiratif

Direktur Pascasarjana UIN Walisongo Semarang, Prof.Dr. Abdul Ghofur. (Dok)

SEMARANG (Sigi Jateng) – Dalam rangka menyemarakan des natalis UIN Walisongo Semarang ke 51, Pascasarjana juga melakukan beberapa kegiatan.

Direktur Pascasarjana UIN Walisongo Semarang, Prof.Dr. Abdul Ghofur mengatakan pihaknya telah melaksanakan beberapa agenda seperti senam Bersama, kompetisi olahraga, khataman Al-Qur,an, dan berziarah ke makam tokoh-tokoh besar di Klaten yaitu Sunan Bayat dan Mbah Musliem Imampuro.

“Nah kita diminta dari berbagai aspek kegiatan yang pertama adalah dalam bentuk olahraga,” ujar Prof. Ghofur pada Senin (29/3/2021).

“Kemudian bentuk kegiatan yang lain adalah melakukan ziarah ke makam Sunan Pandanaran II atau Sunan bayat yang menjadi salah satu tokoh pendiri Kota Semarang,” lanjutnya.

Ghofur menjelaskan bahwa maksud berziarah ke makam Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran II karena sosoknya yang zuhud walaupun berstatus sebagai penguasa Semarang pada saat itu.

“Kami berharap bisa melanjutkan perjuangan beliau di Kota Semarang dalam bentuk ilmiyah, dinniyah, dan Ukhuwah. Serta yang terpenting untuk kita teladani dari Sunnan bayat adalah kemampuannya mengadaptasi local wisdom dan itu menjadi hal yang penting,” jelas Ghofur.

“Hal lain yang perlu diteladani dari Sunnan Bayat adalah totalitasnya dalam beribadah. Jadi selain nilai-nilai kepemimpinannya selama menjadi Bupati Semarang, Sunnan Bayat adalah tipikal orang yang tawaduk. Terbukti kepergiannya ke Klaten adalah untuk mencari ketenangan dalam beribadah kepada Allah SWT,” ungkap Ghofur.

Lantas di makam Mbah Liem, sapaan umum di kalangan masyarakat pecinta KH. Musliem Imampuro, Ghofur mengatakan bahwa tokoh yang menjadi sahabat Gus Dur tersebut salah satu orang yang memperjuangkan toleransi dengan berbagai gagasannya.

“Selain Sunnan bayat, kami juga berziarah ke makam Al-Maghfurlah KH. Muslim Imampuro yang menjadi salah satu tokoh toleransi di Indonesia. Yang kami teladani dari Mbah Liem, beliau memiliki gagasan inti terkait membangun Ukhuwah Basyariyah (Persaudaraan sesame manusia) dan Ukhuwah Wathaniyah (Persaudaraan antar sesame anak bangsa),” tuturnya.

“Makanya dalam kata-kata Mutiara yang terkenal dari beliau itu adalah ‘ meskipun kita berbeda agama kita sama-sama cucunya Nabi Adam’. Selain itu kita ini sama-sama tinggal di NKRI, jadi kita punya kewajiban menjaga Nusantara ini agar Sentosa sepanjang masa,” pungkasnya. (Mushonifin)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini