Kudus (sigijateng.id) – Dikenal menjadi kota Kretek, Kabupaten Kudus memiliki 92 perusahaan rokok besar, menengah dan kecil yang mampu menyerap hingga 80 ribuan tenaga kerja di sektor formal.
Selain itu, keberadaan perusahaan padat karya ini juga menjadi kontributor ekonomi dan sosial utama di Kudus. Serapan tenaga kerja yang sebagian besar berlatar belakang pendidikan dasar menengah pertama ini, banyak terserap dalam industri Sigaret Kretek Tangan (SKT).
Meski mampu menyerap ribuan tenaga kerja dan membuka lapangan kerja, namun banyak pabrik rokok di Kudus seperti PT Djarum sebagai salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia masih saja kesulitan mencari karyawan.
”Setiap minggunya kami butuh karyawan. Faktor kesulitan kami mencari karyawan, karena masih pada milih-milih pekerjaan,” ujar Yohanes Arianto, Human Resource Development (HRD) PT Djarum belum lama ini.
Menurut Yohanes, kualifikasi tenaga kerja yang disyaratkan tidaklah rumit. Yakni khusus perempuan dari lulusan pendidikan.
”Kami juga siap mengajari karyawan dari nol sampai bisa. Hal yang penting karyawati tersebut mau bekerja. Bahkan tidak hanya karyawati asal Kudus saja melainkan juga diperbolehkan dari luar Kudus,” terangnya.
Yohanes menjelaskan, bagi pelamar yang berminat untuk menjadi karyawan buruh rokok dapat datang langsung ke beberapa brak pabrik PT Djarum yang tersebar di Kudus.
“Tentunya dengan membawa surat lamaran kerja, KTP, KK, dan berkas lainnya. Kami mencari perempuan karena biasanya lebih teliti dan telaten,” tandasnya.
Dihubungi terpisah, Kepala Disnakerperinkop dan UKM Kudus, Rini Kartika Hadi Ahmawati meminta setiap perusahaan yang membuka lowongan untuk menyampaikan kepada Disnakerperinkop dan UKM Kudus. Sehingga pencari kerja bisa mendaftar kerja.
Rini mengaku saat ini banyak pencari kerja asal Kota Kretek yang memilih untuk bekerja di luar Kabupaten Kudus. Padahal, di Kota Kretek masih banyak perusahaan yang membutuhkan karyawan.
”Di Kudus sebenarnya membuka banyak lowongan pekerjaan. Tetapi terkadang malah memilih bekerja di luar Kudus. Sementara orang yang luar Kudus malah bekerja di Kudus,” pungkasnya. (Red)