Asal-Usul Klepon, Telah tertulis di Serat Centhini Abad ke-19

Mengulik asal usul klepon (foto: instagram @diyah_ummusa)

SIGIJATENG.ID – Klepon merupakan camilan dari bola kue beras manis yang diisi dengan gula aren cair dan dilapisi kelapa parut. Berasal dari Jawa, bola ketan berwarna hijau ini adalah salah satu kue tradisional yang populer dalam masakan Indonesia.

Sering ditemukan di pasar-pasar tradisional Pulau Jawa, ternyata klepon juga bisa dijumpai di daerah lain seperti Sumatera, Bali, dan Sulawesi dengan nama yang berbeda. Bukan cuma di Indonesia, klepon bahkan bisa juga didapatkan di Malaysia, Singapura, hingga Belanda.

Makanan ini pun memiliki sejarah yang panjang. Tahukah kamu jika klepon sebenarnya telah tertulis di serat centhini abad ke-19?

Yuk simak ulasan menarik tentang klepon, yang telah dirangkum SIGI JATENG dari berbagai sumber berikut ini!

Sejarah Asal Usul Klepon

Menilik dari sejarahnya, rupanya klepon punya sejarah yang panjang di dunia kuliner Indonesia.

Sebagai jajanan tradisional yang sudah dikenal masyarakat Jawa, klepon ternyata sudah ada sejak lama lho. Jajanan satu ini sudah muncul dan tertulis dalam catatan-catatan di Serat Centhini. Artinya masyarakat Jawa sudah terbiasa menikmati klepon sejak awal abad-19, karena Serat Centhini sendiri ditulis sekitar tahun 1814 sampai 1823.

Dilansir dari laman Kemendikbud, Surat Centhini merupakan salah satu karya sastra terbesar dalam kesusastraan Jawa Baru yang menghimpun segala macam ilmu pengetahuan dan kebudayaan Jawa, supaya tidak punah dan tetap terlestarikan sepanjang waktu.

Penulisan serat ini atas perintah putera mahkota Kerajaan Surakarta yaitu Adipati Anom Amangkunagara III yang kemudian menjadi raja Kasunanan Surakarta dan bergelar Sunan Pakubuwana V yang bertahta pada tahun 1820-1823.

Di dalam kitab pusaka milik Keraton Surakarta ini, beberapa kali klepon disebut sebagai bagian dari hidangan yang dipakai sebagai suguhan dalam jamuan makan.

Selain sebagai suguhan, kudapan manis kenyal ini juga disajikan ketika ritual perayaan adat seperti selamatan dan pesta syukuran. Makanan manis ini memang terbiasa disajikan dengan beberapa makanan atau kudapan tradisional lainnya dalam satu nampah.

Tak hanya berkembang di Indonesia, klepon kemudian tersebar ke mancanegara.

Dilansir dari laman Universitas Ciputra, Kue klepon diperkenalkan oleh imigran Indonesia kepada masyarakat Belanda sejak tahun 1950-an. Wajar saja, jika kita akan menemukan kue ini di beberapa restoran Cina, Belanda, dan Indonesia yang disebutkan dalam buku “Indisch Ieven in Netherland” (2006) yang ditulis oleh J. M. Meulenhoff.

Filosofi Klepon

Berbentuk bulat seperti bumi, bahan-bahan pembuatan klepon juga mencerminkan segala hasil bumi yang tersedia di Jawa ataupun Indonesia. Misalnya tepung beras, daun pandan atau suji, gula merah atau gula Jawa, dan juga kelapa parut yang semuanya mudah didapatkan.

Bahan pembuatannya yang sangat sederhana tersebut juga mempunyai filosofi tersendiri yang menggambarkan sebuah kesederhanaan hidup. Bentuknya yang bulat juga menggambarkan bahwa kehidupan yang nggak diketahui bagaimana ujung pangkalnya.

Warna hijau dan rasa manis gulanya juga melambangkan kedamaian serta ketentraman hati untuk menghindari hal-hal jahat. Kemudian, Klepon dibalur dengan parutan kelapa yang melambangkan tahap kehidupan manusia.

Perkembangan Klepon di Berbagai Daerah

Menyambung dari pemaparan sejarah asal-usulnya, klepon memang tak bisa dilepaskan dari kebudayaan Jawa dan semakin populer akibat perdagangan. Jadi tak heran kamupun juga bisa menemukan kudapan sejenis di daerah lainnya, namun dengan penyebutan atau penamaan yang berbeda-beda.

Berdasarkan beberapa penelusuran, kudapan yang serupa dengan klepon ini ditemukan di Sumatera, Sulawesi, Bali, hingga Singapura, Malaysia, bahkan Belanda.

Dikutip dari TasteAtlas, di Malaysia atau Singapura nama kudapan kenyal dan manis ini juga disebut sebagai buah Malaka. Selain itu masih di Sumatera, Sulawesi dan beberapa daerah lainnya, nama klepon malah lebih sering disebut sebagai onde-onde Jawa.

Penamaan onde-onde ini justru sering membuat kerancuan tersendiri, karena di Jawa sendiri onde-onde merujuk pada hidangan yang lain. Masyarakat Jawa dan Jakarta mengenal sebutan onde-onde sebagai kudapan yang terinspirasi dari makanan Chinese yaitu jin deui. Kuliner jin deui atau onde-onde ini berbentuk bulat yang dilumuri dengan biji wijen, dimasak dengan digoreng, dan isiannya berasal dari kacang hijau.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, dalam buku Indisch leven in Nederland karya J. M. Meulenhoff, didapati kalau jajanan klepon sudah ada di sana sejak tahun 1950 an. Konon yang membawa kuliner ini ke Belanda adalah seorang imigran asal Pasuruan, Jawa Timur, sehingga penyebutannya tetaplah klepon.

Wahh menarik ya sejarah kudapan satu ini. Siapa nih yang suka makan klepon?

(dimas)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini