Yayasan Masjid Agung Semarang Minta Pemkot Tidak Bongkar Pasar Relokasi di MAJT

Ketua Yayasan Badan Pengelola Masjid Agung Semarang dan Yayasan Nadhir Wakaf Bondo Masjid Agung Semarang, Kiai Khamad Mahsun, saat memberikan pernyataan, Senin (17/10/2022). (Foto. Mushonifin/sigijateng.id)

SEMARANG (Sigi Jateng) – Pemerintah Kota Semarang diharapkan tidak membongkar bangunan Relokasi Pasar Johar di kawasan Masjid Agung Jawa Tengah. Sebab bekas pasar relokasi tersebut sudah menjadi penghidupan banyak orang, khususnya pedagang yang masih bertahan. Permintaan itu disampaikan Ketua Yayasan Badan Pengelola Masjid Agung Semarang, Kiai Khamad Mahsun, pada Senin (17/10/2022).

‘’Saya dari masjid minta bantuan, bagaimana caranya supaya itu bisa dimanfaatkan. Bagaimana caranya, apakah harus pinjam atau apa, kita akan ikuti. Jangan sampai dibongkar. Eman-eman,’’ kata pria yang juga menjadi Wakil Sekretaris Yayasan Nazhir Wakaf Bondo Masjid Agung Semarang dan Wakil Ketua Alih Kelola Pasar itu.

Dia memohon ada kebijakan dari Pemerintah Kota Semarang untuk bisa memanfaatkan bangunan bekas pasar relokasi itu. Karena dia menilai kawasan tersebut telah berhasil membangkitkan perekonomian warga Semarang.

‘’Itu usaha sudah jalan, masak akan ditutup. Kita akan berusaha saja, nggolek panggonan, angel setengah mati. Kok ini sudah jalan mau ditutup,’’ ujarnya.

Kiai Khamad Mahsun menambahkan bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kawasan tersebut sudah berubah dari budaya menjadi ekonomi.

‘’Sehingga bisa untuk pasar. Kami, pihak masjid bergerak untuk urus izin-izinnya. Baru minta izin, tapi jangan sampai dibongkar, toh proses perizinan sedang kita lakukan,’’ ungkap dia.

Pihaknya mengaku sudah melengkapi syarat-syarat perizinan sebagai tempat usaha.

‘’Kalau bisa buat kegiatan ekonomi, apa salahnya. Wong sekarang usaha berat-beratnya. Ini pasarnya sudah jalan,’’ tambah Khamad Mahsun.

Ia menyadari bahwa bangunan di kawasan itu dibangun oleh Pemerintah Kota Semarang. Tapi kalau bisa dimanfaatkan warga akan menjadi amal jariyah bagi siapa saja yang legowo dan bisa mengatur supaya bangunan itu bisa dimanfaatkan.

‘’Itu telah menghidupi banyak keluarga, jadi sangat berarti bagi warga terutama pedagang di sana,’’ ujar dia.

Dia pun setuju dengan kebijakan pemerintah yang melarang pedagang berjualan di dua tempat, di kawasan relokasi MAJT dan Pasar Johar Baru.

‘’Saya setuju satu kaki, jangan dua kaki. Saya dukung Pasar Johar rapi kembali, ramai lagi. Kita dukung kebijakan kota, tidak boleh ada dua kaki. Monggo milih salah satu,’’ paparnya.

Khamad Mahsun bercerita bahwa dulu pihak masjid dengan niat baik membantu pemerintah ketika kesulitan mencari lahan sebagai tempat relokasi Pasar Johar yang terbakar. Dia bersama Imam Syafii (alm), Ali Mufiz , menemui Walikota Hendrar Prihadi untuk menawarkan tanah wakaf milik Masjid Agung Semarang untuk menampung ribuan pedagang Pasar Johar.

‘’Pagi-pagi jam 5. Kita bersepakat untuk memberikan pinjaman tanah kita untuk pasar relokasi,’’ katanya.

Ia menambahkan bahwa tanah seluas 6 ha tersebut sudah dimatangkan pada 2011 dengan biaya sekitar Rp 3 Miliar. Karena rencananya saat itu, pihak masjid akan mendirikan pasar induk agro sayur dan buah-buahan.

‘’Pak Wali seneng saat itu. Awalnya dipinjamkan secara gratis. Tapi dalam perkembangannya perundangannya ndak boleh tanah wakaf kok dipinjamkan tanpa hasil. Akhirnya dibuatlah perjanjian sewa menyewa. Nilainya sangat minimal sesuai penilaian tim appraisal,’’ ungkap Khamad Mahsun.

Yayasan, lanjut dia, memohon semua pihak cooling down. Supaya semuanya berpikir untuk kepentingan yang lebih besar. Dalam hal ini Masjid Agung Semarang punya niat baik.

‘’Kita harus tahu, dulu kalau tidak ada masjid agung, mau di mana? Sekarang ini sudah meminjamkan, akan melanjutkan, kok diperlakukan seperti itu. Saya kira kok, kurang bijaksana,’’ pungkasnya. (Mushonifin)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini