Tak Didukung Kampus, Dua Mahasiswa Berhasil Sabet Juara Silat Nasional

Dua pesilat dari Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), Muhammad Cahyo Kuncoro dan Muhammad Syafii berhasil menjadi juara dua dan tiga dalam kompetisi Pencak Silat Widuri Open Nasional Championship 2022 beberapa waktu lalu. (Foto. Cahyo)

SEMARANG (Sigi Jateng) – Dua pesilat dari Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), Muhammad Cahyo Kuncoro dan Muhammad Syafii berhasil menjadi juara dua dan tiga dalam kompetisi Pencak Silat Widuri Open Nasional Championship 2022. Meski telah menyabet prestasi di tingkat nasional, mahasiswa yang mengikuti Perisai Diri ini harus menelan pil pahit.

Sebab, kelompoknya sempat mengajukan dana untuk keberangkatan dua pesilat itu, justru kampus tidak mendukung dalam hal tersebut. Namun itu tidak menjadi kendala, mereka harus nekat tetap mengikuti lomba silat nasional demi meningkatkan keterampilannya dan membanggakan nama kampus melalui prestasi telah ditoreh.

“Maaf, dari Universitas sendiri tidak ACC proposal kami untuk ikut lomba silat. Dikarenakan, mungkin tahun lalu dari UKM (unit kegiatan mahasiswa) tidak ada atlet yang ikut lomba. Dari situ, pihak universitas menolak pengajuan kami. Tetapi, kami nekat demi universitas dengan dibuktikan prestasi yang kami torehkan itu, “kata Cahyo mahasiswa jurusan Hukum, Jum’at (1/4/2022).

Meskipun demikian, ia menuturkan setelah prestasi berhasil ditorehkan yakni pihak kampus masih peduli dengan dirinya dan rekannya melalui apresiasi ucapan di media sosial UPGRIS.

“Untuk apresiasi dari universitas sendiri belum ada, cuman mendapat ucapan selamat di akun official UPGRIS. Itu hasil torehan kami, yang mendapat juara saya sendiri juara 2 kelas B dewasa atau universitas, dan Muhammad Syafii dari fakultas teknik prodi informatika mendapat juara 3 kelas A dewasa atau universitas,
” jelasnya.

Di sisi lain, Cahyo menceritakan dirinya mengikuti kompetisi itu berasal dari rekan-rekan Perisai Diri di kampus lain. Untuk itu, ia bersama temannya kemudian mendaftar lomba bergengsi tersebut.

“Proses waktu itu dibantu pelatih saya yang dari anak Undip masih seperguruan Perisai Diri bernama mas Rama dan Mas Dwi, setiap harinya ngelatih saya dan selalu support hingga menang. Dan, ada satu pesan dari pelatih yang lebih berharga yakni, proses masalah kalah menang di pertandingan soal akhir. Terpenting, mau berusaha lebih baik,”ucapnya.

Saat ditanya apakah lomba silat yang digelar Pasar Modern Randudongkal itu dinilai sangat sulit, ia mengaku sulit lantaran pesaingnya seluruh universitas di Indonesia.

“Sulit ya, apalagi membawa nama baik universitas untuk bertanding dalam kejuaraan silat itu. Karena, perlombaan sendiri nasional semua universitas di seluruh Indonesia ikut,”bebernya.

Cahyo berpesan, proses lebih penting dan hasil akan mengikuti. Untuk itu, berusaha lebih penting. Harapannya, kampusnya mampu mencetak atlet baik tingkat nasional maupun internasional.

“Berharga, proses masalah kalah menang di pertandingan itu soal akhir , terpenting berusaha menjadi lebih baik . Semoga di UPGRIS lebih banyak mencetak atlet baik nasional maupun internasional, dan lebih dihargai kampus masalah biaya maupun yang lain. Selain itu, kedepannya proposal kami di ACC untuk perlombaan,”pungkasnya. (Mushonifin)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini