Prasasti Pucangan, Peninggalan Maharaja Airlangga Dipersiapkan Kembali ke Tanah Air

Prasasti Pucangan (foto Twitter motherlander)

SIGIJATENG.ID – Pemerintah akan membawa pulang prasasti penting peninggalan Mahārāja Airlangga yang dibuat 981 tahun lalu (6 November 1041). Upaya pemulangan Prasasti Pucangan -berada di India sejak Juli 1813- yang sudah berlangsung beberapa tahun terakhir mulai memperlihatkan titik terang

Nama Pucangan sendiri diambil dari satu kata dalam prasasti ini, yang diidentifikasi sebagai nama tempat di lereng Gunung Penanggungan di Mojokerto, Jawa Timur.

Prasasti Pucangan menjadi satu-satunya sumber yang memberikan catatan lengkap terkait kehidupan Airlangga dan silsilah Raja Medang selama empat generasi. Disebutkan silsilah Raja Medang dari Mpu Sindok, pendiri Wangsa Isyana, yang mempunyai anak Sri Isyana Tunggawijaya.

Dari perkawinan Sri Isyana Tunggawijaya dengan Sri Lokapala, lahir Sri makutawangsawardhana. Anak Makutawangsawardhana yang bernama Gunapriyadharmapatni (Mahendradatta) menikah dengan Udayana dari Bali dan lahirlah Airlangga.

Menurut Dirjen Kebudayaan Kemendikbud-Ristek, Hilmar Farid, pembicaraan terkait proses repatriasi Prasasti Pucangan baru pada tahap melakukan penelitian bersama antara Indonesia dan India untuk memastikan keaslian dan asal-usul prasasti yang saat ini berada di Indian Museum, Kolkata.

Pemerintah berencana mengirimkan ahli epigrafi untuk melakukan penelitian, satu ahli fokus tentang substansi dari Prasasti Pucangan, satu lagi fokus pada penelitian asal-usul prasasti itu kenapa bisa sampai ke India. Rekomendasi penelitian akan menentukan langkah selanjutnya.

Namun, sasih ada beberapa hal yang perlu diklarifikasi terkait isi prasasti, terutama bagian berbahasa Jawa Kuno, karena kronologi peristiwa (sejarah) kedua versi saling mengisi satu sama lain. Jika ada diskrepansi waktu maka berpotensi kontradiktif dengan isi prasasti lain yang berkaitan

Ada yang menarik di Prasasti Pucangan berbahasa Sanskerta, di mana sang citralekha berimprovisasi menulis nama Airlaṅga dalam empat nama: Airlaṅga, Erlaṅga, Jalalaṅga, dan Niralaṅga. Sedangkan di prasasti-prasasti yang lain, namanya tetap ditulis Airlaṅga

Baris ke-6 Prasasti Pucangan berbahasa Jawa Kuno selama ini dibaca: “… diwaça çrï mahārāja dewata pjah lumäh ri sang hyang dharmma parhyangan i wwatan ring cetramasa, çakakala 939…”

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini