
SEMARANG (sigijateng.id) – Polemik bekas Pasar Johar Relokasi MAJT harus segera diakhiri, yakni dengan segera bertemu melakukan musyawarah antara Pemkot Semarang dengan pihak Yayasan Nadzir Wakaf Bondo Masjid Agung Semarang.
Dalam persoalan bekas pasar relokasi Johar yang beradi di belakang MAJT ini, Yayasan Nadzir Wakaf Bondo Masjid Agung Semarang adalah selaku pemilik tanah/lahan sedangkan Pemkot Semarang adalah sebagai penyewa dan pemilik asset bangunan pasar.
Pasar johar relokasi itu berdiri setelah terjadi kebakaran pasar Johar Kauman Semarang tahun 2015.
Pemkot Semarang menyewa lahan ke Yayasan Nadzir Wakaf untuk bisa mendirikan pasar di tanah Bondo Masjid Agung Semarang yang berada di belakang MAJT itu.
Dalam kesepakatan kedua belah pihak, Pemkot Semarang menyewa dengan harga Rp 1 miliar pertahun selama 6 tahun, dan kesepakatan itu sudah berakhir Desember tahun 2021.
Tahun 2022 Pemkot tidak memperpanjang sewa lahan tersebut dengan alasan Pasar Johar Kauman Semarang sudah selesai pembangunannya.
Pentingnya musyawarah tersebut disampaikan oleh Ketua MUI Jateng Dr KH Ahmad Darodji. Menurut dia, dengan musyawarah, semuanya akan jelas, bisa mengetahui maksud dan tujuan masing-masing pihak. Persaolan akan bisa segera selesai dengan tidak bertele-tele.
“Sebaiknya diselesaikan secara baik-baik. Dirembug dengan baik, niatnya untuk sejahterakan rakyat Semarang. Pemkot Semarang dan Yayasan Nadzir Wakaf bisa duduk bareng, Alfatehah bareng, penak kok,’’ saran KH Darodji yang juga Ketua Umum MUI Jawa Tengah itu kepada wartawan di MAJT, Kamis (1/12/2022).
Hadir juga dalam acara itu, Ketua Yayasan Nadzir Wakaf Bondo Masjid Agung Semarang yang juga Ketua Badan Pengelola Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Prof Dr Noor Ahmad MA, mantan Gubernur Jateng selaku sesepuh MAJT KH Ali Mufiz, Sekretaris Yayasan Nadzir Wakaf Bondo Masjid Agung Semarang KH Ahyani, Ketua Yayasan Masjid Agung Kauman Khamad Maksum, dan pengurus MAJT Istajib dan sejumlah pengurus Yayasan Nadzir Wakaf Bondo Masjid Agung Semarang.
Kiai Ahmad Darodji berpendapat, penyelesaian persoalan bekas pasar relokasi Johar di MAJT jangan berlarut-larut. Dan juga tidak perlu dengan ancaman untuk membongkar bangunan bekas pasar relokasi itu.
‘’Hati nuraninya bicaralah, pedagang itu rakyat Kota Semarang juga. Tinggal dibicarakan saja, Yayasan Nadzir Wakaf dan Pemkot,’’ kata Ahmad Darodji.
Dia menambahkan, Yayasan Nadzir Wakaf selaku pengelola lahan bondo Masjid Agung Semarang memang ingin membangun pasar induk di tempat itu sejak tatahun 2012. Dan rencana itu juga sudah dibahas oleh Pemprov Jateng dimana saat itu, gubernur Jateng adalah Bibit Waluyo dan sekdanya adalah hadi Prabowo. Saat itu, sudah ada beberapa investor yang akan masuk, namun sementara ditunda, karena lahannya digunakan untuk pasar relokasi Johar itu.
‘’Waktu itu pejabat wali kotanya, Pak Taviv (almarhum). Beliau bingung cari lahan dimana yang bisa untuk menampung ribuan pedagang. Kemudian dia ngundang saya sebagai seorang pembina di MAJT. Saya katakan bisa gunakan lahan yang direncanakan untuk pasar induk. Setelah dilakukan rembugan kemudian disepakati dengan system sewa lahan dengan harga Rp 1 Miliar pertahun selama 6 tahun,” kata Kaii Darodji.
Diterangkan Kiai Darodji, Yayasan Nadzir Wakaf yang mengelola tanah bondo Masjid Agung Semarang, memang ingin pasar relokasi Johar itu terus berlanjut. Dengan dikelola oleh Yayasan Nadzir Wakaf. Karena memang jauh sebelumnya, Yayasan Nadzir Wakaf yang sekarang ketuanya Prof Noor Achmad memang punya rencana membuat pasar induk. Tujuan membuat pasar adalah agar tanah tersebut bisa produktif yang hasilnya bisa digunakan untuk kemakmuran masjid, dalam hal ini MAJT dan MAS atau masjid Kauman Semarang.
“Uang sewa dari Pemkot selama ini juga tidak pernah masuk ke kantong pengurus. Satu sen pun tidak, semua untuk umat, semua untuk kemakmuran masjid. Pengurus tidak ada yang terima gaji. Tapi kalau petugas kebersihan atau yang lain, mereka digaji, kerena mereka bekerja,” tegas dia.
Sementara, Ketua Yayasan Nadzir Wakaf Bondo Masjid Agung Semarang yang juga Ketua PP MAJT Semarang, Prof Dr KH Noor Ahmad MA menambahkan, tanah milik bondo masjid Agung Kauman yang sampai saat ini dipakai untuk menampung pedagang relokasi sejak awal telah disepakati oleh Pemkot untuk disewa. Rancangan awalnya, memang di atas tanah itu rencananya akan didirikan pasar induk oleh MAJT.
”Kesepakatan waktu itu semata-mata ketulusan untuk membantu pedagang yang kehilangan tempat berjualan di Johar akibat kebakaran, walaupun pada saat itu sudah banyak investor yang masuk, tetapi kita prioritaskan menampung pedagang,” ujar Noor Ahmad.
Sementara itu KH Ali Mufiz mengatakan, tanah wakaf yang ditempati pasar relokasi kata kuncinya bahwa semula semata-mata untuk kemaslahatan umat. Karena pada waktu itu terjadi musibah, maka ada kebaikan masjid untuk merelakan tanah milik masjid dipakai untuk berjualan pedagang.
”Ketika Pasar Johar terbakar pada tahun 2015, Kepala Kemenag Kota Semarang menghubungi saya, bahwa ada kesulitan mencari lokasi pedagang untuk berjualan sementara. Karena betapa kacaunya jika pada waktu itu para pedagang tidak mendaat tempat, pasti berserakan di mana-mana,” ujar Ali Mufiz.
Pengurus MAJT, H Istajib AS menambahkan, dalam rapat di Pemkot yang diundang Disperindag Kota Semarang dan dihadiri Satpol PP Kota Semarang pada tanggal 1 September dan 2 September telah menyepakati beberapa poin, di antaranya pedagang boleh memilih di Johar Relokasi atau milih Johar Kauman ,tanpa ada paksaan, pedagang boleh berjualan di Johar dan jualan di relokasi MAJT, dan poin penting sepakat Pemkot tidak akan membongkar Pasar Johar Relokasi .
”Bebeberapa kesepakatan itu dihadiri Kepala Satpol PP dan Disperindag Kota Semarang, salah satunya Pemkot tidak akan membongkar pasar Johar relokasi di MAJT. Pada saat rapat, dari pihak yayasan nadir masjid Agung hadir saya sendiri, Gus Khamad Maksum, dan Gus Iwan Cahyono,” kata Istajib.
Sebagai informasi tambahan, luasa tanah / lahan bondo Masjid Agung Kauman Semarang mencapai 250 ribu hektar yang letaknya di banyak tempat, termasuk yang kini berdiri dua masjid besar, yaitu MAJT dan Masjid Agung Semarang atau masjid kauman. Tanah bondo Masjid Agung Semarang itu dikelola oleh Yayasan Nadzir Wakaf Bondo Masjid Agung Semarang.
Khusus luasan tanah untuk pasar relokasi Johar luasnya 6,6 hektar. Sampai hari ini, masih ada sekitar 800 pedagang yang berjualan mencari rejeki di bekas pasar relokasi Johar itu.
Aktifitas pasar relokasi Johar MAJT biasanya mulai jam 22.00 sampai pukul 06.00 pagi. Jadi kalau siang hari pasar itu sepa.
Lahan bondo masjid yang disewa oleh Pemkot Semarang tidak hanya 6.600 hektar saja. Masih ada sekitar 2,5 hektar yang diewa Pemkot untuk relokasi PKL Barito sebanyak 400 pedagang. Sewa tanah 2,5 hektar itu akan berakhir awal tahun 2023. (aris)
Berita terbaru:
- Empat Local Hero Binaan Semen Gresik di Jawa Tengah Sukses Raih Indonesia CSR Awards (ICA) and Indonesian SDGs Award (ISDA) 2023
- Dahulukan Istithaah Kesehatan, 1.324 Orang Jemaah Calon Haji Kudus Mulai Jalani Pemeriksaan Kesehatan
- Bayi Perempuan Dibuang di Bawah Jembatan di Semarang, Bikin Heboh Warga
- Gelar Komsos, Danramil 04 Bawang Ajak Ciptakan Kondisi Aman Damai Jelang Pemilu 2024
- Polisi di Pekalongan Bekuk 7 Orang Kasus Penyalahgunaan Narkoba