Permadani Tengaran Gelar Purwa Pawiyatan Panatacara Angkatan 52

Peserta Purwa Pawiyatan Panatacara Angkatan 52 yang digelar oleh Permadani Tengaran Kabupaten Semarang, Selasa (5/7/2022). ( foto dok permadani)

UNGARAN (sigijateng,id) –  DPC Permadani  (Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia)  Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang menyelenggarakan Purwa Pawiyatan Panatacara Tuwin Pamedhar Sabdha Angkatan/Bregada ke 52.

Pembukaan  Purwa Pawiyatan Permadani Cabang Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Bregada  52 dilakukan di aula kecamatan Tengaran Selasa (5/7/2022) sore.

Ketua Permadani Kabupaten Semarang Seno Wibowo, S.IP, MM mengatakan, jika saat ini animo masyarakat untuk belajar bahasa Jawa meningkat, terlebih saat ini  ditengarai telah terjadi degradasi budaya daerah pada anak-anak, termasuk  kemampuan berbahasa Jawa. Kemerosotan ini akibat orang tua yang membiasakan anak berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam komunikasi sehari-hari.

“Anak muda saat ini ada kemerosotan berpakaian dan berbahasa Jawa. Karena di rumah mereka  dibiasakan berbahasa selain bahasa daerah. Harapan kami agar masyarakat dalam keluarga tetap menggunakan bahasa Jawa,” ujar Seno saat  pembukaan  Purwa Pawiyatan Permadani Kabupaten Semarang.

Dikatakan Seno, sejak berdiri  4 Juni 1984 Silam, kehadiran Persaudaraan Masyarakat Budaya Nasional Indonesia (Permadani) sudah mewisuda ribuan  siswa. Sementara di Kabupaten Semarang  yang dikukuhkan  tahun 1991 itu juga  sudah mewisuda lebih dari 1000 siswa. Mereka umumnya berasal dari wilayah kabupaten Semarang, Salatiga dan sekitarnya.

Seno berharap dengan adanya Permadani di kecamatan Tengaran bisa merubah mindset dan perilaku terhadap siswa pawiyatan akan budaya Jawa.

“Dibukanya kelas ini juga bertujuan agar siswa  pawiyatan bisa berbahasa Jawa dengan baik dan benar serta dapat mengajarkan budaya Jawa  dilingkunggannya, terutama  kepada  keluarga dekat” ungkap Seno.

Dilain pihak,  dia  memahami mengapa orang tua saat ini tidak menggunakan bahasa Jawa. Karena bahasa Jawa lebih rumit daripada bahasa lainnya.

“Saya lihat anak yang lahir tahun 70-an kesini sudah gagap ketika ditanya wayang, bahasa ngoko dan krama inggil. Tidak jarang mereka kesulitan membedakan bahasa krama inggil dan ngoko,” ungkapnya.

Orang tua justru membiasakan menggunakan bahasa asing, seperti bahasa Inggris. Salah satu alasannya karena dengan menguasai bahasa Inggris mereka mudah mendapatkan pekerjaan.

“Sebenarnya bahasa Jawa inikan bahasa ibu. Didalamnya ada filosofi budaya yang tinggi, bagaimana menghormati orang tua, menghormati sesama dan menghormati orang yang lebih tua. Sementara bahasa bahasa asing kita tidak mengerti filosofis didalam bahasa tersebut,” tambah  Seno.

Sementara itu, Ketua Dewan Pengurus Cabang Permadani Kecamatan Tengaran, Manto, S.Pd, M.Pd mengakui sejak dibentuk  tahun 2016 silam, saat ini sudah ratusan  siswa yang bergabung atau sejak Angkatan ke 40.

“Alhamdulilah siswa Permadani Tengaran saat ini beranggotakan dari berbagai kecamatan, sementara untuk angkatan ke 52 ini sudah terdaftar  40 siswa. Kedepan harapannya  bertambah lagi dan semakin berkembang,” ungkap Manto yang juga guru di SMP 2 Getasan ini.

Manto menambahkan  dengan adanya Pawiyatan  Permadani Kecamatan Tengaran semoga lulusannya nanti  bisa mengembangkan budaya Jawa melalui siswa yang ada.

 “Dalam pembelajaran nantinya akan ditempuh dalam  40 kali pertemuan selama 5 bulan, siswa akan diajarkan Panatacara dan Pamedhar Sabdha, siswa juga bisa mengenal tradisi adat budaya jawa sehingga kebudayan jawa bisa berkembang baik,” kata Manto.

Camat Tengaran, Dewanto Leksono Widagdo mengatakan pihak kecamatan menyambut baik atas dibukanya Permadani Angkatan ke 52 ini, dia berharap warga di Tengaran dapat bergabung untuk mendalami budaya jawa yang adhi luhung.

“Saya berharap warga Tengaran bisa memanfaatkan adanya Panatacara dan Pamedhar Sabda, terbukti sudah ribuan siswa yang telah lulus dan saat ini ilmunya bisa dipraktekkan dimasyarakat” ujar Dewo.

Adapun peserta kelas Angkatan ke 52 ini sebagian besar adalah guru, perangkat desa serta tokoh agama dan pemuda juga ketua RT, dimana  dalam kehidupan sehari hari sering bersinggunggan  dengan kegiatan masyarakat yang  menggunakan Bahasa jawa. (aris)

Berita Terbaru:

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini