SEMARANG (Sigi Jateng) – Pasar Boom Lama sudah lengang ketika Sutini (57) termangu di atas perahunya yang berada di Kali Semarang.
Sambil menanti pelanggan yang rata-rata pengunjung Pasar Boom Lama, dia duduk manis di dalam perahu yang berada di Kali Semarang sambil berpegangan pada lilitan tali tambang yang melintang.
Beberapa saat kemudian, datang seorang dua perempuan dengan barang belanjaan yang cukup banyak. Sutini lalu mempersilahkan mereka untuk duduk baru kemudian dia mulai menarik tali tambang tadi agar perahunya bisa berjalan menyeberangi Kali Semarang.
Usai diseberangkan oleh Sutini, dua perempuan tadi melempar lembaran uang ke dalam ember kecil yang sebelumnya sudah berisi lembaran lainnya. Sutini pun kembali lagi ke tempat semula, seraya menanti pelanggan selanjutnya yang hendak diberi tumpangan untuk menyebrang.
Apa yang dilakukan Sutini tadi tak lain adalah menggerakan perahu penyeberangan di Kali Semarang yang berlokasi di Kelurahan Kuningan, Semarang Utara.
Perahu penyeberangan ini berada di depan Pasar Boom Lama Semarang dan bekerja untuk menghubungkan ke sisi seberang yakni Kelurahan Bandarharjo.
Kata Sutini perahu penyeberangan ini sudah ada sejak tahun 1984. Awal mulanya, perahu ini hadir untuk memfasilitasi masyarakat menyeberang ketika jembatan di daerah Boom Lama sedang dibangun.
“Akses masyarakat sekitar kan jadi terganggu. Apalagi yang mau ke pasar, jadi bikin seperti ini. Dulu tarifnya masih Rp 5, lalu Rp 10, naik menjadi Rp 25 dan seterusnya,” ucapnya, Jum’at 16 Desember 2022.
Sutini mengaku jika dia belum lama menjalankan perahu ini, mungkin baru 4-5 tahun, namun perempuan asli Wonogiri ini orang lama di Kelurahan Bandarharjo yang tak jauh dari Kali Semarang. Praktis, sedikit-banyak dia tahu tentang kapal ini.
Kapal yang dijalankan oleh Sutini adalah milik orang Boom Lama bernama Mochtar yang saat ini sudah wafat. Sutini saat itu memang sengaja melamar karena katanya, “daripada nggak ngapa-ngapain di rumah”.
“Biasanya saya sama suami, namanya Rakidi. Dia sudah 80-an fisiknya dah nggak terlalu kuat, jadi saya yang menjalankan saja,” katanya.
Sekali menyebrang, tarif perahu ini tentu saja sangat murah dengan Rp 2 ribu. Namun meski demikian banyak juga yang memberi lebih dari itu.
Sutini mengungkapkan, dari tahun ke tahun, pendapatan yang dia dapat cenderung menurun. Saban hari, uang yang dia dapat sekitar Rp 50 ribu, syukur-syukur kalau ramai sampai Rp 100 ribu, meskipun jarang-jarang.
“Itupun masih dibagi dua dengan pemilik kapal,” katanya.
Perahu penyeberangan di Kali Semarang ini awalnya ada tiga, namun saat ini hanya tersisa dua. Selain Sutini tadi, pemilik perahu yang lainnya bernama Rahmadan (51).
Saat ditemui, Rahmadan menyambut dengan ramah. Begitu ngobrol, aksen yang dia sampaikan tidak akrab bagi orang Semarang. Ternyata kemudian dia mengaku jika punya darah Bugis.
Berbeda dengan Sutini, perahu yang dijalankan Rahmadan miliknya sendiri, hanya dia bercerita, kalau sedang dapat pekerjaan di bidang proyek, dia menyerahkan ke orang lain.
“Sama juga, hasilnya dibagi berdua,” katanya.
Rahmadan secara rinci lalu mengungkapkan jika perahunya ini dirintis sejak bapaknya.
“Dulu rata-rata kan warga banyak yang nelayan. Karena ada kapal yang tidak terpakai akhirnya kami gunakan untuk jasa di sini saja. Kapal di sini memang sengaja dimodifikasi untuk penyebrangan dan dibuat dari kayu jati dan ulin,” katanya.
Rahmadan pribadi mengakui jika pekerjaan perahu penyeberangan ini tidak menghasilkan banyak uang.
Namun seperti kata Sutini tadi, hal ini dia lakukan daripada menganggur di rumah.
“Sekarang kerjaan saya sudah sepi. Daripada di rumah, saya di sini saja. Sebetulnya menghasilkan meskipun tidak banyak, selain itu juga dihitung ibadah untuk membantu orang,” katanya. (Mushonifin)
Baca Berita Lainnya
- Merti Desa Buka Luwur Nyi Pandansari, Gunungan Hasil Bumi Ludes Jadi Rebutan Warga Boja
- Gas LPG 3 Kg Masih Sulit Didapat, Warga Batang Berburu hingga Pekalongan
- Lapas Tegal Terancam Banjir Rob, Kakanwil Kemenkumham Jateng Ingatkan Hal Ini
- Masyarakat Apresiasi Pelayanan Maksimal Polri di Arus Mudik Lebaran 2024
- Langit Pekalongan Dilintasi 3 Ribu Penerbangan Saban Hari, AirNav Terima 12 Laporan Pilot Soal Balon Udara Terbang Liar