MAKKAH (Sigijateng.id) – Makam ulama kharismatik dari Jawa Tengah KH Maimoen Zubair Sarang Rembang dan KH Muslih Abdurrohman bin Qosidil Haq Mranggen Demak di pemakaman Jannatul Ma’la Kota Suci Makkah menjadi tempat yang selalu diziarahi jamaah umroh.
Di Makam Jannatul Ma’la itu terdapat makam istri Rasul Muhammada Siti Khodijah dan beberapa anak rosul.
Mereka yang ziarah ke makam Ma’la tidak hanya dari Indonesia, namun juga ada yang datang dari luar Indonesia.
Diantara mereka yang ziarah pada Minggu pagi (15/5/2022) adalah seratusan jemaah umroh lelaki dari biro trevel PT Masy’aril Haram Tour (Mastour) Semarang.
Dirut Masy’aril Haram Tour (Mastour) KH Syarqowie Ghoizali Amin, mengatakan, mereka yang datang berziarah ke makam Mbah Moen dan Kiai Muslih tidak hanya dari Jawa Tengah tetapi datang dari seluruh Indonesia. Bahkan jemaah umroh dari beberapa negara lain yang mengenal Mbah Moen dan Mbah Muslih jug melakukukan ziarah.
“Sebelum ziarah ke makam Mbah Mun dan Mbah Muslih, lebih dahulu ziarah ke makam ummul mukminin istri Rasulullah Sayidati Khadidjah yang letaknya tidak jauh dari makam para ulama dari Indonesia,’’ kata Syarqowi.
Makam Jannatul Ma’la adalah makam luas. Makam itu sudah ada sejak zaman sebelum nabi Muhammad. Namun sampai sekarang juga masih digunakan untuk memakamkan jenazah baru, namun tidak semua orang Islam bisa di makamkan disitu. Mereka adalah orang oramg istimewa dan jumlahnya terbatas.
Model makam di Mekah berbeda dengan tanah air, terutama hal tanda makam.
Di Mekah tanda makam hanya berupa batu kecil yang diletakkan di atasnya tanpa ada yang ditanam. Selain itu juga tidak ada tulisan nama di batu itu. Namun, untuk makam Mbah Mun tertulis nama lengkap di nisannya dengan ukuran kecil. Hanya di makam Mbah Mun yang tulisannya, entah siapa yang sengaja menulisnya.
Jika jemaah laki-laki bisa masuk ke areal makam, namun tidak bagi jemaah wanita. Jemaah wanita hanya berdiri di depan makam.
Pembacaan doa dipimpin oleh Dirut Mastour Syarqowi, dan pimpinan rombongan (muthawif) yaitu KH Dikhyah bin Yusuf dan kakaknya R Muhibbin bin Yusuf dari Kaliwungu Kendal dan Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jateng Agus Fathuddin Yusuf.
Para jamaah membaca salam di pintu gerbang makam Jannatul Ma’la sebelum mereka berziarah.
Titik pertama yang dituju adalah makam ummul mukminin istri Rasulullah Sayidati Khadidjah, kemudian Sayyid Muhammad AlMaliki AlHasani, KH Maimoen Zubair dan KH Muslih Abdurrohman bin Qosidil Haq. Tak sedikit murid-murid Mbah Moen dan Mbah Muslih yang menangis tersedu-sedu karena merasa terharu baru dua tahun setelah pandemi Covid-19 bisa menziarahi tempat istirahat guru mereka.
Syarqowie Ghozali menjelaskan, pemakaman bernama lengkap Maqbarah Jannatul Ma’la itu, sudah ada sejak zaman Arab jahiliah, sebelum Nabi Muhammad diutus mensyiarkan agama Islam di semenanjung Arab.
Ma’la dalam bahasa Arab memiliki arti tanah yang lebih tinggi. Istri Rasulullah, Khadijah; dan dua anaknya yaitu Al-Qosim bin Muhammad serta Abdullah bin Muhammad juga dimakamkan di tempat itu.
Begitu juga kakek Nabi Muhammad, Abdul Muttalib bin Hasyim dan pamannya Abu Thalib juga dimakamkan di Ma’la.
Sedang Mbah Moen wafat saat menunaikan ibadah haji di Mekkah, pada Selasa, 6 Agustus 2019 dan dimakamkan di Ma’la pada hari yang sama.
Kiai Muslih Abdurrohman bin Qosidil Haq adalah mursyid Thoriqoh Qosdiriyah Naqsabandiyah dan pengasuh pondok pesantren Futuhiyyah Suburan Mranggen Demak.
‘’Kiai Muslih wafat 1981,’’ katanya.
Selain dua nama itu terdapat sejumlah ulama nusantara yang dimakamkan di Jannatul Ma’la. Antara lain Syekh Nawawi bin Umar al-Bantani (29 Maret 1879), Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi (13 Maret 1916), Syekh Mahfudz al-Tarmasi (22 Maret 1920), Syekh Abdul Hamid al-Qudsi (12 Mei 1915) dan Syekh Ahmad Nahrawi al-Banyumasi (1926).
Nama ulama lainnya yaitu Syekh Sayyid Muhsin bin Ali al-Musawa (28 September 1935), Syekh Abdul Muhaimin bin Abdul Aziz al-Lasemi (1956), Syekh Ali bin Abdullah al-Banjari (1950), Syekh Muhammad Yasin bin Isa al-Padani (23 Juli 1990), Syekh Abdul Qadir al-Mandaili (18 Agustus 1965), KH Abdul Karim bin KHM Hasyim Asy’ari (1972), Syekh Abdullah Durdum al-Padani (27 April 1987) dan Syekh Abdul Fattah Rawa (2003).
Dilaporkan, pelaksanaan ibadah umrah pascapandemi Covid-19 sudah kembali normal. Tidak ada lagi keharusan memakai masker, handsanitizer dan menjaga jarak. Karantina saat masuk dan keluar Kota Suci Mekkah dan Madinah juga sudah ditiadakan. Hanya saja hingga kemarin lantai dasar tempat thawaf (math’af) hanya dikhususkan untuk jamaah pria dan wanita yang berpakaian ihram. Sedang jamaah yang hanya beribadah shalat dan membaca Al-Qur’an menempati lantai dua, tiga dan pelataran masjid. (Aris)