Kemenperin Dukung Pengembangan Industri Minyak Atsiri Dari Hulu hingga Hilir, Tumbuhkan Industrial-preneurship

Konferensi Nasional Minyak Atsiri (KMNA) di PO Hotel Semarang pada Jum'at (2/12/2022). UNNES menjadi tuan rumah karena memiliki pusat kajian minyak atsiri. (Foto. Mushonifin/sigijateng.id)

Semarang (sigijateng.id) – Minyak Atsiri atau essential oil merupakan salah satu kekayaan sumber daya unggul yang dimiliki oleh Indonesia. Dari 97 jenis tanaman atsiri di seluruh dunia, 40 jenis di antaranya tumbuh di Indonesia.

Saat ini, sebanyak 17 jenis minyak atsiri yang telah dikomersialkan dan menjadi sumber pencaharian petani atsiri di seluruh Indonesia. Beberapa jenis minyak atsiri tersebut seperti minyak cengkih, minyak nilam, minyak serai wangi, minyak pala, hingga minyak nilam.

Manfaat dan diversifikasi produk dari minyak atsiri yang sedemikian banyak, maka pengembangan industri minyak atsiri terus menjadi perhatian. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita yang berkesempatan hadir dalam acara Konferensi Nasional Minyak Atsiri (KMNA) di Semarang menegaskan dukungannya dalam pengembangan industri minyak arsiri.

“Kementerian Perindustrian (Kemenperin) siap mendukung pengembangan industri minyak atsiri di Indonesia. Kami berkomitmen untuk mengembangkan industri atsiri dari hulu hingga hilir, termasuk melalui penumbuhan industrial-preneurship yang dibangun oleh pelaku usaha multiskala,” kata Agus di Semarang, Jumat (2/12/2022).

Menperin menyampaikan pihaknya terus memacu industri hilir atsiri untuk menguasai riset inovasi teknologi produk dan proses produksi. Hal ini untuk mengimbangi laju daur hidup produk atsiri yang sangat cepat.

“Selain itu, industri atsiri didorong untuk memperkuat aspek keberlanjutan (sustainability) dan ramah lingkungan, sehingga bisa berdaya saing global dan memenuhi kebutuhan konsumen saat ini,” bebernya.

Sementara itu, Peneliti minyak Atsiri dari Universitas Negeri Semarang (UNNES), Prof. Dr. Edy Cahyono, M. Si mengatakan pihaknya terus mengkaji, mengeksplorasi, meneliti, dan mengembangkan potensi atsiri Indonesia.

Fokusnya pada upaya peningkatan produktivitas dan kualitas minyak atsiri sereh wangi, lemon grass, cengkeh, kayu manis, kayu putih, sirih, dan beberapa jenis tanaman atsiri lain melalui penyulingan yang efisien dan ramah lingkungan serta perbaikan kualitas bibit tanaman melalui Teknik Kultur Jaringan (TKJ).

“Isolasi dan identifikasi komponen atsiri serta transformasi katalitik menjadi fine chemical fragrance, parfum, flavour, dan senyawa medisinal diteliti secara mendalam aktivitas katalitik, mekanisme, kinetika, energetika, dan juga aktivitas senyawa yang dihasilkan. Aktivitas biologis yang dikaji dari produk turunan atsiri adalah sebagai insect repellent, antioksidan, antidepresan, anti aging, antibiotic, dan anti kanker,” ujarnya, Jum’at (2/12/2022).

UNNES sendiri melalui Pusat Kajian Transformasi dan Diversifikasi Atsiri sedang menyiapkan Paket Magang Atsiri selama satu semester penuh yang memberi kesempatan mahasiswa Indonesia belajar dan mengembangkan keterampilan dalam budidaya, ekstraksi, analisis, membuat produk turunan, aromaterapi, kewirausahaan, dan pariwisata berbasis atsiri.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Dewan Atsiri Indonesia (DAI), Irdika Mansur mengatakan bahwa saat ini sudah banyak produk hilir minyak atsiri yang dihasilkan di Indonesia dan secara kemasan tidak kalah dengan kemasan produk luar negeri.

“Kami mengapresiasi dukungan Kemenperin untuk kemajuan industri minyak atsiri. Salah satu tujuan KNMA adalah mempertemukan para pelaku usaha di bidang minyak atsiri, dari tingkat petani sampai ke eskportir, industri, peneliti, hingga pengolahnya,” jelas Irdika.

Dewan Atsiri Indonesia (DAI) merupakan payung organisasi untuk semua stakeholder dalam agri-bisnis dan agro-industri yang terkait dengan minyak atsiri. DAI didirikan pada Konferensi Nasional Minyak Atsiri pada bulan September 2006 di Solo, Provinsi Jawa Tengah. (Mushonifin)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini