Kagum Dengan Penanganan Stunting, Kepala BKKBN Pusat Dorong Blora Jadi Percontohan

Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat, Dr. (H.C) Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) saat melakuka kunjungan kerja di Blora, Sabtu (14/5/2022) (foto:agung/sigijateng)

Blora (Sigijateng.id) –  Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat, Dr. (H.C) Hasto Wardoyo, Sp.OG (K)., mendukung dan siap mendorong Blora menjadi Kabupaten percontohan penanganan stunting di Jawa Tengah, bahkan Nasional.

Hal itu ia ungkapkan saat melakukan kunjungan kerja ke Blora, bersama Anggota Komisi IX DPR-RI, Dr. H. Edy Wuryanto, S.KP., M.Kep pada Sabtu (14/5/2022),

Di hadapan Bupati, Wakil Bupati, jajaran Forkopimda, OPD terkait, hingga Pengurus TP PKK, IBI, Muslimat, Fatayat, dan GenRe; Kepala BKKBN yang juga mantan Bupati Kulonprogo ini mengungkapkan rasa kagumnya dengan penanganan stunting di Kabupaten Blora.

“Blora ini ternyata potensinya luar biasa, penanganan stuntingnya juga bagus. Kami siap mendorong dan mengawal Blora menjadi kabupaten percontohan dalam penanganan stunting. Apalagi angka stunting di Kabupaten Blora yang tahun lalu datanya mencapai 21,5 persen, kini di 2022 berdasarkan hasil penimbangan bayi serentak dilaporkan, stuntingnya hanya 7,87 persen,” ucap Hasto.

Menurutnya, ini menandakan adanya kekompakan dari seluruh stakeholder Kabupaten dalam rangka mengkroyok penanganan stunting.

“Karena pada dasarnya, stunting atau gagal tumbuh bagi anak-anak usia nol sampai seribu hari pertama ini adalah sebuah hilir. Sedangkan hulunya atau penyebabnya sangat komplek, sehingga harus melibatkan banyak Dinas, Stakeholders dari berbagai disiplin ilmu,” tambahnya.

“Stunting itu disebabkan oleh tiga faktor, yakni gizi makanan yang buruk, kesehatan yang tidak terjaga, dan pola pengasuhan yang salah. Akibatnya juga tiga, badan anak tidak bisa berkembang dengan baik atau tidak tinggi, sakit-sakitan, dan tidak cerdas,” sambung Hasto.

Pihaknya mengajak masyarakat Blora untuk selalu memperhatikan pemberian gizi makanan kepada anak usia satu hingga seribu hari pertama.

“Penuhi kebutuhan vitaminnya melalui buah dan sayur, kemudian setiap hari jangan lupa protein hewaninya minimal telur. Plus nya di Blora ada pusat kelorina, atau berbagai produk turunan dari daun moringa (kelor) yang ternyata mempunyai nilai gizi yang sangat tinggi. Sehingga cocok untuk penanganan stunting. Kami lihat desa-desa di Blora mulai menggalakkan konsumsi kelor ini, bagus,” ungkap Hasto.

Sementara itu, Bupati H. Arief Rohman, S.IP., M.Si., menyampaikan bahwa angka stunting di Blora berdasarkan data riil penimbangan bayi serentak di 2022 ini memang tinggal 7,87 persen. Namun demikian, pihaknya terus meminta tim penanggulangan stunting yang dipimpin Wakil Bupati bermitra dengan Dinas Kesehatan, Dindalduk KB, dan TP PKK terus bergerak ke desa-desa agar tidak muncul kasus stunting baru dengan menggalakkan sosialisasi cegah stunting.

Salah satunya menurut Bupati melalui pembentukan Generasi Berencana (GenRe) yang beranggotakan ada 2000 lebih remaja desa.

“Mereka memperoleh pemahaman tentang bahaya stunting, bahaya nikah dini, hingga bahaya narkoba. Sehingga bisa menjadi duta hidup sehat, cegah pernikahan dini bagi teman sebayanya. Karena salah satu penyebab stunting adalah pernikahan dini,” terang Bupati.

Pada kesesmpatan yang sama, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Blora, Hj. Ainia Sholichah Arief Rohman, menerangkan bahwa seluruh kader PKK hingga tingkat Desa mendapatkan dukungan anggaran dari Pemdes dalam memberikan makanan tambahan cukup gizi untuk balita melalui kegiatan Posyandu.

“Selain itu kita juga aktif melakukan pendataan dan pengawalan ibu hamil. Jangan sampai kehamilannya memiliki resiko tinggi, namun tetap sehat hingga melahirkan dan menyusui. Kita ingin program Pak Bupati tentang Blora New Zero Stunting bisa tercapai. Jangan ada lagi kasus stunting baru yang muncul,” jelas Hj. Ainia. (Agung)

Berita Terbaru:

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini