Hindari Sikap Berlebih-lebihan (Israf), Sedekah Subuh Bisa Jadi Alternatif bagi Generasi Milenial

Ilustrasi. (Pixabay)

SEMARANG (Sigi Jateng) – Israf secara bahasa berarti melampaui batas, ketidaksengajaan, kekeliruan, dan tergesa-gesa. Asal makna dari kata ini menunjuk pada sikap melebihi batas dan sembrono dalam melakukan sesuatu.
Sedangkan untuk makna terminologinya, israf diartikan sebagai sebuah sikap berlebih-lebihan dalam harta yang mana itu dapat membuat hilangnya hak dan harta orang lain, atau yang semisalnya.

Di era milenial sekarang ini, perilaku israf atau boros terjadi bersamaan dengan gaya hidup masyarakat utamanya anak muda. Gaya hidup materialisme atau bisa juga disebut sebagai perilaku konsumtif disebabkan oleh derasnya arus globalisasi yang mampu mempengaruhi pola pikir dan jalan yang diambil oleh generasi milenial dalam mencapai sesuatu yang mereka tuju.

Perilaku konsumtif atau israf banyak dijadikan sebagai pandangan hidup yang menganggap bahwa seseorang akan bahagia dengan mendapatkan apapun yang diinginkan serta mampu menghindarkan perasaan-perasaan yang menyakitkan.

Seseorang dengan gaya hidup konsumtif akan selalu merasa haus dan tak pernah puas dengan apa yang dimilikinya. Lantas, sebagai sesama generasi yang hidup di era milenial, ketika kita sudah difasilitasi sebuah ilmu dan pemahaman agama yang baik, bagaimana cara kita menyelamatkan mereka yang terjebak oleh perilaku yang merugikan ini? Bukankah ketika seorang manusia menyelamatkan manusia lain, itu sama dengan menyelamatkan dirinya sendiri? Tentu saja.

Israf mempunyai kaitan yang erat dengan harta. Untuk bisa menolong seseorang dari perilaku israf, salah satu cara yang dilakukan adalah dengan bersedekah. Sedekah diambil dari kata bahasa Arab yaitu “shadaqah”, berasal dari kata sidiq yang berarti “kebenaran”. Sebagai makhluk Allah SWT yang tak luput dari dosa, umat Islam senantiasa diberikan berbagai keistimewaan agar berkesempatan untuk bertaubat dan menghapus dosa-dosanya dengan cara yang yang diridhai oleh Nya. Salah satunya dengan sedekah.

Sedekah merupakan ibadah yang istimewa, ia dapat memudahkan kita dalam menghapus dosa-dosa. Rasulullah SAW pernah bersabda “Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air itu memadamkan api. (HR. At-Tirmidzi). Melaksanakan sedekah dilakukan untuk mensucikan diri dari sifat bakhil, rakus, egoistis, melatih jiwa agar selalu bersyukur kepada Allah Swt., menjauhkan diri dari perilaku israf yang dapat memperbudak diri sendiri. Hal kecil yang perlu disiapkan dari sekarang, melanggengkan pelaksanakan sedekah subuh. Khususnya untuk generasi milenial yang sedang diikuti oleh pesatnya kecanggihan teknologi, sedekah subuh adalah salah satu amalan yang tetap bisa dilakukan untuk mensucikan harta dan jiwa.

Sedekah subuh adalah kegiatan rutin yang dilakukan setiap waktu subuh dimana kita menyisihkan sedikit banyak harta yang kita punya untuk di akhir waktu nanti yang sudah ditentukan masing-masing bisa kita berikan kepada yang lebih berhak mendapatkannya. Dalam hadits disebutkan “tidak ada satu subuh pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua malaikat. Salah satu diantara keduanya berdoa, ‘Ya Allah, berilah ganti bagi orang yang berinfaq’, sedangkan yang satunya lagi berdoa, ‘Ya Allah, berilah kerusakan bagi orang yang menahan hartanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sedekah tidak harus berupa uang, namun dengan berdzikir, berbagi makanan, mengajar ngaji dan segala hal yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Akan tetapi seperti yang dijelaskan di atas, istiqomah menyisihkan sedikit banyak harta yang kita punya setiap waktu. Kemudian tentukan batas akhir kapan harta tersebut akan dikumpulkan, semisal di akhir bulan, maka setiap akhir bulan uang yang terkumpul diberikan kepada pihak yang berhak mendapatkan uang amal sedekah subuh itu diniatkan untuk mensucikan harta dan nyawa. Melanggengkan amalan sedekah subuh dimulai dari sekarang hingga nanti bisa mengabdi kepada masyarakat, mengajak lebih banyak orang untuk sama-sama melaksanakan amalan ini adalah bentuk kontribusi kita terhadap negara dan agama.

Peran yang diambil oleh generasi milenial memiliki sebuah kontribusi yang dilakukan dengan menjadikan diri kita sebagai agent of change. Merubah hal-hal yang merugikan diri namun dianggap umum di masa sekarang, memperbaiki fungsi adanya perkembangan yang sedang terjadi, yang seharusnya dijadikan sebuah fasilitas untuk mengupgrade diri secara lebih baik, bukan untuk bersenang-senang, dimana perubahan ini nanti tetap pada kaidah keilmuan, hukum keadilan negara dan syariat agama yang sudah ditentukan. (Mushonifin)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini