SEMARANG (sigijateng.id) – Senator DPD RI asal Jateng, Dr Abdul Kholik SH MSi memberikan Anugerah Senator Indonesia B-52, bagi ‘Pahlawan Pandemi’ kepada sejumlah tenaga medis di Jawa Tengah yang telah bekerja memberikan pelayanan secara maksimal, sebagai garda terdepan atas keberhasilan Indonesia mengatasi pandemi Covid-19.
Pemberian Anugerah Senator Indonesia B-52, bagi ‘Pahlawan Pandemi’ diberikan langsung oleh Dr Abdul Kholik SH MSi di kantor DPD RI, Jalan Imam Bonjol Semarang, Kamis (10/11), bertepatan dengan peringatan hari Pahlawan tahun 2022.
Mereka penerima Anugerah yakni dr. Djoko Handoyo,Sp. B.onk dari perwakilan IDI Jawa Tengah, Lufti Wakil Poltekkes Semarang, Dr.dr. Tjatur Sembodo, M.Si selaku Perwakilan dari Ikatan Dokter Umum Indonesia, Hj Sumarsih selaku Perwakilan Ikatan Bidan Indonesia dari Jawa Tengah, dan Ns. Kurnia Yuliastuti selaku perwakilan Persatuan Perawat Nasional Jawa Tengah.
Sebelum penyerahan anugerah kepada ‘pahlawan medis’ digelar diskusi yang dimoderatori Bachtiar, Direktur Radio USM Jaya, bertema Peringatan Hari Pahlawan, Penanganan Pandemi dan Antisipasi di Masa Depan, dengan menghadirkan para penerima Anugerah itu.
Dr Abdul Kholik mengatakan, para tenaga kesehatan adalah garda terdepan pada masa pandemi untuk berjuang hidup dan mati menangani pasien Covid-19. Memang keberhasilan itu merupakan hasil kerja sama berbagai pihak, termasuk kalangan medis.
“Perjuangan dan pengorbanan mereka luar biasa saat Covid-19 kemarin. Namun apresiasi atau penghargaan bagi tenaga kesehatan (nakes) sejauh ini dinilai masih sangat minim,” kata Abdul Kholik usai menyerahkan Anugerah Senator Indonesia B-52, bagi ‘Pahlawan Pandemi’.
Momentum memperingati Hari Pahlawan ini, kata Abdul Kholik, dimanfaatkan untuk memberi apresiasi kepada tenaga medis. Menurutnya, mereka juga termasuk para pahlawan.
“Dulu perjuangan kita adalah melawan penjajah, sekarang perjuangan kita adalah melawan Covid-19. Pada masa pandemi perjuangan tenaga medis adalah perjuangan hidup dan mati, maka sebagai perlu mendapatkan apresiasi” kata Abdul Kholik.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jateng, dr Djoko Handoyo Sp. B. onk, mengatakan dulu alasan didirikannya organisasi Budi Utomo adalah dalam rangka memperjuangkan fasilitas kesehatan yang layak bagi pribumi. Di sana diletakkan sendi-sendi diplomasi kemerdekaan. Kebutuhan akan tenaga kesehatan ini memunculkan pemikiran bagaimana pendidikannya. Maka Budi Utomo inilah sangat menginspirasi,” urai Djoko.
Menurut Djoko, alasan mengapa Indonesia berhasil mengatasi pandemi Covid-19 sejauh ini adalah karena pendekatan melalui banyak aspek, salah atunya adalah aspek politik, ekonomi, sosial, dan budaya (poleksosbud) menjadi patokan pemerintah dalam menangani Covid-19.
“Menurut ilmu kedokteran, Covid mestinya diatasi dengan lockdown. Tetapi dengan melihat aspek poleksosbud, maka di Indonesia dilakukan dengan cara PPKM, dan melakukan pogram jogo tonggo, melakukan standar prokes seara ketat, maka program ini ternyata berhasil,” jelas Djoko.
Ketua DPW PPNI Jateng, Ns Kurnia Yuliastuti M Kep mengatakan, pada saat pandemi PPNI banjir telepon berdering. etiap saat telepon berdering meminta bantuan perawat untuk segera menangani pasien terpapar Covid-19. ”Anggota PPNI Jateng sekitar 80.600 orang, pada masa pandemi 42 perawat meninggal akibat covid. Sedangkan secara nasional, sebanyak 717 perawat menjadi korban Covid,” ujar Kurnia Yuliatuti.
Sementara itu, peran mahasiswa ilmu medis menurut Lutfi Rusyadi juga tidak bisa disepelekan. Dosen Poltekkes Semarang ini nengatakan selama pandemi kampusnya menerjunkan 3.000 mahasiswa sebagai sukarelawan ke daerah masing-masing.
“Atas usaha ini kami mendapatkan apresiasi dari Museum Rekor Indonesia. Kami juga mengirim alumni dan mahasiswa tingkat akhir ke rumah sakit darurat seperti di Wisma Atlet dan Donohudan. Sebagau gantinya, mereka kami bebaskan dari tugas akhir dan skripsi,” jelasnya.
Abdul Kholik menandaskan, meski sekarang ini kondisi pandemi sudah melandai, namun pandemi belum sepenuhnya selesai, dan digelarnya kegiatan apresiasi ini sekaligus untuk membangkitkan kesiagaan masyarakat.
”Waktu puncaknya pandemi di Jateng saat itu cukup banyak hal menyentuh. Betapa Covid-19 menjadi terkesan seram. Siapa pun yang positif terhukum secara sosial, bahkan ada yang sampai meninggal bunuh diri, namun setengah tahun ke belakang sudah kondusif, ini berkat peran tenaga medis.” Menurut Abdul Kholik, melalui apreiasi ini diharapkan para tenaga profesi kesehatan bisa semakin bersemangat dalam pengabdian dan keteladanan kepada masyarakat. Selain itu diharapkan pula masyarakat mengingat jasa baik para dokter, para perawat, para bidan, dan tenaga kesehatan lainnya. (aris)
Berita Terbaru:
- 5.108 Petasan Hasil Operasi Pekat Polres Kendal di Disposal, Lokasi Pemusnahan Dijaga Ketat Tim Gegana
- Soal Kelangkaan Gas Melon LPG 3 Kg di Kendal, Ternyata Ini Biang Keroknya
- Layanan Kesehatan di Batang Melonjak Paska Lebaran 2024, Mayoritas Pasien Alami Penyakit Ini
- Lagi, Gunung Ruang Meletus, Masyarakat Sekitar Dievakuasi hingga Luar Radius 6 Km
- Momen Libur Lebaran 2024 Dongkrak Ekonomi Daerah, 16,8 Juta Pemudik Masuk Jawa Tengah