Disebut Mirip Logo Film, Distaru Kota Semarang Pastikan Logo SHIELD Diganti

Logo SHIELD Distaru Kota Semarang yang akan diganti karena dianggap mirip dengan desain logo film The Angvers. (Foto Distaru Kota Semarang)

SEMARANG (Sigi Jateng) – Dinas Penataan Ruang (Distaru) Kota Semarang, memastikan bakal mengganti logo SHIELD (Spatial, Holistic, Integrated, Environment, and Land Design) yang dianggap mirip dengan desain logo film dari Marvel Studio yakni The Angvers.

Seperti diketahui, logo yang dipakai dan dilaunching beberapa waktu lalu tersebut sempat viral dan dikritik oleh netizen karena dianggap sama persis, bahkan Pemkot Semarang dituding melakukan plagiat.

Plt Kepala Distaru Kota Semarang, M. Irwansyah menjelaskan SHIELD sendiri merupakan kepanjangan dari Spatial Holistic Integrated Environment and Land Division atau Divisi Lingkungan dan Pertanahan yang Terintegrasi Ruang secara Menyeluruh.

“Kita kemarin fokus ke kontennya saja, bahkan SHIELD dan logo ini bukan apa-apa, bukan lembaga, atau apapun melainkan ruangan yang kita miliki. Saya memang tidak mengikuti film, namun karena mendapatkan kritik kita akan ganti dengan logo yang lebih pas,” katanya, Sabtu (9/4/2022). 

Dirinya meminta agar terkait logo kemarin tidak usah diperpanjang lagi, karena akan diganti dalam waktu dekat. Lalu terkait penggunaan bahasa Inggris dan akronim SHIELD, dia menjelaskan jika penggunaan bahasa asing ini agar mudah dipahami secara internasional.

“Apalagi ini kita menggunakan IT, bukan kita nggak pengen pakai bahasa Indonesia. Tapi agar mudah dipahami secara internasional,” tuturnya.

Filosofi dari logo yang digunakan kemarin, lanjut dia, diibaratkan Distaru yang merupakan perisai dan mengawasi pembangunan gencar di Semarang tapi harus menyesuaikan tata ruang yang ada. Sementara burung elang, digambarkan untuk mengawasi segala pembangunan yang ada.

“Tujuannya tak lain adalah untuk membentengi Kota Semarang dimana pembangunan yang dilakukan bisa support ke pertumbuhan ekonomi, menggunakan peta digital untuk dasar pembangunan,” tuturnya.

Irwansyah mencontohkan, peta digital ini juga digunakan untuk rencana pembangunan, misalnya jembatan, embung bahkan waduk dengan teknologi digital yang langsung bisa dilihat visualisasinya dan manfaatnya kedepan.

“Kita ingin membangun infrastruktur untuk meningkatkan citra kota, bukan standart saja. Sesuai arahan Pak Wali, ingin Semarang jadi tujuan wisata, dan hidup dari wisata. Jadi infrastruktur yang kita bangun harus sesuai estetika untuk menarik wisatawan,” bebernya.

Dengan studio digital tersebut, lanjut dia, proyek Simpang Lima underground juga bisa dilihat secara langsung. Bahkan Irwansyah membocorkan saat ini dari Pusat sudah menjalin komunikasi untuk mengembangkan rencana tersebut dengan menjadikannya proyek strategi nasional.

“Teman-teman pusat sudah menghubungi kita untuk berkolaborasi mengembangkan teknologi ini, dari luar juga untuk diaplikasikan ke daerah lain. Manfaat lainnya misalnya, kita nggak perlu studi banding ke luar negeri, dengan melihat apa yang ingin kita bangun melalui digital,” pungkasnya. (Mushonifin) 

Berita Terbaru:

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini