Cerita Mbah Zuhud Hidup Berdampingan Dekat Kamp Plantungan Tapol ‘Gerwani’ G-30S

Muhammad Zuhud (83) saksi sejarah di dekat sekitar eks tahanan Tapol Gerwani G-30S yang kini sudah menjadi Lapas Kendal. Foto-foto : vian/sigijateng.id

Batang (Sigijateng.id) – Diusianya yang sudah senja, Muhammad Zuhud (83) masih terngiang dan tajam mengingat semasa kecil dan mudanya hidup berdampingan dekat dengan kamp tahanan politik (tapol) Gerwani G-30 S yang berada di wilayah Plantungan-Kendal berbatasan wilayah Kabupaten Batang Jawa Tengah.

Meski kerutan kulit di tangan dan wajah begitu terlihat jelas, namun sosok pria tua yang akrab disapa Mbah Zuhud ini masih mampu menceritakan kenangan masa lalunya. Dikatakan jika awal kedatangan para wanita sebagai tahanan politik tahun 1966 hingga 1967.

“Warga sekitar sini tidak ada yang berani masuk kedalam kamp Plantungan, sebab dikelilingi kawat berduri. Jika ingin ke desa sebelah harus memutar lewat jalan setapak. padahalan ada jalan jembatan gantung, tapi yang boleh melintas hanya para pejabat saja saat itu,” ujarnya kepada sigijateng.id, pada Jumat (30/9/2022).

Dikatakan, setiap perbatasan dijaga ketat oleh CPM tentara militer. Didalam kamp Plantungan banyak terdapat wanita yang terlibat persitiwa 65. “Hampir ada 1000 orang. Mereka dari berbagai wilayah di Jawa. Ada yang dari Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur,” ucap Mbah Zuhud.

“Di dalam tahanan itu dikelompokkan kerjanya. Kalau ada dokter, bidan, perawat mereka jadi satu di klinik. Ada yang menjahit, ada yang pertanian. Mereka hidup dari hasil tani di dalam kamp itu,” sambung warga Dusun Pesanggrahan Desa Sangubanyu Kecamatan Bawang Kabupaten Batang ini.

Disebutkan Zuhud, jika didalam kamp Plantungan tahanan Tapol Gerwani juga ada bidan keluarga dari Presiden Soekarno. “Jika ada yang sakit, bidan keluarga pak Presiden Soekarno itu yang menanganinya. Bidan tersebut didatangkan dari Jakarta,” ungkapnya.

Rumah Sakit Penderita Lepra/Kusta, Sebelum Jadi Markas Tahanan Tapol Gerwani G-30S

Diceritakan, sebelum lokasi kamp Plantungan dijadikan markas bagi wanita Gerwani yang terlibat peristiwa 65. Dulunya bangunan yang berada dsiamping sungai Kalilampir perbatasan Kendal dan Batang merupakan  rumah sakit bagi penyintas lepra (kusta-Red).

“Didalam bangunan ada sumber mata air panas yang mengandung belerang dan digunakan untuk penyembuhan penyakit lepra. Sungai Kalilampir dijadikan tempat pembuangan obat-obatan dan kain kasa bekas pengobatan penyandang penyakit lepra yang kebanyakan orang colonial Belanda zaman VOC,” tuturnya.

Mbah Zuhud menyebut sekitar 300 meter dari sebelah kiri jembatan gantung bamboo juga terdampat makam. “Dahulunya makam tersebut merupakan para penderita lepra yang meninggal dunia lalu dimakamkan disitu. Tak hanya itu ada juga makam penyebar agam islam kala itu,” ucapnya.

Tahun 1979 Para Tapol Gerwani G30S Dipulangkan

Lanjut Mbah Zuhud, rumah sakit khusus penyakit lepra yang merupakan milik pemerintah provinsi Jawa Tengah kemudian pindah ke daerah Semarang dan Rembang. Berikutnya bangunan eks rumah sakit dijadikan sebagai tempat reedukasi bagi para tapol wanita ‘Gerwani’ dari berbagai daerah.

“Mereka kurang lebih tinggal di kamp Plantungan itu sekitar empat tahunan disitu. Selanjutnya pada tahun 1979, oleh pemerintah mereka kemudian dikembalikan ke tempat masing-masing. Mereka diwajibkan mengikuti Apel setiap seminggu sekali di Kodim/Koramil,” ungkapnya.

Meski domisli tempat tinggalnya berdekatan dengan kamp tempat reedukasi bagi para tapol wanita ‘Gerwani’ yang terlibat peristiwa G-30S. Mbah Zuhud menyebut jika dusun yang menjadi tempat tinggalnya aman-aman saja.

“Justru ada diwilayah lain, di Kecamatan Bawang saja hanya ada 50 orang terlibat atau terkontaminasi dengan peristiwa G-30S. Alhamdulilah di kampung saya tidak ada yang terlibat peristiwa itu,” ujarnya.

Mbah Zuhud yang kala itu pernah menjabat carik atau sekretaris desa di Desa Sangubanyu Kecamatan Bawang saat diusia 25 tahun, mengaku pernah dibawa tentara militer RPKAD dan ditahan selama dua hari di rumah tahanan Kendal yang kini menjadi Gedung DPRD Kendal.

Lantaran diprovokasi ikut bersama warga lainnya yang berusaha mencoba membakar rumah-rumah orang yang terlibat G-30S. “Iya waktu itu malam-malam, saya dibawa tentara RPKAD dan ditahan selama dua hari di Kendal. Tempatnya dulu di Kota Kendal tepatnya sekarang menjadi gedung DPRD,” kata dia.

“Setelah dua hari ditahan disana, kemudian saya dijemput menggunakan mobil jeep atas perintah Bupati Pekalongan pak Usman kalo tidak salah,” imbuh Mbah Zuhud yang merupakan keponakan dari H Muhammad Ma’sum pendiri Kabupaten Batang dan Ketua DPRD Batang pertama ini.

Jadi Obyek Wisata Pemandian Air Panas

Lanjut Mbah Zuhud, kamp Plantungan tapol Gerwani menjadi kosong paska mereka dipulangkan ke daerahnya masing-masing pada tahun 1979. Kemudian terjadi banjir bandang di tahun 1989, gedung kamp Plantungan rata dengan tanah dan sungai Kalilampir disisi barat.

Namun, yang disisi timur masih ada dan berubah fungsi menjadi Lembaga pemasyarakatan (Lapas) PLantungan Kendal hingga sekarang. “Paska terjadi banjir bandang aliran sungai Kalilampir berada di timur Dusun Pesanggrahan Sangubanyu. Bekas pondasi bangunan yang rata dengan tanah masuk wilayah Batang dan kini menjadi wisata desa pemandian air panas,” bebernya.

Pria tua yang pernah mengeyam di Ponpes Gontor dan Ponpes Tebu Irieng Jawa Timur ini menyebut jika pemandian air panas yang kini dikelola warga Sangubanyu menjadi lokasi wisata dan banyak dikunjungi wisatwan lokal dari berbagai daerah.

Ia menyebut, jika dua tahun lalu di tahun 2020, ada beberapa eks tahanan wanita Kamp Plantungan berkesempatan datang untuk napak tilas mengunjungi lokasi tersebut. Mereka berasal dari Solo, Yogyakarta, dan Jakarta.

“Ada ibu Mudjiati dan ibu Ratih datang dari Solo. Mereka datang untuk napak tilas tempat dulu ditahan disini. Sempat ketemu saya juga. Mereka sudah pada pakai tongkat,” lirihnya. (dye)  

Berita Terbaru:

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini