Cerita Abdul yang Gagal Daftar Tentara, Justru Kini Sukses Jadi Petani Hortikultura

Abdul Majid petani hortikultura di Dusun Sudimoro, Desa Tanjungsari, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang. Foto: tangkapan layar akun YouTube CapCapung

Magelang (Sigi Jateng) – Meski gagal menjadi tentara tak menyurutkan langkah bagi Abdul Majid untuk bisa sukses berkembang. Adalah pria asal Dusun Sudimoro, Desa Tanjungsari, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang yang kini justru sukses menjadi seorang petani hortikultura.

Bahkan imbas dari kegigihannya menjadi petani hortikultura tersebut, kini Abdul telah memiliki ratusan karyawan. “Saya buka pembibitan hortikultura, peternakan kambing, perikanan,” kata Abdul Majid seperti dikutip dari akun YouTube CapCapung, Senin (17/1/2022).

Awalnya setelah lulus SMA, dia mendaftar tentara namun gagal di tahap pantukhir. Dia lalu pulang dan berniat mendaftar gelombang kedua. Itu ia lakukan sebelum akhirnya terjun memilih ke dunia pertanian.

“Waktu itu, bapak nggak boleh. Saat, saya naik motor saya kena ini patah tulang,” ucapnya sembari memperlihatkan bagian kaki yang mengalami patah tulang.

Dirinya bersyukur setelah satu tahun, patah tulangnya telah sembuh dan kemudian merantau ke Jakarta selama dua tahun. Setelah mendapatkan modal dari merantau, dirinya pulang dan membuka usaha pembibitan cabai.

Setelah disemai, ternyata laku di pasaran dan terus dikembangkan. Setelah dihitung, ternyata untungnya lumayan besar. Dirinya semakin bersemangat dan dalam tempo satu tahun usahanya sudah mapan. Saat ini, terdapat 10.000 kotak atau 4 juta pembibitan dengan luas tanah 1 hektar.

“Kapasitas per harinya kita bisa mengeluarkan sekitar 36.000. Dikirim ke seluruh Jawa Tengah, Bali, Cirebon,” ucapnya.

Salah satu keuntungan pembibitan cabai adalah harganya bisa naik tapi tak bisa turun. Berbeda dengan buah cabai, hasil panen bisa naik turun sesuai pasar. “Kalau bibit nggak ikut pasar, jadi harganya stabil. Naik bisa tapi turun nggak bisa,” ujarnya.

Bibit cabai yang dikembangkan antara lain cabai rawit, cabai keriting, dan cabai besar. Untuk harga cabai per kotak Rp45.000 sudah dikirim sampai tujuan. Sedangkan cabai keriting Rp75.000 dan cabai besar Rp85.000 per kotak.

Keberhasilannya dalam usaha holtikultura berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja. Warga dari dua kampung yang berjumlah sekitar 250 orang, kini bekerja kepada dirinya. Mulai dari membuat media tanam, menyiram, menyemai dan pekerjaan lainnya.

Dia membeberkan kunci bertani, di antaranya olah tanahnya harus bagus, bibitnya bagus, perawatannya rutin. “Dalam usaha, jatuh bangun merupakan hal yang biasanya. Dalam usaha, yang terpenting adalah terus semangat dan kembali kerja. Kegagalan memberi ilmu karena menjadi tahu letak kesalahannya,” ucapnya. (Dye)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini