Bukan tanpa Sebab Tim Elon Musk Datang ke Indonesia, Jokowi: Untuk Periksa Potensi Nikel

Presiden Jokowi berdiskusi dan meninjau pabrik produksi roket Space X bersama Elon Musk selaku founder Space X di Boca Chica, Amerika Serikat, Sabtu, 14 Mei 2022. (Foto : BPMI Setpres RI)

Jakarta (Sigijateng.id) – Kepala Negara Indonesia, Jokowi mengungkapkan bahwa Elon Musk telah mengirim tim ke Indonesia. Tim tersebut dikirim tepatnya pada enam minggu lalu. Bukan tanpa sebab, kedatangan Tim Elon Musk ke Indonesia memastikan terkait potensi investasi di Indonesia.

“Untuk memeriksa potensi nikel, untuk memeriksa aspek lingkungan, tetapi tim terkait mobil belum datang,” kata Presiden Jokowi sebagaimana dilansir dari CNBC.com, Senin (20/6/2022).

Seperti diketahui, Presiden Jokowi telah menawarkan sejumlah investasi kepada Elon Musk pada pertemuan yang dilakukan di markas roket milik Elon Musk, SpaceX di Boca Chica, Amerika Serikat, Sabtu (14/5/2022) lalu.

Kala itu, Jokowi mengatakan, Elon Musk sangat tertarik untuk segera datang ke Indonesia. Presiden juga mengundang Elon Musk untuk hadir dalam pertemuan KTT G-20, yang tahun ini diselenggarakan Indonesia di Bali.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah bertemu orang terkaya di dunia Elon Musk dan melakukan banyak diskusi. Jokowi pun langsung menyarankan CEO Tesla untuk segera berinvestasi di Indonesia.

“Terutama tentang bagaimana Tesla dapat membangun industrinya dari hulu ke hilir, end-to-end mulai dari smelter kemudian membangun industri katoda dan prekursor, membangun baterai EV, membangun baterai lithium dan kemudian pabrik kendaraan,” ungkap Jokowi.

“Semuanya ada di Indonesia, karena itu sangat efisien. Itu yang saya tawarkan,” imbuh mantan Walikota Surakarta ini.

Dirinya menegaskan, pemerintah tegas ingin membangun ekosistem industri untuk baterai lithium di dalam negeri. Pasalnya, Indonesia memiliki cadangan timah, tembaga, nikel, kobalt, dan bauksit yang melimpah. Di antaranya pun merupakan bahan utama untuk baterai kendaraan listrik.

Bahkan, Jokowi juga telah memutuskan untuk melarang ekspor komoditas utama, seperti nikel. Batu bara pada tahun 2021 dan minyak nabati pada bulan April. Langkah terakhir ditujukan untuk menstabilkan harga domestik.

“Tidak saya pikir itu bukan proteksionisme. Tapi kita ingin nilai tambah itu ada di Indonesia. Jika kita tetap mengekspor bahan mentah, yang mendapat nilai tambah adalah negara lain,” tandasnya. (Red)

Berita terbaru:

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini