Badko LPQ Kota Semarang Gelar Pembinaan Asatidz Bahas Peran Masjid Dalam Pendidikan Anak

Pengurus Badan Koordinasi (Badko) LPQ Kota Semarang berfoto bersama usai kegiatan pembinaan asatidz dalam rangka Hari Santri Nasional (HSN). (Foto. Badko LPQ Kota Semarang)

SEMARANG (Sigi Jateng) – Badan Koordinasi (Badko) LPQ Kota Semarang menggelar kegiatan pembinaan asatidz dalam rangka Hari Santri Nasional (HSN) mengusung tema “Sinergitas Masjid dan Lembaga Pendidikan Al-Qur’an dalam Pemberantasan Buta Huruf Al-Qur’an”.

Kegiatan ini merupakan rangkaian program kerja bulanan pengurus Badko LPQ Kota Semarang untuk mengadakan pembinaan juga dalam memberikan fasilitas terhadap Asatidz untuk memperoleh khasanah pengetahuan tidak hanya dalam bidang keagamaan atau ke TPQan.

Sebelumnya sejak tanggal 22 Oktober, dalam rangkaian semarak HSN 2022 ada beberapa kegiatan yang diselenggarakan Badko LPQ Kota Semarang diantaranya Maulidur Rasul, Khataman Al-Qur’an, Pengajian, dan Pembinaan Asatidz.

Dalam kesempatan pembinaan kali ini dihadiri oleh seluruh perwakilan 16 dari ketua Badko LPQ kecamatan secara luring dan hadir dalam online sebanyak 200 peserta.

Saat memberikan Sambutannya Ketua Badko LPQ Kota Semarang Dr Bahrul Fawaid menyampaikan bahwa TPQ menginduk menjadi satu di masjid karena masjid menjadi peran penting, untuk itu mari kita bersinergi dengan masjid dan mushola untuk kemajuan LPQ Kota Semarang.

“Kita memilih tema ini tentu tidak serta merta. Betapa kalau kita berjalan sendiri menjadi tidak sinkron. Maksudnya, TPQ kalau mau besar tidak boleh berjalan sendiri, harus bersama, ada banyak elemen masyarakat yang bisa kita rangkul,” ujarnya pada Minggu Sore (23/10/2022).

“Terkait permasalahan kurangnya asatidz, insyaAllah tahun 2023 akan kami adakan open recruitment untuk volunteer asatidz dari berbagai perguruan tinggi Islam, baik dari unwahas, UIN, maupun Unissula,” tandas Bahrul Fawaid.

Narasumber kali Ini, Ir. H. Ahmad Fuad menuturkan bahwa Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman hidup agar kita selamat di dunia dan akhirat. Tugas Asatidz itu sangat mulia karena mendidik anak agar bisa membaca al Qur’an dan menjadikan anak generasi Qur’ani.

“Sebenarnya mengenai sinergitas antar masjid dan TPQ dari dulu sudah bersinergi, kebanyakan TPQ berada di masjid. Namun, umumnya ta’mir masjid kurang perhatian dengan pengelolaan TPQ. Untuk itu ta’mir harus didorong agar lebih peduli dengan pengelolaan TPQ,” urainya.

Ahmad Fuad menjelaskan bahwa fungsi masjid antara lain untuk ibadah, pendidikan dan pembinaan, dan sosial kemasyarakatan. Pada saat ini, masjid lebih banyak difungsikan hanya untuk ibadah. Sehingga diharapkan fungsi masjid dapat lebih dioptimalkan.

“Karena pada zaman Rasulullah SAW pun semua peradaban berada di masjid. Karena masjid menjadi tempat yang strategis dan berpotensi untuk pengembangan pendidikan dan pembinaan Al-Qur’an,” jelasnya.

“Perlu diadakan program Masjid ramah anak, untuk mempersiapkan generasi penerus dalam memakmurkan masjid. Hasil survey, 65% muslim Indonesia buta Al Qur’an, untuk itu perlu strategi. Targetnya 5 tahun bisa zero. Dan rencananya, dari DMI akan mengundang ta’mir masjid se-Kota Semarang, mungkin dari situ bisa kita berikan dorongan untuk lebih memperhatikan TPQ dan bisa kita sampaikan terkait buta Al-Qur’an,” tutup ketua DMI (Dewan Masjid Indonesia) Kota Semarang tersebut. (Mushonifin)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini