Apa Itu Apraksia Bicara? Simak Jenis-jenisnya

Ilustrasi: Apraksia (foto unsplash)

SIGIJATENG.ID – Apraksia merupakan kondisi neurologis berupa gangguan saraf yang menyerang sistem motorik. Orang dewasa atau anak-anak yang mengalaminya merasa sulit atau tidak bisa melakukan gerakan motorik tertentu, meski kondisi ototnya normal.

Apraksia dapat terjadi dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah apraksia orofasial. Orang dengan apraksia orofasial tidak bisa melakukan gerakan tertentu yang melibatkan otot-otot wajah. Misalnya, tidak bisa menjilat bibir atau mengedipkan mata.

Sedangkan apraksia bicara (apraxia of speech) yaitu seseorang merasa sulit atau tidak bisa menggerakkan mulut dan lidahnya untuk berbicara. Meskipun mereka memiliki keinginan untuk berbicara dan otot-otot mulut dan lidah secara fisik mampu membentuk kata-kata.

Ada dua bentuk apraksia bicara yakni apraksia didapat saat dewasa dan apraksia bicara masa kanak-kanak.

Apraksia yang didapat bisa terjadi pada orang dari segala usia. Namun, biasanya ditemukan pada orang dewasa. Kondisi ini menyebabkan mereka kehilangan kemampuan berbicara yang dahulu pernah dimilikinya.

Apraksia bicara masa kanak-kanak adalah gangguan bicara motorik. Kondisi ini hadir sejak lahir dan memengaruhi kemampuan anak untuk membentuk suara dan kata-kata.

Anak-anak dengan apraksia bicara sering kali memiliki kemampuan yang jauh lebih besar untuk memahami ucapan daripada mengekspresikan diri mereka dengan kata-kata yang diucapkan.

Mayoritas anak-anak dengan apraksia bicara akan mengalami peningkatan yang signifikan, dengan perawatan yang benar. Apraksia terkadang disamakan dengan afasia atau salah satu gangguan lainnya. Kebingungan itu bisa diperumit oleh fakta bahwa kedua kondisi itu bisa terjadi bersamaan.

Orang dengan apraksia dan afasia mungkin mengalami kesulitan mengekspresikan diri dengan kata-kata. Padahal, ada perbedaan mencolok di antara keduanya.

Afasia menggambarkan masalah dalam kemampuan seseorang untuk memahami atau menggunakan kata-kata dalam dan dari diri mereka sendiri. Ini mungkin menyulitkan seseorang dengan kondisi tersebut untuk berbicara, membaca, atau menulis.

Akan tetapi, apraksia tidak menggambarkan masalah dengan pemahaman bahasa. Apraksia mengacu pada kesulitan seseorang untuk memulai dan melakukan gerakan yang diperlukan untuk berbicara. Kesulitan ini muncul terlepas dari kenyataan bahwa tidak ada kelemahan pada otot-ototnya.

Gejala utama apraksia adalah ketidakmampuan seseorang untuk melakukan gerakan tanpa adanya kelumpuhan fisik. Perintah untuk bergerak dimengerti, tetapi tidak dapat dilakukan.

Ketika gerakan dimulai, biasanya akan sangat canggung, tidak terkendali, dan terlihat tidak normal. Dalam beberapa kasus, gerakan dapat terjadi secara tidak sengaja. Apraksia terkadang disertai dengan hilangnya kemampuan seseorang untuk memahami atau menggunakan kata-kata (afasia).

Jenis apraksia tertentu dicirikan oleh ketidakmampuan untuk melakukan gerakan tertentu atas perintah. Misalnya, pada apraksia buccofacial, anak yang mengalaminya tidak dapat batuk, bersiul, menjilat bibir, atau mengedipkan mata saat ditanya.

Dalam apraksia konstruksi, seorang individu tidak dapat mereproduksi pola sederhana atau menyalin gambar sederhana.

Apraksia bicara pada masa kanak-kanak jarang terjadi sendiri. Ini sering disertai dengan defisit bahasa atau kognitif lainnya, yang dapat menyebabkan anak-anak memiliki kosakata yang terbatas, masalah tata bahasa, masalah dengan koordinasi dan keterampilan motorik halus, kesulitan mengunyah dan menelan serta kecanggungan. (akhida)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini