Unwahas Jalin Kerja Sama dengan KBRI Afghanistan

Rektor Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang, Prof Dr Mahmutarom, SH MH (tengah) didampingi Wakil Rektor Dr Andi Purwono dan Dekan Fisip Dr Agus Riyanto SIP MSi menandatangani naskah kerja sama (MoU) dengan KBRI di Kabul, Afghanistan, dalam Webinar, kemarin.

SEMARANG (Sigi Jateng) – Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang melakukan penandatangan kerja sama (MoU) dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kabul Afghanistan.

Penandatangan dilakukan oleh Rektor Unwahas Prof Dr Mahmutarom, SH MH, disaksikan Wakil Rektor Dr Andi Purwono dan Dekan Fisip Dr Agus Riyanto SIP MSi dan para pejabat di lingkungan Unwahas di Kampus Jalan Menoreh. Sampangan, Gajahmungkur Semarang. Sedangkan Duta Besar Indonesia untuk Afghanistan Dr Arief Rachman menandatangani secara vitual di KBRI Kabul, Afghanistan. Usai penandatangan MoU dilanjutkan dengan webinar internasional dengan tema ‘’Diplomasi Soft Power Indonesia Dalam Proses Perdamaian di Afghanistan’’.

Kepala Laboratorium Diplomasi Jurusan Hubungan Internasional Fisip Unwahas, Anna Yulia Hartati SIP MA yang menjadi moderator webinar tersebut menjelaskan, seminar menghadirkan tiga pembicara Duta Besar RI untuk Republik Islam Afghanistan Dr Arief Rachman, Guru Besar Unwahas dan Ketua Baznas RI Prof Dr Noor Achmad MA dan Nigin Kohistani, alumni HI Unwahas yang kini bekerja sebagai Local Staf KBRI Kabul Afghanistan. Dekan Fisip Dr Agus Riyanto SIP MSi menjelaskan, webinar juga diikuti secara virtual beberapa universitas di Afghanistan, yaitu Khorazan University of Afghanistan, Kardan University, dan Nanggahar University. ‘’MoU ini bertujuan untuk kerja sama pendidikan, penelitian dan pengabdian serta pengembangan sumber daya manusia,’’ kata Agus Riyanto.

Kegiatan ini akan diawali dengan kunjungan Dosen hubungan Internasional, Anna Yulia Hartati, S.IP, MA, pada tanggal 20 -27 Mei 2021 dalam rangka Riset Kolaboratif antara HI UNPAR dan HI Unwahas yang didanai Ristekdikti dalam Program Riset Nasional (PRN) Tahun 2020-2025.

Dubes RI Arief Rahman memberikan hadiah khusus kepada Rektor Unwahas dan Prof Dr Noor Achmad berupa Jubah Kehormatan Masyarakat Afghanistan. Sebaliknya dari Unwahas memberikan cendera mata berupa kopiah dan sarung sebagai simbol persahabatan untuk masyarakat Afghanistan melalui KBRI Kabul Afghanistan.

Dalam sambutannya, Rektor Unwahas, Mahmutarom, menyampaikan penghargaan atas kerja sama yang diinisiasi KBRI Kabul Afghanistan untuk pengembangan tri dharma perguruan tinggi yang sudah dirintis juga oleh Unwahas dengan PBNU dengan memberikan bea siswa kuliah untuk 21 mahasiswi asal Afghanistan.

‘’Diharapkan pemberian bea siswa tersebut menjadi awal baik untuk langkah selanjutnya dan dari 21 mahasiswi yang sudah menyelesaikan studinya di Unwahas bisa membawa bekal nilai nilai Islam moderat yang didapatkan selama perkuliahan dan bisa disebarkan di negara Afghanistan,’’ kata Mahmutarom.

Dekan Fisip Unwahas, Agus Riyanto, mengharapkan bila memungkinkan bisa dirintis program magang mahasiswa jurusan Hubungan Internasional di KBRI Kabul Afghanistan.

Sementara itu Dubes Arief Rachman, merasa sangat bangga karena Unwahas sudah meluluskan mahasiswi asal Afghanistan, yang salah satu alumni Hubungan Internasional Unwahas, Nigin Kohistani sudah bekerja sebagai local staf di KBRI Kabul Alfghanistan.

Dubes berharap kerja sama itu akan ditingkatkan dan dikuatkan dengan adanya MoU sebagai payung hukumnya.

Menurut Dubes Arief Rachman, kontribusi Indonesia pada upaya perwujudan perdamaian di Afghanistan yaitu dalam hal menggalang dukungan internasional untuk proses perdamaian di Afghanistan, membangun rasa saling percaya (trustbuilding) dan pembangunan perdamaian atau disebut juga bina-damai (peacebuilding) melalui capacity building untuk aparatur negara ataupun kelompok masyarakat sipil.

‘’Mengapa soft power diplomasi yang dilakukan Indonesia? Tumpuan untuk menjalankan diplomasi soft power saat ini adalah sesuai dengan karakter dan kapabilitas RI yang diakui mempunyai modal budaya yang kuat, sistem politik demokrasi, Islam yang moderat dan negara berhaluan politik bebas aktif,’’ kata dubes.

Guru Besar Unwahas Prof Dr Noor Achmad MA, mengatakan, upaya Indonesia dikembangkan dalam konteks multitrack diplomacy dengan landasan soft power diplomacy, dimana tidak hanya aktor state saja tetapi ada aktor non state, yaitu peran organisasi keagamaan seperti NU dan para ulama dalam membantu mewujudkan perdamaian di Afghanistan.

Sedang Nigin Kohiistani, menyampaikan tentang konflik di Alfghanistan dan upaya upaya perdamaian yang sampai sekarang masih terus dilakukan melaui peacebuilding, yaitu serangkaian inisiatif yang diputuskan oleh actor baik itu pemerintah maupun masyarakat sipil untuk menemukan akar masalah dari konflik serta melindungi masyarakat sipil sebelum, sepanjang, hingga setelah konflik berlangsung. ‘’Aktor tersebut menggunakan metode komunikasi, negosiasi, dan mediasi terhdapa bentuk kekerasan yang terjadi dalam upaya menyelesaikan konflik,’’ katanya.

Menurut Agus Riyanto, masyarakat Afghanistan sangat berharap peran ulama Indonesia bisa membantu proses perdamaian. Nilai-nilai Islam moderat yang dimiliki NU dengan ajaran Ahlussunnah wal jamaah terdiri tawassuth (moderat), tawazun (seimbang), tasamuh (toleran), dan i’tidal (adil atau tegak lurus) sangat mendukung upaya perdamaian tersebut.

Webinar diikuti 200 peserta melalui zoom meeting yang berasal dari beberapa Universitas di Indonesia, antara lain Universitas Muhammadiyah Sorong Papua, Universitas Pattimura, Maluku, Universitas Mulawarman Kalimantan, Undip, dan Universitas Jambi. (Aris)

Baca Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini